Foto : Bintoro (Humas Jateng)
Foto : Bintoro (Humas Jateng)
SEMARANG - Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) sangat penting bagi para nelayan Indonesia, termasuk nelayan di Jawa Tengah. Dengan mengikuti SLCN, nelayan diharapkan mempunyai kapasitas untuk memahami cuaca dan iklim di laut, serta mampu menyusun perencanaan menangkap ikan secara lebih jitu, aman, dan selamat.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno di sela pembukaan SLCN 2023 Provinsi Jateng, di Astina Hall Gedung G3 Semarang, Rabu (9/8/2023). Pembukaan SLCN 2023 bertajuk "SLCN Wujudkan Nelayan Hebat, Selamat, dan Sejahtera" ditandai dengan pemukulan gong oleh Sekda didampingi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang Taruna Rahman, dan pejabat terkait lain.
"Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini, membantu mengedukasi para nelayan, membantu mereka membaca prakiraan cuaca, yang sudah disediakan secara komplit oleh BMKG," kata Sekda.
Sekda mengatakan, agar nelayan dapat membaca berbagai informasi mengenai cuaca dan iklim di perairan, yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui teknologi informasi, nelayan perlu diajari terlebih dahulu, dengan mengikuti SLCN, sehingga mereka dapat memahami berbagai informasi, dan dapat membaca makna warna-warna atau simbol-simbol lain yang disampaikan BMKG.
Sekda mencontohkan, warna cokelat di perairan Jawa, Artinya, gelombang di perairan tersebut tinggi atau tidak aman untuk berlayar. Sehingga, nelayan diminta untuk tidak melaut, karena berbahaya dan mengancam keselamatan nelayan. Apabila sudah hijau, artinya nelayan sudah bisa melaut dan menangkap ikan.
"Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini, juga sangat membantu teman-teman nelayan, dari sisi keselamatan dan keberhasilan menangkap ikan. Kami sangat berterima kasih kepada BMKG (karena) mengajarkan ini. Menurut saya, ini sangat bagus dan penting untuk para nelayan," ucap Sekda.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati yang hadir secara virtual menjelaskan, tujuan SLCN adalah memberikan kapasitas kepada para nelayan untuk memahami cuaca dan iklim, serta mampu menyusun perencanaan menangkap ikan, secara lebih jitu, aman, selamat, dan menjadi pahlawan pangan, ketika daratan mengalami krisis pangan sebagai dampak perubahan iklim global.
Kepala BMKG mengatakan, SLCN sangat bermanfaat bagi para nelayan di seluruh Indonesia, termasuk nelayan Jawa Tengah. Terlebih, potensi perikanan laut, mampu menjadi stok cadangan pangan, sampai puncak krisisnya pada tahun 2050. Dengan dukungan teknologi, pihaknya berharap, para nelayan semakin meningkatkan kapasitas, keahlian, dan kemahiran dalam menangkap ikan.
"Kita bersyukur, memiliki lautan yang luas. Nah, di sinilah peran para nelayan, karena laut tidak akan kering, dan dalam kondisi el nino, ikan-ikan itu diprediksi justru panen, jadi akan lebih mudah diangkat. Saat di darat kita mengalami kering, di laut kita malah bisa panen ikan. Tetapi, panen ikan dapat dilakukan, tergantung kemahiran nelayan dalam memahami cuaca dan iklim," katanya.
Dijelaskan, apabila di suatu perairan berwarna cokelat, maka tinggi gelombang perairan itu, mencapai sekitar empat meter. Sehingga, jika nelayan melihat daerah perairan berwana cokelat, maka dapat beristirahat atau menepi. Sedangkan warna kuning, hijau, dan biru artinya kondisi perairan mulai aman, sehingga nelayan dapat kembali berlayar, menuju lokasi keberadaan ikan-ikan yang melimpah.
"Warna-warna di perairan ini ada maknanya. Nanti akan diajarkan selama Sekolah Lapang Cuaca Nelayan. Misalnya di Pulau Jawa bagian utara warnanya hijau, ini bagus sekali dan aman untuk nelayan, arusnya ke arah barat, sehingga nelayan akan berlayar, juga bisa diketahui ikan melimpah di mana," jelas Dwikorita.
SLCN Jateng 2023 diikuti oleh kurang lebih 100 peserta, yang terdiri dari pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI), nelayan Kota Semarang, Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, serta pihak terkait lainnya. Dalam kegiatan yang berlangsung sehari itu, peserta akan mendapatkan materi tentang berbagai informasi penting dari BMKG.
SEMARANG - Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) sangat penting bagi para nelayan Indonesia, termasuk nelayan di Jawa Tengah. Dengan mengikuti SLCN, nelayan diharapkan mempunyai kapasitas untuk memahami cuaca dan iklim di laut, serta mampu menyusun perencanaan menangkap ikan secara lebih jitu, aman, dan selamat.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno di sela pembukaan SLCN 2023 Provinsi Jateng, di Astina Hall Gedung G3 Semarang, Rabu (9/8/2023). Pembukaan SLCN 2023 bertajuk "SLCN Wujudkan Nelayan Hebat, Selamat, dan Sejahtera" ditandai dengan pemukulan gong oleh Sekda didampingi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang Taruna Rahman, dan pejabat terkait lain.
"Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini, membantu mengedukasi para nelayan, membantu mereka membaca prakiraan cuaca, yang sudah disediakan secara komplit oleh BMKG," kata Sekda.
Sekda mengatakan, agar nelayan dapat membaca berbagai informasi mengenai cuaca dan iklim di perairan, yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui teknologi informasi, nelayan perlu diajari terlebih dahulu, dengan mengikuti SLCN, sehingga mereka dapat memahami berbagai informasi, dan dapat membaca makna warna-warna atau simbol-simbol lain yang disampaikan BMKG.
Sekda mencontohkan, warna cokelat di perairan Jawa, Artinya, gelombang di perairan tersebut tinggi atau tidak aman untuk berlayar. Sehingga, nelayan diminta untuk tidak melaut, karena berbahaya dan mengancam keselamatan nelayan. Apabila sudah hijau, artinya nelayan sudah bisa melaut dan menangkap ikan.
"Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini, juga sangat membantu teman-teman nelayan, dari sisi keselamatan dan keberhasilan menangkap ikan. Kami sangat berterima kasih kepada BMKG (karena) mengajarkan ini. Menurut saya, ini sangat bagus dan penting untuk para nelayan," ucap Sekda.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati yang hadir secara virtual menjelaskan, tujuan SLCN adalah memberikan kapasitas kepada para nelayan untuk memahami cuaca dan iklim, serta mampu menyusun perencanaan menangkap ikan, secara lebih jitu, aman, selamat, dan menjadi pahlawan pangan, ketika daratan mengalami krisis pangan sebagai dampak perubahan iklim global.
Kepala BMKG mengatakan, SLCN sangat bermanfaat bagi para nelayan di seluruh Indonesia, termasuk nelayan Jawa Tengah. Terlebih, potensi perikanan laut, mampu menjadi stok cadangan pangan, sampai puncak krisisnya pada tahun 2050. Dengan dukungan teknologi, pihaknya berharap, para nelayan semakin meningkatkan kapasitas, keahlian, dan kemahiran dalam menangkap ikan.
"Kita bersyukur, memiliki lautan yang luas. Nah, di sinilah peran para nelayan, karena laut tidak akan kering, dan dalam kondisi el nino, ikan-ikan itu diprediksi justru panen, jadi akan lebih mudah diangkat. Saat di darat kita mengalami kering, di laut kita malah bisa panen ikan. Tetapi, panen ikan dapat dilakukan, tergantung kemahiran nelayan dalam memahami cuaca dan iklim," katanya.
Dijelaskan, apabila di suatu perairan berwarna cokelat, maka tinggi gelombang perairan itu, mencapai sekitar empat meter. Sehingga, jika nelayan melihat daerah perairan berwana cokelat, maka dapat beristirahat atau menepi. Sedangkan warna kuning, hijau, dan biru artinya kondisi perairan mulai aman, sehingga nelayan dapat kembali berlayar, menuju lokasi keberadaan ikan-ikan yang melimpah.
"Warna-warna di perairan ini ada maknanya. Nanti akan diajarkan selama Sekolah Lapang Cuaca Nelayan. Misalnya di Pulau Jawa bagian utara warnanya hijau, ini bagus sekali dan aman untuk nelayan, arusnya ke arah barat, sehingga nelayan akan berlayar, juga bisa diketahui ikan melimpah di mana," jelas Dwikorita.
SLCN Jateng 2023 diikuti oleh kurang lebih 100 peserta, yang terdiri dari pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI), nelayan Kota Semarang, Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng, serta pihak terkait lainnya. Dalam kegiatan yang berlangsung sehari itu, peserta akan mendapatkan materi tentang berbagai informasi penting dari BMKG.
Berita Terbaru