Follow Us :              

Didirikan Saudagar dari Yaman, Pintu Utama Masjid Menara Menghadap ke Kali Semarang

  16 May 2019  |   14:30:00  |   dibaca : 3800 
Kategori :
Bagikan :


Didirikan Saudagar dari Yaman, Pintu Utama Masjid Menara Menghadap ke Kali Semarang

16 May 2019 | 14:30:00 | dibaca : 3800
Kategori :
Bagikan :

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

SEMARANG - Sebagai salah satu kampung di Kota Semarang, Kampung Melayu memiliki potensi citra budaya yang khas. Yaitu multi etnis dengan beragam artefak arsitektural. Kampung Melayu dahulu juga merupakan tempat hunian sebagian besar Suku Melayu di Semarang pada 1743. Pada masa itu, kampung ini merupakan tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan.

Selain masih banyak berdiri rumah panggung masyarakat Banjar, ada satu satu artefak yang masih dapat ditemukan keberadaannya di Kampung Melayu adalah Masjid Menara di Jalan Layur.

Dinding masjid dihiasi ornamen bermotif geometrik dan berwarna-warni. Tetapi karena Kompleks Masjid Menara ini dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter dengan demikian yang kelihatan dari luar hanya menara saja yang tinggi.

Karena adanya menara yang tinggi di Masjid Layur ini maka menyebabkan masjid juga terkenal dengan Masjid Menara. Fungsi menara adalah tempat bilal atau muazin. Tetapi pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 fungsi menara sempat berubah sebagai menara pengawas pantai.

Masjid yang didirikan pada 1802 oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di ibu kota Jawa Tengah itu, kubahnya tidak menggunakan kubah sirap yang umumnya digunakan pada masjid-masjid zaman dahulu.

Tetapi, Masjid ini memiliki atap yang berbentuk tajuk bersusun tiga dan tertutup genteng. Meski sudah berusia ratusan tahun, masjid ini masih kokoh dan terawat. 

Hanya terdapat sedikit perubahan yang dilakukan oleh pengelola masjid, seperti penggantian atap ijuk menjadi atap genteng, menaikan pondasi lantai, dan penambahan ruang pengelola. Ukurannya yang bisa di bilang kecil ini, memang membuat Masjid Layur tampak seperti mushola jaman sekarang, bahkan lebih kecil lagi.

Menurut pengurus masjid, Ali Mahsun, mungkin, Masjid Layur menjadi satu-satunya masjid di Kota Semarang yang memiliki pintu masuk utama dari Kali Semarang. Ada pula pintu dari jalur darat di sisi selatan masjid.

Berdirinya salah satu masjid tua di Semarang ini, kata dia, juga tidak lepas dari peran Kali Semarang yang kala itu menjadi transportasi utama perdagangan. Sehingga, pintu utama masuk masjid langsung dari Kali Semarang.

"Kalau sekarang, akses pintu dari Kali Semarang tidak kita buka. Tapi masih tetap ada. Masjid ini juga memiliki nilai historis yakni berperan dalam penyebaran agama Islam di Semarang," katanya.

Seperti halnya berbagai masjid lainnya di dunia, Masjid Layur di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara juga menawarkan kegiatan buka bersama sepanjang Ramadan. 

Selain dapat menikmati takjil kurma dan kuliner lainnya, para jamaah dapat menikmati kopi Arab. Salah satu keunikan kopi Arab terdapat pada kombinasi kopi yang dipadu dengan beragam rempah khas nusantara seperti jahe, daun pandan, cengkeh dan kayu manis. 

Selain dikenal enak, tentu saja kopi ini menawarkan sensasi aroma yang begitu khas. Nurul, salah satu pembuat Kopi Arab mengatakan, bahan-bahan Kopi arab terbuat dari beberapa bahan rempah-rempah. 

Di antaranya, cengkeh, kapulaga, kayu manis daun jeruk, serai, daun pandan, dan jahe. Bahan rempah tersebut berfungsi menyegarkan tubuh dan mencegah penyakit dalam.

''Menu ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang ada didaerah tersebut sejak awal masjid berdiri ditahun 1802, atau di masa Hindia Belanda. Setiap harinya kita sediakan sekitar 50 porsi. Selain kopi arab, ada kurma, nasi bungkus maupun gorengan. Warga sekitar biasanya ada yang memberikan menu lainnya untuk para musafir yang berbuka disini,'' paparnya.

Sesepuh kampung dan imam masjid, Salim menambahkan, pembuatan kopi dahulu dilakukan di dapur masjid, namun lama kelamaan diserahkan kepada dirinya yang kebetulan bertempat tinggal di sebelah masjid. ''Tradisi ini sudah sejak massa nenek moyang, minuman ini bermanfaat untuk menghangatkan badan,'' tuturnya.

 

Baca juga : Rombongan Mahasiswa Asing ini Kagum Jateng Rawat Baik Bangunan Cagar Budaya


Bagikan :

SEMARANG - Sebagai salah satu kampung di Kota Semarang, Kampung Melayu memiliki potensi citra budaya yang khas. Yaitu multi etnis dengan beragam artefak arsitektural. Kampung Melayu dahulu juga merupakan tempat hunian sebagian besar Suku Melayu di Semarang pada 1743. Pada masa itu, kampung ini merupakan tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan.

Selain masih banyak berdiri rumah panggung masyarakat Banjar, ada satu satu artefak yang masih dapat ditemukan keberadaannya di Kampung Melayu adalah Masjid Menara di Jalan Layur.

Dinding masjid dihiasi ornamen bermotif geometrik dan berwarna-warni. Tetapi karena Kompleks Masjid Menara ini dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter dengan demikian yang kelihatan dari luar hanya menara saja yang tinggi.

Karena adanya menara yang tinggi di Masjid Layur ini maka menyebabkan masjid juga terkenal dengan Masjid Menara. Fungsi menara adalah tempat bilal atau muazin. Tetapi pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 fungsi menara sempat berubah sebagai menara pengawas pantai.

Masjid yang didirikan pada 1802 oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di ibu kota Jawa Tengah itu, kubahnya tidak menggunakan kubah sirap yang umumnya digunakan pada masjid-masjid zaman dahulu.

Tetapi, Masjid ini memiliki atap yang berbentuk tajuk bersusun tiga dan tertutup genteng. Meski sudah berusia ratusan tahun, masjid ini masih kokoh dan terawat. 

Hanya terdapat sedikit perubahan yang dilakukan oleh pengelola masjid, seperti penggantian atap ijuk menjadi atap genteng, menaikan pondasi lantai, dan penambahan ruang pengelola. Ukurannya yang bisa di bilang kecil ini, memang membuat Masjid Layur tampak seperti mushola jaman sekarang, bahkan lebih kecil lagi.

Menurut pengurus masjid, Ali Mahsun, mungkin, Masjid Layur menjadi satu-satunya masjid di Kota Semarang yang memiliki pintu masuk utama dari Kali Semarang. Ada pula pintu dari jalur darat di sisi selatan masjid.

Berdirinya salah satu masjid tua di Semarang ini, kata dia, juga tidak lepas dari peran Kali Semarang yang kala itu menjadi transportasi utama perdagangan. Sehingga, pintu utama masuk masjid langsung dari Kali Semarang.

"Kalau sekarang, akses pintu dari Kali Semarang tidak kita buka. Tapi masih tetap ada. Masjid ini juga memiliki nilai historis yakni berperan dalam penyebaran agama Islam di Semarang," katanya.

Seperti halnya berbagai masjid lainnya di dunia, Masjid Layur di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara juga menawarkan kegiatan buka bersama sepanjang Ramadan. 

Selain dapat menikmati takjil kurma dan kuliner lainnya, para jamaah dapat menikmati kopi Arab. Salah satu keunikan kopi Arab terdapat pada kombinasi kopi yang dipadu dengan beragam rempah khas nusantara seperti jahe, daun pandan, cengkeh dan kayu manis. 

Selain dikenal enak, tentu saja kopi ini menawarkan sensasi aroma yang begitu khas. Nurul, salah satu pembuat Kopi Arab mengatakan, bahan-bahan Kopi arab terbuat dari beberapa bahan rempah-rempah. 

Di antaranya, cengkeh, kapulaga, kayu manis daun jeruk, serai, daun pandan, dan jahe. Bahan rempah tersebut berfungsi menyegarkan tubuh dan mencegah penyakit dalam.

''Menu ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang ada didaerah tersebut sejak awal masjid berdiri ditahun 1802, atau di masa Hindia Belanda. Setiap harinya kita sediakan sekitar 50 porsi. Selain kopi arab, ada kurma, nasi bungkus maupun gorengan. Warga sekitar biasanya ada yang memberikan menu lainnya untuk para musafir yang berbuka disini,'' paparnya.

Sesepuh kampung dan imam masjid, Salim menambahkan, pembuatan kopi dahulu dilakukan di dapur masjid, namun lama kelamaan diserahkan kepada dirinya yang kebetulan bertempat tinggal di sebelah masjid. ''Tradisi ini sudah sejak massa nenek moyang, minuman ini bermanfaat untuk menghangatkan badan,'' tuturnya.

 

Baca juga : Rombongan Mahasiswa Asing ini Kagum Jateng Rawat Baik Bangunan Cagar Budaya


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu