Follow Us :              

Sekda Ajak Masyarakat Belajar Jadi Dalang atau Wayang Orang

  30 April 2019  |   21:00:00  |   dibaca : 7611 
Kategori :
Bagikan :


Sekda Ajak Masyarakat Belajar Jadi Dalang atau Wayang Orang

30 April 2019 | 21:00:00 | dibaca : 7611
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Pagelaran Wayang Kulit menyambut Hari Pendidikan Nasional 2019 dengan lakon "Aji Narantaka" menghadirkan dalang cilik, Pramariza Fadlansyah dan Rafi Ramadhani dari Jakarta di Auditorium RRI Semarang Jalan Ahmad Yani 144-146 Semarang. 

Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama dengan TVRI Jateng, RRI Semarang dan Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta itu juga disiarkan langsung oleh RRI maupun TVRI dan sosial media yang dimiliki TVRI.

"Dua dalang cilik yang juga cucu Rektor Unindra, Prof Sumaryoro ini tidak belajar formal, tetapi otodidak. Para pesinden maupun pengrawitnya, kolaborasi dosen Unindra dan karyawan RRI. Pagelaran ini kita siarkan melalui semua media sosial untuk menggempur balik budaya luar melalui budaya tradisional, wayang kulit misalnya," kata Kepala TVRI Stasiun Jateng Tellman W Roringpandet. 

Rektor Unindra Prof Sumaryoto menambahkan, Unindra memiliki visi dan misi salah satunya membendung arus teknologi yang "menyerang" generasi dengan mengajarkan seni dan budaya kepada anak-anak.

Sementara, Sekda Jateng Sri Puryono yang hadir mewakili Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun menegaskan, menanamkan pendidikan melalui wayang memang sangatlah tepat, karena memiliki nilai keutamaan sebagai tontonan, sekaligus tuntunan dalam membangun tatanan. Ada simbol kebaikan, ada pula simbol kejahatan. 

Masing-masing tokoh memiliki peran dan watak berbeda. Ada yang trengginas, tangkas maupun lemah lembut. Sehingga, kata dia, kita patut bangga hakekat wayang dengan memaknainya secara keseluruhan. 

"Ayo sesekali belajar mendalang, bermain wayang orang. Kita juga harus belajar memahami karakter, gending dan lainnya. Betapa bangganya ketika kita menjadi bagian dari kebudayaan kita sendiri. Meski tidak pinter, saya ini sedikit bisa. Karena lahir di lingkungan seniman, bisa main ketoprak, macapatan, wayang orang. Pada tahun 1981 lomba lawak di UGM, Juara 1. Sampai-sampai, ada teman bilang, pelawak ternyata bisa jadi sekda," ujarnya disambut tepuk tangan para undangan yang hadir.

Pada sesi "limbukan," Sri Puryono pun melantunkan tembang Sinom Parijotho didampingi Eka, salah satu sinden yang pernah menjuarai Sinden Idol, serta anggota Dewan Pengawas RRI Dwi Hernuningsih dengan iringan gamelan.

 

Baca juga : Konservasi Budaya, Sekda: Kiblat Kita Itu Gatotkaca Bukan Superman


Bagikan :

SEMARANG - Pagelaran Wayang Kulit menyambut Hari Pendidikan Nasional 2019 dengan lakon "Aji Narantaka" menghadirkan dalang cilik, Pramariza Fadlansyah dan Rafi Ramadhani dari Jakarta di Auditorium RRI Semarang Jalan Ahmad Yani 144-146 Semarang. 

Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama dengan TVRI Jateng, RRI Semarang dan Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta itu juga disiarkan langsung oleh RRI maupun TVRI dan sosial media yang dimiliki TVRI.

"Dua dalang cilik yang juga cucu Rektor Unindra, Prof Sumaryoro ini tidak belajar formal, tetapi otodidak. Para pesinden maupun pengrawitnya, kolaborasi dosen Unindra dan karyawan RRI. Pagelaran ini kita siarkan melalui semua media sosial untuk menggempur balik budaya luar melalui budaya tradisional, wayang kulit misalnya," kata Kepala TVRI Stasiun Jateng Tellman W Roringpandet. 

Rektor Unindra Prof Sumaryoto menambahkan, Unindra memiliki visi dan misi salah satunya membendung arus teknologi yang "menyerang" generasi dengan mengajarkan seni dan budaya kepada anak-anak.

Sementara, Sekda Jateng Sri Puryono yang hadir mewakili Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun menegaskan, menanamkan pendidikan melalui wayang memang sangatlah tepat, karena memiliki nilai keutamaan sebagai tontonan, sekaligus tuntunan dalam membangun tatanan. Ada simbol kebaikan, ada pula simbol kejahatan. 

Masing-masing tokoh memiliki peran dan watak berbeda. Ada yang trengginas, tangkas maupun lemah lembut. Sehingga, kata dia, kita patut bangga hakekat wayang dengan memaknainya secara keseluruhan. 

"Ayo sesekali belajar mendalang, bermain wayang orang. Kita juga harus belajar memahami karakter, gending dan lainnya. Betapa bangganya ketika kita menjadi bagian dari kebudayaan kita sendiri. Meski tidak pinter, saya ini sedikit bisa. Karena lahir di lingkungan seniman, bisa main ketoprak, macapatan, wayang orang. Pada tahun 1981 lomba lawak di UGM, Juara 1. Sampai-sampai, ada teman bilang, pelawak ternyata bisa jadi sekda," ujarnya disambut tepuk tangan para undangan yang hadir.

Pada sesi "limbukan," Sri Puryono pun melantunkan tembang Sinom Parijotho didampingi Eka, salah satu sinden yang pernah menjuarai Sinden Idol, serta anggota Dewan Pengawas RRI Dwi Hernuningsih dengan iringan gamelan.

 

Baca juga : Konservasi Budaya, Sekda: Kiblat Kita Itu Gatotkaca Bukan Superman


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu