Follow Us :              

Petani Muda Asal Kudus Berhasil Tanam Melon Tanpa Pestisida

  01 July 2020  |   11:30:00  |   dibaca : 4485 
Kategori :
Bagikan :


Petani Muda Asal Kudus Berhasil Tanam Melon Tanpa Pestisida

01 July 2020 | 11:30:00 | dibaca : 4485
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KUDUS – Inovasi petani muda asal Kabupaten Kudus ini mampu membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berdecak kagum. Petani muda ini berhasil menanam melon tanpa pestisida sehingga aman dikonsumsi.

Stevanus Rangga Santoso orangnya, Founder CV Santoso Agro yang berhasil menanam melon menggunakan inovasi greenhouse tanpa pestisida. Ganjar pun meninjau langsung tempat penanamannya di Jalan Lingkar Barat, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Rabu (1/72020).

Pertanian di dalam greenhouse adalah sistem produksi pertanian yang menggabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro, yang mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.

"Kita di sini melihat anak kreatif, si Rangga (Stevanus Rangga) ini.  Muda, mau bertani, produknya sangat sale-able (menjual). Dengan teknologi tinggi," kata Ganjar saat di lokasi.

Sosok petani muda ini, menurutnya, amat menginspirasi. Terutama di masa pandemi, di mana ekonomi sedang lesu. Ganjar memuji tindakan Rangga karena mampu memproduksi produk pertanian berkualitas.
 
Bahkan, berdasarkan keterangan Rangga bahwa produk melonnya mempunyai pasar yang bagus dan berpeluang besar untuk berkembang. "Maka untuk nambah berapapun, sebenarnya kapasitasnya, produk melon saja, marketnya enggak akan habis. Itu baru (market) Jakarta, belum yang lain," imbuhnya.

Gubernur menilai tindakan memulihkan ekonomi seperti ini amat baik. Ditambah lagi, ini merupakan produk dalam negeri. Tindakan ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bersama membangkitkan ekonomi. Dengan demikian dari produk melon saja, kebutuhan bisa terpenuhi dengan teknologi yang canggih, berarti ada optimistis tinggi untuk kembali menumbuhkan perekonomian. "Cukup, sangat membantu luar biasa," ujarnya.

Ganjar juga yakin jika produk melon karya petani muda Kudus ini akan mampu menembus pasar ekspor. Mengingat kualitasnya yang luar biasa. "Bahkan dunia juga bisa," ujarnya.

Stevanus Rangga menjelaskan konsep pertanian melon yang dia pakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian. Dia menanam dengan sistem hidroponik, tanpa tanah supaya tidak megandung kadar pupuk sama sekali.

"Sehingga 100 persen, hasil yang kita tumbuhkan tergantung dengan komposisi yang kita berikan. Misalnya saya mau awal pertumbuhannya, daunnya mau saya besarkan sekian. Saya kasih pupuk nitrogen sekian PPM (Part Per Million atau seperjuta bagian yang merupakan satuan pada pengukuran nilai kepadatan suatu zat di dalam air)," jelas Rangga.

Hal itu berlaku juga untuk buah yang misal mau dibesarkan seberapa ukurannya, petani tinggal menambah zat lainnya. Artinya, dengan teknologi pertanian ini pihaknya bisa mengontrol. Hal itu berbeda jika penanamannya dilakukan di atas tanah yang berujung pada sulitnya pengontrolan tanaman.

Dia menuturkan hasil buah melon yang diharapkan adalah buah yang premium. Tentunya yang memiliki pasar bagus. Serta sehat untuk dikonsumsi lantaran minim kandungan pestisidanya. "Yang lagi ditanam ini jenis melon Jepang, melon Eropa, ada melon China, melon Jawa," jelasnya.

Dengan masa panen bervariasi, atau setidaknya 60 hari hingga 80 hari bisa panen hasil panennya sudah dikirim hingga Singapura. "Kualitasnya mereka cocok," ungkap Rangga.


Bagikan :

KUDUS – Inovasi petani muda asal Kabupaten Kudus ini mampu membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berdecak kagum. Petani muda ini berhasil menanam melon tanpa pestisida sehingga aman dikonsumsi.

Stevanus Rangga Santoso orangnya, Founder CV Santoso Agro yang berhasil menanam melon menggunakan inovasi greenhouse tanpa pestisida. Ganjar pun meninjau langsung tempat penanamannya di Jalan Lingkar Barat, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Rabu (1/72020).

Pertanian di dalam greenhouse adalah sistem produksi pertanian yang menggabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro, yang mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.

"Kita di sini melihat anak kreatif, si Rangga (Stevanus Rangga) ini.  Muda, mau bertani, produknya sangat sale-able (menjual). Dengan teknologi tinggi," kata Ganjar saat di lokasi.

Sosok petani muda ini, menurutnya, amat menginspirasi. Terutama di masa pandemi, di mana ekonomi sedang lesu. Ganjar memuji tindakan Rangga karena mampu memproduksi produk pertanian berkualitas.
 
Bahkan, berdasarkan keterangan Rangga bahwa produk melonnya mempunyai pasar yang bagus dan berpeluang besar untuk berkembang. "Maka untuk nambah berapapun, sebenarnya kapasitasnya, produk melon saja, marketnya enggak akan habis. Itu baru (market) Jakarta, belum yang lain," imbuhnya.

Gubernur menilai tindakan memulihkan ekonomi seperti ini amat baik. Ditambah lagi, ini merupakan produk dalam negeri. Tindakan ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bersama membangkitkan ekonomi. Dengan demikian dari produk melon saja, kebutuhan bisa terpenuhi dengan teknologi yang canggih, berarti ada optimistis tinggi untuk kembali menumbuhkan perekonomian. "Cukup, sangat membantu luar biasa," ujarnya.

Ganjar juga yakin jika produk melon karya petani muda Kudus ini akan mampu menembus pasar ekspor. Mengingat kualitasnya yang luar biasa. "Bahkan dunia juga bisa," ujarnya.

Stevanus Rangga menjelaskan konsep pertanian melon yang dia pakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian. Dia menanam dengan sistem hidroponik, tanpa tanah supaya tidak megandung kadar pupuk sama sekali.

"Sehingga 100 persen, hasil yang kita tumbuhkan tergantung dengan komposisi yang kita berikan. Misalnya saya mau awal pertumbuhannya, daunnya mau saya besarkan sekian. Saya kasih pupuk nitrogen sekian PPM (Part Per Million atau seperjuta bagian yang merupakan satuan pada pengukuran nilai kepadatan suatu zat di dalam air)," jelas Rangga.

Hal itu berlaku juga untuk buah yang misal mau dibesarkan seberapa ukurannya, petani tinggal menambah zat lainnya. Artinya, dengan teknologi pertanian ini pihaknya bisa mengontrol. Hal itu berbeda jika penanamannya dilakukan di atas tanah yang berujung pada sulitnya pengontrolan tanaman.

Dia menuturkan hasil buah melon yang diharapkan adalah buah yang premium. Tentunya yang memiliki pasar bagus. Serta sehat untuk dikonsumsi lantaran minim kandungan pestisidanya. "Yang lagi ditanam ini jenis melon Jepang, melon Eropa, ada melon China, melon Jawa," jelasnya.

Dengan masa panen bervariasi, atau setidaknya 60 hari hingga 80 hari bisa panen hasil panennya sudah dikirim hingga Singapura. "Kualitasnya mereka cocok," ungkap Rangga.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu