Follow Us :              

Anggaran Cegah Stunting, Gubernur : Kalau Ada Yang Kurang Kita Yang Nambahin

  18 July 2023  |   10:00:00  |   dibaca : 776 
Kategori :
Bagikan :


Anggaran Cegah Stunting, Gubernur : Kalau Ada Yang Kurang Kita Yang Nambahin

18 July 2023 | 10:00:00 | dibaca : 776
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

DEMAK - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada para bidan semakin mengiatkan penanganan stunting. Selain itu mereka juga diminta agar aktif mendata dan mendampingi secara intensif ibu hamil yang ada di wilayah kerja masing-masing, terlebih yang beresiko tinggi (rasti).

Hal ini ia tekankan saat kunjungan kerja di Desa Blerong, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Selasa (18/7/2023). Terlebih di desa tersebut ada total 45 ibu hamil. Dalapan diantaranya sempat bertemu Gubernur dengan resiko tinggi (risti).  Dua di antaranya merupakan ibu hamil dengan risti karena usia di atas 35 tahun dan usia muda. Bahkan satu di antaranya saat ini berusia 42 tahun dan hamil kembar.

“Maka ini sudah risti banget, usianya, kandungannya. Maka saya minta ini menjadi perhatian, tapi tadi saya tanya sudah ok (katanya),” ujar Gubernur yang saat itu didampingi Bupati Demak, Eisti’anah.

Pada para bidan, secara khusus Gubernur berpesan agar mereka rutin melakukan pengecekan kandungan para ibu risti, khususnya ibu dengan bayi kembar tersebut. Terlebih kondisi salah satu bayi dalam kandungan tersebut meninggal. 

“Maka pada saat dia mau melahirkan, betul-betul ini akan diamankan, sehingga nanti saat bersalin ibunya sehat, insya Allah  bayinya sehat. Karena di kandungannya ada kembar, yang satu meninggal itu,” ujarnya.

Terkait tenaga kesehatan, berdasarkan data yang ada saat ini di Desa Blerong, Kecamatan Guntur tersebut, terdapat 32 kasus stunting. Pemerintah desa mempunyai mitigasi penanganan stunting yang relatif bagus, yakni dengan pendampingan intensif selama 120 hari dan ditambah pemberian penambah nafsu makan. Namun, hal itu belum terlaksana tahun ini karena kendala anggaran.

“Tapi ini sumbernya masih berharap pada ADD. Maka tadi saya minta kalau anggarannya kurang, persoalan stuntingnya tetap didata, nanti disampaikan pada ibu Bupati atau kepada Gubernur, sehingga kalau ada yang kurang kita yang nambahin,” jelasnya.

Gubernur menegaskan soal stunting, harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat. Selain untuk mencapai target nasional di angka 14 pada 2024 mendatang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), hal ini juga berkaitan dengan penyiapan generasi Indonesia Emas. 

Di sisi lain, lanjut Gubernur juga mengingatkan pentingnya pendataan pada penanganan kemiskinan ekstrem. Sebab menurutnya, stunting bagian tidak terpisah dari isu tersebut.

“Makanya ini kita kebut, cerita-cerita seperti ini yang kita sampaikan (sosialisasi), pengecekan langsung di lapangan kita lakukan, dan kita mesti mendapatkan laporan rutin. Ini yang menurut saya penting, agar kita bisa memastikan treatment-nya diberikan, sehingga nanti potensi angka turunnya bisa terbaca dengan baik,” ucapnya. Gubernur yakin angka stunting di Jawa Tengah dapat terus menurun melalui koordinasi dan inovasi para kader kesehatan.

Sebagai informasi, dalam empat tahun terakhir, Jawa Tengah terbukti  berhasil menurunkan angka stunting. Berdasarkan data dari e-PPBGM, angka stunting di Jawa Tengah pada tahun 2018 adalah 24,4 persen, kemudian turun menjadi 18,3 persen pada tahun 2019. Pada tahun 2020, angka tersebut turun lagi menjadi 14,5 persen, dan pada tahun 2021 menjadi 12,8 persen, hingga pada tahun 2022 mencapai angka 11,9 persen. 

Keberhasilan Gubernur dalam menekan angka stunting tidak lepas dari keberhasilan program-program yang diinisiasinya, di antaranya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng), Jo Kawin Bocah, One Student One Client, dan yang terbaru adalah peluncuran beras fortifikasi sebagai tambahan gizi bagi ibu hamil.


Bagikan :

DEMAK - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada para bidan semakin mengiatkan penanganan stunting. Selain itu mereka juga diminta agar aktif mendata dan mendampingi secara intensif ibu hamil yang ada di wilayah kerja masing-masing, terlebih yang beresiko tinggi (rasti).

Hal ini ia tekankan saat kunjungan kerja di Desa Blerong, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Selasa (18/7/2023). Terlebih di desa tersebut ada total 45 ibu hamil. Dalapan diantaranya sempat bertemu Gubernur dengan resiko tinggi (risti).  Dua di antaranya merupakan ibu hamil dengan risti karena usia di atas 35 tahun dan usia muda. Bahkan satu di antaranya saat ini berusia 42 tahun dan hamil kembar.

“Maka ini sudah risti banget, usianya, kandungannya. Maka saya minta ini menjadi perhatian, tapi tadi saya tanya sudah ok (katanya),” ujar Gubernur yang saat itu didampingi Bupati Demak, Eisti’anah.

Pada para bidan, secara khusus Gubernur berpesan agar mereka rutin melakukan pengecekan kandungan para ibu risti, khususnya ibu dengan bayi kembar tersebut. Terlebih kondisi salah satu bayi dalam kandungan tersebut meninggal. 

“Maka pada saat dia mau melahirkan, betul-betul ini akan diamankan, sehingga nanti saat bersalin ibunya sehat, insya Allah  bayinya sehat. Karena di kandungannya ada kembar, yang satu meninggal itu,” ujarnya.

Terkait tenaga kesehatan, berdasarkan data yang ada saat ini di Desa Blerong, Kecamatan Guntur tersebut, terdapat 32 kasus stunting. Pemerintah desa mempunyai mitigasi penanganan stunting yang relatif bagus, yakni dengan pendampingan intensif selama 120 hari dan ditambah pemberian penambah nafsu makan. Namun, hal itu belum terlaksana tahun ini karena kendala anggaran.

“Tapi ini sumbernya masih berharap pada ADD. Maka tadi saya minta kalau anggarannya kurang, persoalan stuntingnya tetap didata, nanti disampaikan pada ibu Bupati atau kepada Gubernur, sehingga kalau ada yang kurang kita yang nambahin,” jelasnya.

Gubernur menegaskan soal stunting, harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat. Selain untuk mencapai target nasional di angka 14 pada 2024 mendatang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), hal ini juga berkaitan dengan penyiapan generasi Indonesia Emas. 

Di sisi lain, lanjut Gubernur juga mengingatkan pentingnya pendataan pada penanganan kemiskinan ekstrem. Sebab menurutnya, stunting bagian tidak terpisah dari isu tersebut.

“Makanya ini kita kebut, cerita-cerita seperti ini yang kita sampaikan (sosialisasi), pengecekan langsung di lapangan kita lakukan, dan kita mesti mendapatkan laporan rutin. Ini yang menurut saya penting, agar kita bisa memastikan treatment-nya diberikan, sehingga nanti potensi angka turunnya bisa terbaca dengan baik,” ucapnya. Gubernur yakin angka stunting di Jawa Tengah dapat terus menurun melalui koordinasi dan inovasi para kader kesehatan.

Sebagai informasi, dalam empat tahun terakhir, Jawa Tengah terbukti  berhasil menurunkan angka stunting. Berdasarkan data dari e-PPBGM, angka stunting di Jawa Tengah pada tahun 2018 adalah 24,4 persen, kemudian turun menjadi 18,3 persen pada tahun 2019. Pada tahun 2020, angka tersebut turun lagi menjadi 14,5 persen, dan pada tahun 2021 menjadi 12,8 persen, hingga pada tahun 2022 mencapai angka 11,9 persen. 

Keberhasilan Gubernur dalam menekan angka stunting tidak lepas dari keberhasilan program-program yang diinisiasinya, di antaranya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng), Jo Kawin Bocah, One Student One Client, dan yang terbaru adalah peluncuran beras fortifikasi sebagai tambahan gizi bagi ibu hamil.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu