Follow Us :              

Lebih “Enjoy” Hadapi UNBK

  10 April 2017  |   07:00:00  |   dibaca : 254 
Kategori :
Bagikan :


Lebih “Enjoy” Hadapi UNBK

10 April 2017 | 07:00:00 | dibaca : 254
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang – Sekelompok siswa SMA Kesatrian 1 nampak mengobrol dengan santai di lorong

sekolah, sambil membawa buku pelajaran Bahasa Indonesia. Sesekali, mereka membaca buku

yang dibawanya. Tidak tampak raut wajah yang tertekan, meski mereka akan menghadapi Ujian

Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA yang dimulai pada hari ini.

Salah satu siswa jurusan bahasa, Yudha menuturkan, dia dan rekan-rekannya memang tidak

begitu tertekan menghadapi ujian nasional. Sebab, ujian nasional tidak lagi menjadi penentu

kelulusan. Meski begitu, dia pribadi tetap serius menghadapinya.

“Saya sudah ikut try out beberapa kali dan berusaha mempersiapkan diri dengan baik. Siap tidak

siap, saya harus siap,” kata Yudha, saat ditemui Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo

sebelum pelaksanaan UNBK, di SMA Kesatrian 1, Senin (10/4).

Kepala SMA Kesatrian 1 Semarang, Tri Tjandra M MPd membenarkan, siswa-siswinya kini

memang lebih enjoy menghadapi UNBK. Berbeda dengan beberapa tahun lalu, di mana ujian

nasional seolah menjadi momok menakutkan. Tapi, walau begitu, pihaknya selalu berharap, para

siswa mengerjakan soal ujian sebaik mungkin.

“Anak-anak enjoy, meski kami selalu berharap mereka bekerja sebaik mungkin. Karena

bagaimana pun, nilai mereka berkaitan dengan kelulusan. Artinya, mereka nanti nek uwis lulus,

mau masuk misalnya ke Akmil, harus ada rata-rata nilai passing grade tertentu. Nilai tetap jadi

pertimbangan. Lulus bukan berarti nyantai,” kata dia.

Senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Drs Gatot Bambang

Hastowo MPd.  Walau tidak menjadi penentu kelulusan, Ujian Nasional dengan Berbasis

Komputer, justru benar-benar menguji integritas para siswa. Sehingga, mereka harus

mempersiapkannya dengan baik.

“Justru di sini integritas betul-betul diuji, kejujuran diuji. Karena soalnya, paketnya sesuai

dengan jumlah itu. Jadi kalau misalnya satu ruang 20 anak, ya paketnya 20. 30 anak, ya paketnya

30. Sehingga kalau ada anak melihat pekerjaan teman yang lain, bunuh diri berarti,” tutur mantan

Ketua KPU itu.

Ditambahkan, UNBK merupakan pekerjaan pemerintah pusat. Pemerintah provinsi bersama

kabupaten/ kota, dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), sifatnya membantu

pemerintah pusat, agar pelaksanaan ujian lancar. Untuk menjamin kelancarannya, pihaknya

sudah menyiapkan segala infrastrukturnya.

“Sebenarnya ujian nasional yang punya kerja pusat, kami  membantu pusat, sehingga kami

siapkan dengan sebaik mungkin, untuk mengantisipasi masalah di lapangan. Misalnya soal

listrik, disiapkan genset. Sehingga pelaksanaannya tidak terpengaruh PLN off atau tidak. Tapi

kalau yang teknis, terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, itu pusat. Soal (ujian) dari Jakarta

sana,” jelasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP yang juga meninjau

pelaksanaan UNBK di SMAN 3 Semarang menyampaikan, pada prinsipnya UNBK tingkat SMA

sudah siap. Jika ada masalah, seperti download soal yang tidak muncul, peserta ujian bisa diberi

kesempatan lagi agar tidak merugikan siswa.

“Karena baru pertama kan, selalu tidak sempurna. Tidak 100 persen. Selalu ada yang seperti itu.

Problem listrik dan lainnya. Tapi kalau di kota relatif lebih siap. Listrik siap, genset siap, anak-

anak lebih adaptif. Sehingga lebih siap. Makanya kita cek. Yang SMK sempat kita cek di

Batang, relatif semuanya bagus. Itu menunjukkan kita siap,” kata Ganjar.

Lebih lanjut, orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut mengatakan, akan menggunakan media

apa pun, peserta ujian mesti siap karena menjadi sebuah keharusan di tengah persaingan dunia.

Di samping itu, ujian nasional menggunakan komputer juga berguna untuk membangun

integritas.

“Komputer sebagai media dalam peradaban saat ini is a must. Jadi sebuah keharusan karena itu

kemudahan baru. Di samping, tentu kalau zaman dulu yang manual kan kertasnya sama.

Sekarang nggak. Soalnya (ujian) puluhan ribu, diacak dan orang nggak bisa nyontek kiri kanan.

Sehingga dibutuhkan kejujuran, dibutuhkan kesiapan individual, sehingga mereka bisa adaptif

terhadap soal-soal yang akan dia pelajari,” tutupnya.


Bagikan :

Semarang – Sekelompok siswa SMA Kesatrian 1 nampak mengobrol dengan santai di lorong

sekolah, sambil membawa buku pelajaran Bahasa Indonesia. Sesekali, mereka membaca buku

yang dibawanya. Tidak tampak raut wajah yang tertekan, meski mereka akan menghadapi Ujian

Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA yang dimulai pada hari ini.

Salah satu siswa jurusan bahasa, Yudha menuturkan, dia dan rekan-rekannya memang tidak

begitu tertekan menghadapi ujian nasional. Sebab, ujian nasional tidak lagi menjadi penentu

kelulusan. Meski begitu, dia pribadi tetap serius menghadapinya.

“Saya sudah ikut try out beberapa kali dan berusaha mempersiapkan diri dengan baik. Siap tidak

siap, saya harus siap,” kata Yudha, saat ditemui Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo

sebelum pelaksanaan UNBK, di SMA Kesatrian 1, Senin (10/4).

Kepala SMA Kesatrian 1 Semarang, Tri Tjandra M MPd membenarkan, siswa-siswinya kini

memang lebih enjoy menghadapi UNBK. Berbeda dengan beberapa tahun lalu, di mana ujian

nasional seolah menjadi momok menakutkan. Tapi, walau begitu, pihaknya selalu berharap, para

siswa mengerjakan soal ujian sebaik mungkin.

“Anak-anak enjoy, meski kami selalu berharap mereka bekerja sebaik mungkin. Karena

bagaimana pun, nilai mereka berkaitan dengan kelulusan. Artinya, mereka nanti nek uwis lulus,

mau masuk misalnya ke Akmil, harus ada rata-rata nilai passing grade tertentu. Nilai tetap jadi

pertimbangan. Lulus bukan berarti nyantai,” kata dia.

Senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Drs Gatot Bambang

Hastowo MPd.  Walau tidak menjadi penentu kelulusan, Ujian Nasional dengan Berbasis

Komputer, justru benar-benar menguji integritas para siswa. Sehingga, mereka harus

mempersiapkannya dengan baik.

“Justru di sini integritas betul-betul diuji, kejujuran diuji. Karena soalnya, paketnya sesuai

dengan jumlah itu. Jadi kalau misalnya satu ruang 20 anak, ya paketnya 20. 30 anak, ya paketnya

30. Sehingga kalau ada anak melihat pekerjaan teman yang lain, bunuh diri berarti,” tutur mantan

Ketua KPU itu.

Ditambahkan, UNBK merupakan pekerjaan pemerintah pusat. Pemerintah provinsi bersama

kabupaten/ kota, dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), sifatnya membantu

pemerintah pusat, agar pelaksanaan ujian lancar. Untuk menjamin kelancarannya, pihaknya

sudah menyiapkan segala infrastrukturnya.

“Sebenarnya ujian nasional yang punya kerja pusat, kami  membantu pusat, sehingga kami

siapkan dengan sebaik mungkin, untuk mengantisipasi masalah di lapangan. Misalnya soal

listrik, disiapkan genset. Sehingga pelaksanaannya tidak terpengaruh PLN off atau tidak. Tapi

kalau yang teknis, terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, itu pusat. Soal (ujian) dari Jakarta

sana,” jelasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP yang juga meninjau

pelaksanaan UNBK di SMAN 3 Semarang menyampaikan, pada prinsipnya UNBK tingkat SMA

sudah siap. Jika ada masalah, seperti download soal yang tidak muncul, peserta ujian bisa diberi

kesempatan lagi agar tidak merugikan siswa.

“Karena baru pertama kan, selalu tidak sempurna. Tidak 100 persen. Selalu ada yang seperti itu.

Problem listrik dan lainnya. Tapi kalau di kota relatif lebih siap. Listrik siap, genset siap, anak-

anak lebih adaptif. Sehingga lebih siap. Makanya kita cek. Yang SMK sempat kita cek di

Batang, relatif semuanya bagus. Itu menunjukkan kita siap,” kata Ganjar.

Lebih lanjut, orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut mengatakan, akan menggunakan media

apa pun, peserta ujian mesti siap karena menjadi sebuah keharusan di tengah persaingan dunia.

Di samping itu, ujian nasional menggunakan komputer juga berguna untuk membangun

integritas.

“Komputer sebagai media dalam peradaban saat ini is a must. Jadi sebuah keharusan karena itu

kemudahan baru. Di samping, tentu kalau zaman dulu yang manual kan kertasnya sama.

Sekarang nggak. Soalnya (ujian) puluhan ribu, diacak dan orang nggak bisa nyontek kiri kanan.

Sehingga dibutuhkan kejujuran, dibutuhkan kesiapan individual, sehingga mereka bisa adaptif

terhadap soal-soal yang akan dia pelajari,” tutupnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu