Follow Us :              

Ancaman Kekeringan, BPBD Jateng Siapkan 1.000 Tangki Air Bersih

  26 June 2019  |   17:30:00  |   dibaca : 830 
Kategori :
Bagikan :


Ancaman Kekeringan, BPBD Jateng Siapkan 1.000 Tangki Air Bersih

26 June 2019 | 17:30:00 | dibaca : 830
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan air bersih sebanyak 1.000 tangki. Air itu disiapkan untuk mengantisipasi ancaman kekeringan yang melanda wilayah Jateng di musim kemarau panjang tahun ini.

Kepala BPBD Jateng Sudaryanto mengatakan, pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp320 juta untuk mengantisipasi bencana kekeringan. Dana itu nantinya yang akan digunakan untuk menyuplai air bersih sebanyak 1.000 tangki kepada masyarakat.

"Air bersih itu nantinya akan diberikan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau panjang tahun ini," kata Sudaryanto saat dikonfirmasi, Rabu (26/6/2019).

Meski begitu, suplai air bersih dari BPBD Jateng tersebut baru akan diterjunkan apabila pihak kabupaten/kota sudah tidak sanggup melayani permintaan air bersih dari warga. Sampai hari ini, penanganan kekeringan di beberapa kabupaten/kota masih dapat diatasi oleh daerah masing-masing.

Sampai saat ini, lanjut dia, sudah ada 10 kabupaten/kota yang mengalami kekeringan, di antaranya Cilacap, Purbalingga, Temanggung, Wonogori, Blora, Grobogan, Pati, Demak dan sekitarnya.

"Dropping air bersih sudah dilakukan sampai hari ini, ada yang sehari sampai 60 tangki, ada yang hanya dua tangki seperti di Temanggung. Pengiriman air bersih ini akan kami lakukan untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana kekeringan,” ucapnya.

Kepada masyarakat yang terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini, dapat mengajukan bantuan suplai air bersih kepada BPBD. Caranya, masyarakat dapat berkoordinasi dengan perangkat desa terkait seperti pihak kelurahan dan kecamatan.

"Atau bisa langsung ke BPBD di daerah masing-masing. Dengan catatan, pengajuan bantuan dropping air bersih ini tidak bisa untuk kepentingan pribadi, jadi diprioritaskan untuk desa atau wilayah yang mengalami kekeringan cukup parah," tegasnya.

Sudaryanto juga meminta masyarakat untuk melakukan penghematan air pada musim kemarau tahun ini. Sebab diprediksi, musim kemarau tahun ini akan belangsung hingga September mendatang.

Dari perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lanjut dia, sebanyak 31 kabupaten/kota, 360 kecamatan dan 1.259 desa di Jateng diprediksi akan mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penghematan air agar tidak berdampak semakin luas.

“Prediksi BMKG, hingga puncak musim kemarau nanti akan ada 31 kabupaten/kota di Jateng yang terdampak kemarau panjang ini,” terangnya.

Penghematan air dari masyarakat, kata dia, akan sangat membantu proses penyelesaian bencana kekeringan di Jateng. Sebab menurutnya, sejumlah waduk di Jateng saat ini telah mengalami penurunan debit air.

“Jadi masyarakat memang harus menghemat air, agar debit air di waduk tetap terjaga. Bijaklah dalam menggunakan air bersih karena musim kemarau masih cukup lama. Sekarang ini baru permulaan,” tegasnya.

Disinggung terkait kemungkinan melakukan program hujan buatan, Sudaryanto mengaku belum bisa melaksanakan upaya itu. Pasalnya, pembuatan hujan buatan membutuhkan biaya yang sangat besar. “Soal hujan buatan belum ya, nanti lihat kondisi,” tukasnya.

Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko mengatakan, musim kemarau di Jateng diprediksi akan berlangsung cukup panjang, yakni mulai Juni hingga September. Puncak musim kemarau di Jateng diperkirakan terjadi pada bulan Agustus.

“Sementara musim penghujan diprediksi baru akan terjadi pada Oktober dan November mendatang. Jadi memang musim kemarau tahun ini cukup panjang,” kata dia.

Iis menambahkan, hingga akhir Juni ini, sudah hampir semua daerah di Jateng tidak turun hujan lebih dari 30 hari. Kondisi itu masuk dalam kategori sangat panjang dan berpotensi terjadi kekeringan.

“Meski begitu, ada beberapa daerah di Jawa Tengah yang harus diwaspadai terkait musim kemarau tahun ini seperti Wonogiri dan Rembang. Tahun lalu, dua daerah itu mengalami 90 hari tidak turun hujan atau masuk dalam kategori ekstrem,” tegasnya.

Menghadapi ancaman musim kemarau yang panjang, selain meminta masyarakat untuk melakukan penghematan air bersih, dia juga meminta masyarakat menjaga kesehatan.

“Karena kondisi suhu pada musim kemarau ini aneh, di siang hari bisa sangat panas, sementara suhu malam hari sangat dingin. Selain kesehatan, masyarakat juga harus mewaspadai adanya bencana kebakaran,” pungkasnya.

 

Baca juga : Pemprov Jateng Dorong Pogram Penyelamatan Rawa Pening Dioptimalkan


Bagikan :

SEMARANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan air bersih sebanyak 1.000 tangki. Air itu disiapkan untuk mengantisipasi ancaman kekeringan yang melanda wilayah Jateng di musim kemarau panjang tahun ini.

Kepala BPBD Jateng Sudaryanto mengatakan, pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp320 juta untuk mengantisipasi bencana kekeringan. Dana itu nantinya yang akan digunakan untuk menyuplai air bersih sebanyak 1.000 tangki kepada masyarakat.

"Air bersih itu nantinya akan diberikan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau panjang tahun ini," kata Sudaryanto saat dikonfirmasi, Rabu (26/6/2019).

Meski begitu, suplai air bersih dari BPBD Jateng tersebut baru akan diterjunkan apabila pihak kabupaten/kota sudah tidak sanggup melayani permintaan air bersih dari warga. Sampai hari ini, penanganan kekeringan di beberapa kabupaten/kota masih dapat diatasi oleh daerah masing-masing.

Sampai saat ini, lanjut dia, sudah ada 10 kabupaten/kota yang mengalami kekeringan, di antaranya Cilacap, Purbalingga, Temanggung, Wonogori, Blora, Grobogan, Pati, Demak dan sekitarnya.

"Dropping air bersih sudah dilakukan sampai hari ini, ada yang sehari sampai 60 tangki, ada yang hanya dua tangki seperti di Temanggung. Pengiriman air bersih ini akan kami lakukan untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana kekeringan,” ucapnya.

Kepada masyarakat yang terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini, dapat mengajukan bantuan suplai air bersih kepada BPBD. Caranya, masyarakat dapat berkoordinasi dengan perangkat desa terkait seperti pihak kelurahan dan kecamatan.

"Atau bisa langsung ke BPBD di daerah masing-masing. Dengan catatan, pengajuan bantuan dropping air bersih ini tidak bisa untuk kepentingan pribadi, jadi diprioritaskan untuk desa atau wilayah yang mengalami kekeringan cukup parah," tegasnya.

Sudaryanto juga meminta masyarakat untuk melakukan penghematan air pada musim kemarau tahun ini. Sebab diprediksi, musim kemarau tahun ini akan belangsung hingga September mendatang.

Dari perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lanjut dia, sebanyak 31 kabupaten/kota, 360 kecamatan dan 1.259 desa di Jateng diprediksi akan mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan penghematan air agar tidak berdampak semakin luas.

“Prediksi BMKG, hingga puncak musim kemarau nanti akan ada 31 kabupaten/kota di Jateng yang terdampak kemarau panjang ini,” terangnya.

Penghematan air dari masyarakat, kata dia, akan sangat membantu proses penyelesaian bencana kekeringan di Jateng. Sebab menurutnya, sejumlah waduk di Jateng saat ini telah mengalami penurunan debit air.

“Jadi masyarakat memang harus menghemat air, agar debit air di waduk tetap terjaga. Bijaklah dalam menggunakan air bersih karena musim kemarau masih cukup lama. Sekarang ini baru permulaan,” tegasnya.

Disinggung terkait kemungkinan melakukan program hujan buatan, Sudaryanto mengaku belum bisa melaksanakan upaya itu. Pasalnya, pembuatan hujan buatan membutuhkan biaya yang sangat besar. “Soal hujan buatan belum ya, nanti lihat kondisi,” tukasnya.

Terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko mengatakan, musim kemarau di Jateng diprediksi akan berlangsung cukup panjang, yakni mulai Juni hingga September. Puncak musim kemarau di Jateng diperkirakan terjadi pada bulan Agustus.

“Sementara musim penghujan diprediksi baru akan terjadi pada Oktober dan November mendatang. Jadi memang musim kemarau tahun ini cukup panjang,” kata dia.

Iis menambahkan, hingga akhir Juni ini, sudah hampir semua daerah di Jateng tidak turun hujan lebih dari 30 hari. Kondisi itu masuk dalam kategori sangat panjang dan berpotensi terjadi kekeringan.

“Meski begitu, ada beberapa daerah di Jawa Tengah yang harus diwaspadai terkait musim kemarau tahun ini seperti Wonogiri dan Rembang. Tahun lalu, dua daerah itu mengalami 90 hari tidak turun hujan atau masuk dalam kategori ekstrem,” tegasnya.

Menghadapi ancaman musim kemarau yang panjang, selain meminta masyarakat untuk melakukan penghematan air bersih, dia juga meminta masyarakat menjaga kesehatan.

“Karena kondisi suhu pada musim kemarau ini aneh, di siang hari bisa sangat panas, sementara suhu malam hari sangat dingin. Selain kesehatan, masyarakat juga harus mewaspadai adanya bencana kebakaran,” pungkasnya.

 

Baca juga : Pemprov Jateng Dorong Pogram Penyelamatan Rawa Pening Dioptimalkan


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu