Follow Us :              

Perayaan Imlek, Gubernur Kunjungi Warga Keturunan Tionghoa

  01 February 2022  |   10:00:00  |   dibaca : 957 
Kategori :
Bagikan :


Perayaan Imlek, Gubernur Kunjungi Warga Keturunan Tionghoa

01 February 2022 | 10:00:00 | dibaca : 957
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Tepat di Hari Raya Imlek, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengunjungi veteran perang keturunan Tionghoa, Trisno Yoewono. Pria kelahiran Bojonegoro yang kini berusia 77 tahun itu turut serta di sejumlah pertempuran, salah satunya Pertempuran Lima Hari Semarang. 

Kedatangan Gubernur disambut gembira Yoewono berserta keluarga di rumahnya mereka di bilangan Bulusan, Kecamatan Tembalang. Meskipun Yoewono sudah beberapa kali bertemu gubernur di acara resmi yang melibatkan veteran. Namun ia tidak menyangka, Gubernur kini berdiri di depan pintu rumahnya. 

“Nama kecil saya Lie Xia Yu. Saya ganti ya karena jaman Soeharto dulu. Kira-kira tahun 68. Yu-nya dipakai untuk Yoewono, jadi Trisno Yoewono,” katanya. 

Meski cukup banyak pejuang kemerdekaan yang merupakan keturunan tionghoa tetapi keberadaan mereka tidak banyak dikenal masyarakat. Padahal mereka yang turut berperang merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. 

Piyantun kaya jenengan (Orang seperti Anda) kan sedikit, kok dulu sebagai orang Indonesia keturunan tionghoa kok mau perang, kenapa?,” tanya Gubernur penasaran. 

Yoewono mengatakan, keinginannya berjuang murni atas kecintaannya terhadap tanah kelahiran. Baginya meski keturunan Tionghoa, dia adalah warga negara Indonesia. 

“Kita kesadaran diri, kita lahir di Indonesia, mau bagaimana ya jadi orang Indonesia. (Berjuang) Tidak ada (gaji). Kita rela mati untuk bela negara,” ucap Yoewono mantap. 

Di masa tuanya, kini Yoewono yang terkena stroke banyak menghabiskan waktu di rumah dengan melukis. Dia pernah berguru pada Dullah, pelukis realis istana kesayangan Bung Karno. Di sela perbincangan, Gubernur melihat sebuah lukisan yang menyerupai dirinya namun belum selesai. 

“Pak Yu, nanti kalau sudah selesai itu lukisannya kabari saya ya. Biar saya beli,” pintanya sambil berpamitan. 

Atas kunjungan Gubernur tersebut, Yoewono yang tampak terharu berkali-kali mengungkapkan rasa terimakasih. ya pada Ganjar berulangkali. 

“Terimakasih pak Ganjar, sudah datang. Saya tidak pernah lupa sama pak Gubernur,” ujarnya di akhir pertemuan. 

Selain mengunjungi rumah Yoewono, pada perayaan Imlek tahun ini Gubernur juga mengunjungi warga keturunan tionghoa lainnya di Kawasan Pecinan Semarang. Di sana Gubernur menyapa dan mengunjungi beberapa warga, salah satunya keluarga Jongkis di Jalan Sekolan, Kampung Purwodinatan. 

Di rumah dua lantai berukuran 3 x 4 meter itu, Jongkis  tinggal bersama 13 orang lainnya yaitu, suami, anak-anak dan cucu-cucu. Jongkis mengaku rumah tersebut adalah warisan dari mertuanya. Dirinya tinggal di rumah itu sejak 1981. Jongkis mengatakan, berkat kepedulian para tetangga yang memberikan tumpangan tidur bagi 7 cucunya, kesesakan di rumah Jongkis menjadi jauh berkurang. 

Mendengar cerita Jongki, Gubernur bukan saja kagum pada kemampuan keluarga ini berbagi ruang tinggal, tetapi juga kemampuan mereka mengembangkan toleransi beragama. 

Pada Gubernur, Jongki mengaku dia dan suaminya yang keturunan Tionghoa beragama Islam. Sedangkan dua anaknya beragama Kristen dan Buddha. Sedangkan cucu-cucu Jongkis mengikuti agama orang tuanya. 

“Menarik juga, di rumah ini agamanya banyak, mereka hidup rukun bersama-sama,” puji Gubernur. Meski begitu, Gubernur merasa kondisi rumah mereka perlu penataan. 

"Tentu soal kelayakan harus ditata, ini kondisi yang butuh diantara kita saling peduli dan membantu," ungkapnya. 

Dari rumah Jongkis, Gubernur melanjutkan kunjungan ke rumah Keluarga Agus Sugiyanto berada di pinggir sungai di Jalan Inspeksi Wot Gandu. Selain itu dia juga mengunjungi rumah Ibu Katrin di Kampung Plampitan. Sebagai bentuk perhatian pada warga-warga kurang mampu yang dikunjungi, Gubernur juga menyerahkan bantuan sembako. 

Selain mengunjungi warga keturunan tionghoa yang kurang mampu, Gubernur juga sempat meninjau pelaksanaan vaksinasi booster di halaman Kelenteng Tay Kak Sie Semarang. Penerima vaksin booster adalah jemaat atau warga Tionghoa yang biasa sembahyang di kelenteng tersebut. 

“Saya terimakasih karena pelaksanaan upacaranya lancar, umat yang beribadah tertib. Mudah-mudahan doa-doa mereka terkabul. Terimakasih dari Polda dan Walubi melakukan vaksin booster. Imleknya damai, tertib dan jaga prokes,” tandasnya.


Bagikan :

SEMARANG - Tepat di Hari Raya Imlek, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengunjungi veteran perang keturunan Tionghoa, Trisno Yoewono. Pria kelahiran Bojonegoro yang kini berusia 77 tahun itu turut serta di sejumlah pertempuran, salah satunya Pertempuran Lima Hari Semarang. 

Kedatangan Gubernur disambut gembira Yoewono berserta keluarga di rumahnya mereka di bilangan Bulusan, Kecamatan Tembalang. Meskipun Yoewono sudah beberapa kali bertemu gubernur di acara resmi yang melibatkan veteran. Namun ia tidak menyangka, Gubernur kini berdiri di depan pintu rumahnya. 

“Nama kecil saya Lie Xia Yu. Saya ganti ya karena jaman Soeharto dulu. Kira-kira tahun 68. Yu-nya dipakai untuk Yoewono, jadi Trisno Yoewono,” katanya. 

Meski cukup banyak pejuang kemerdekaan yang merupakan keturunan tionghoa tetapi keberadaan mereka tidak banyak dikenal masyarakat. Padahal mereka yang turut berperang merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. 

Piyantun kaya jenengan (Orang seperti Anda) kan sedikit, kok dulu sebagai orang Indonesia keturunan tionghoa kok mau perang, kenapa?,” tanya Gubernur penasaran. 

Yoewono mengatakan, keinginannya berjuang murni atas kecintaannya terhadap tanah kelahiran. Baginya meski keturunan Tionghoa, dia adalah warga negara Indonesia. 

“Kita kesadaran diri, kita lahir di Indonesia, mau bagaimana ya jadi orang Indonesia. (Berjuang) Tidak ada (gaji). Kita rela mati untuk bela negara,” ucap Yoewono mantap. 

Di masa tuanya, kini Yoewono yang terkena stroke banyak menghabiskan waktu di rumah dengan melukis. Dia pernah berguru pada Dullah, pelukis realis istana kesayangan Bung Karno. Di sela perbincangan, Gubernur melihat sebuah lukisan yang menyerupai dirinya namun belum selesai. 

“Pak Yu, nanti kalau sudah selesai itu lukisannya kabari saya ya. Biar saya beli,” pintanya sambil berpamitan. 

Atas kunjungan Gubernur tersebut, Yoewono yang tampak terharu berkali-kali mengungkapkan rasa terimakasih. ya pada Ganjar berulangkali. 

“Terimakasih pak Ganjar, sudah datang. Saya tidak pernah lupa sama pak Gubernur,” ujarnya di akhir pertemuan. 

Selain mengunjungi rumah Yoewono, pada perayaan Imlek tahun ini Gubernur juga mengunjungi warga keturunan tionghoa lainnya di Kawasan Pecinan Semarang. Di sana Gubernur menyapa dan mengunjungi beberapa warga, salah satunya keluarga Jongkis di Jalan Sekolan, Kampung Purwodinatan. 

Di rumah dua lantai berukuran 3 x 4 meter itu, Jongkis  tinggal bersama 13 orang lainnya yaitu, suami, anak-anak dan cucu-cucu. Jongkis mengaku rumah tersebut adalah warisan dari mertuanya. Dirinya tinggal di rumah itu sejak 1981. Jongkis mengatakan, berkat kepedulian para tetangga yang memberikan tumpangan tidur bagi 7 cucunya, kesesakan di rumah Jongkis menjadi jauh berkurang. 

Mendengar cerita Jongki, Gubernur bukan saja kagum pada kemampuan keluarga ini berbagi ruang tinggal, tetapi juga kemampuan mereka mengembangkan toleransi beragama. 

Pada Gubernur, Jongki mengaku dia dan suaminya yang keturunan Tionghoa beragama Islam. Sedangkan dua anaknya beragama Kristen dan Buddha. Sedangkan cucu-cucu Jongkis mengikuti agama orang tuanya. 

“Menarik juga, di rumah ini agamanya banyak, mereka hidup rukun bersama-sama,” puji Gubernur. Meski begitu, Gubernur merasa kondisi rumah mereka perlu penataan. 

"Tentu soal kelayakan harus ditata, ini kondisi yang butuh diantara kita saling peduli dan membantu," ungkapnya. 

Dari rumah Jongkis, Gubernur melanjutkan kunjungan ke rumah Keluarga Agus Sugiyanto berada di pinggir sungai di Jalan Inspeksi Wot Gandu. Selain itu dia juga mengunjungi rumah Ibu Katrin di Kampung Plampitan. Sebagai bentuk perhatian pada warga-warga kurang mampu yang dikunjungi, Gubernur juga menyerahkan bantuan sembako. 

Selain mengunjungi warga keturunan tionghoa yang kurang mampu, Gubernur juga sempat meninjau pelaksanaan vaksinasi booster di halaman Kelenteng Tay Kak Sie Semarang. Penerima vaksin booster adalah jemaat atau warga Tionghoa yang biasa sembahyang di kelenteng tersebut. 

“Saya terimakasih karena pelaksanaan upacaranya lancar, umat yang beribadah tertib. Mudah-mudahan doa-doa mereka terkabul. Terimakasih dari Polda dan Walubi melakukan vaksin booster. Imleknya damai, tertib dan jaga prokes,” tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu