Follow Us :              

Pemprov Jateng Lakukan Kolaborasi dengan USAID Tangani TBC

  31 January 2024  |   12:00:00  |   dibaca : 135 
Kategori :
Bagikan :


Pemprov Jateng Lakukan Kolaborasi dengan USAID Tangani TBC

31 January 2024 | 12:00:00 | dibaca : 135
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak dalam menangani Tuberkulosis (TBC). Sebab, TBC menjadi penyakit menular yang berpotensi menyebabkan kematian.

Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno dalam acara Peluncuran United States Agency for International Development Bebas Tuberkulosis (USAID BTB) Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Penyusunan Rencana Kerja Terpadu "Bersama Menuju Eliminasi dan Bebas dari TB" di Hotel Haris Semarang pada Rabu, 31 Januari 2024.

Temuan kasus TBC di Jateng jumlahnya relatif tinggi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan yang lebih baik dan efektif. Salah satunya dengan upaya Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS).

"Temukan saja itu butuh effort. Makanya, penanganan TBC tidak bisa parsial (dilakukan sebagian saja), tetapi butuh upaya kolaboratif," kata Sekda.

Sebagaimana persoalan stunting, kemiskinan, anak putus sekolah, dan lainnya, semua permasalahan memiliki sasaran yang sama, yakni masyarakat.

Oleh karena itu, ketika dilakukan penanganan di satu desa atau wilayah, seluruh dinas diminta untuk bekerja sama guna menyelesaikan berbagai persoalan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Irma Makiyah menyampaikan bahwa temuan kasus TBC melebihi estimasi.

"Pada tahun 2023, dari estimasi 73.856 (orang), cakupan temuannya mencapai 85.071 (orang), atau 115 persen," ungkapnya.

Kendati demikian, selain berupaya menemukan kasus-kasus lain, pihaknya juga berfokus melakukan upaya pencegahan TBC yang dilakukan bersama dengan banyak pihak, termasuk Tim Penggerak PKK.

Irma juga mengapresiasi pendampingan yang dilakukan USAID di 5 kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Surakarta, Kabupaten Kudus, Tegal, dan Cilacap. Pendampingan yang dilakukan mulai dari Juli 2023-2028 itu, diharapkan mampu membuat Jawa Tengah bebas dari TBC di tahun 2030 mendatang.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi membeberkan, kasus TBC masih menjadi perhatian pemerintah.

Sebab, penyakit TBC yang berisiko pada kematian ini, dalam satu tahun diperkirakan dapat merenggut 134 ribu jiwa. Bahkan akan semakin memberatkan, apabila menimpa anak-anak. Apalagi, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, peningkatan kasus TBC jumlahnya cukup tajam.

Imran mengatakan, program USAID Bebas TBC menjangkau Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, mengingat temuan kasus di beberapa daerah tersebut terhitung tinggi. Sehingga, apabila TBC di empat provinsi itu sudah tertangani, maka sama saja dengan sudah membereskan 60-70 persen TBC di Indonesia.


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak dalam menangani Tuberkulosis (TBC). Sebab, TBC menjadi penyakit menular yang berpotensi menyebabkan kematian.

Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno dalam acara Peluncuran United States Agency for International Development Bebas Tuberkulosis (USAID BTB) Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Penyusunan Rencana Kerja Terpadu "Bersama Menuju Eliminasi dan Bebas dari TB" di Hotel Haris Semarang pada Rabu, 31 Januari 2024.

Temuan kasus TBC di Jateng jumlahnya relatif tinggi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan yang lebih baik dan efektif. Salah satunya dengan upaya Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS).

"Temukan saja itu butuh effort. Makanya, penanganan TBC tidak bisa parsial (dilakukan sebagian saja), tetapi butuh upaya kolaboratif," kata Sekda.

Sebagaimana persoalan stunting, kemiskinan, anak putus sekolah, dan lainnya, semua permasalahan memiliki sasaran yang sama, yakni masyarakat.

Oleh karena itu, ketika dilakukan penanganan di satu desa atau wilayah, seluruh dinas diminta untuk bekerja sama guna menyelesaikan berbagai persoalan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Irma Makiyah menyampaikan bahwa temuan kasus TBC melebihi estimasi.

"Pada tahun 2023, dari estimasi 73.856 (orang), cakupan temuannya mencapai 85.071 (orang), atau 115 persen," ungkapnya.

Kendati demikian, selain berupaya menemukan kasus-kasus lain, pihaknya juga berfokus melakukan upaya pencegahan TBC yang dilakukan bersama dengan banyak pihak, termasuk Tim Penggerak PKK.

Irma juga mengapresiasi pendampingan yang dilakukan USAID di 5 kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Surakarta, Kabupaten Kudus, Tegal, dan Cilacap. Pendampingan yang dilakukan mulai dari Juli 2023-2028 itu, diharapkan mampu membuat Jawa Tengah bebas dari TBC di tahun 2030 mendatang.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi membeberkan, kasus TBC masih menjadi perhatian pemerintah.

Sebab, penyakit TBC yang berisiko pada kematian ini, dalam satu tahun diperkirakan dapat merenggut 134 ribu jiwa. Bahkan akan semakin memberatkan, apabila menimpa anak-anak. Apalagi, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, peningkatan kasus TBC jumlahnya cukup tajam.

Imran mengatakan, program USAID Bebas TBC menjangkau Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, mengingat temuan kasus di beberapa daerah tersebut terhitung tinggi. Sehingga, apabila TBC di empat provinsi itu sudah tertangani, maka sama saja dengan sudah membereskan 60-70 persen TBC di Indonesia.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu