Follow Us :              

Kunjungi Pecinan Jelang Imlek, Ganjar: Sin Chun Kiong Hi!

  24 January 2020  |   13:30:00  |   dibaca : 981 
Kategori :
Bagikan :


Kunjungi Pecinan Jelang Imlek, Ganjar: Sin Chun Kiong Hi!

24 January 2020 | 13:30:00 | dibaca : 981
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi kawasan Pecinan Semarang menjelang Tahun Baru Imlek, Jumat (24/1/2020). Ia menyambangi tiga lokasi, yakni rumah kopi legendaris Dharmo Boutique Roastery, Masjid Ann Nur Diponegoro dan Gedung Perkumpulan Sosial Rasa Darma.

Gubernur berambut putih itu mencicipi secangkir kopi di Dharmo Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat Nomor 14 Kranggan Kota Semarang. Rumah ini memang menjual berbagai macam kopi dari seluruh Indonesia. Sebagian besar dijual dalam bentul roast bean atau telah melalui proses sangrai.

Pada jaman kolonial Belanda dulu, rumah kopi ini satu-satunya yang dimiliki orang noneropa. Kini rumah ini ditinggali pewaris generasi ketiga Widayat Basuki Dharmowiyono (73). Basuki, sapaan Widayat Basuki Dharmowiyono, turut menyambut Ganjar yang berkeliling melihat mesin giling kopi tua miliknya yang sudah berusia 102 tahun. 

“Ini kalau dijadikan kafe bisa bagus, mesin-mesin tua daripada berkarat dan ndongkrok bisa direstorasi jadi ornamen sejarah,” kata Ganjar.

Ganjar tak bisa berlama-lama di rumah kopi ini lantaran adzan shalat Jumat sudah memanggilnya. Bersama ajudan, ia pun menuju Masjid An Nur Diponegoro. Bangunan kecil di dalam Kampung Menyanan Kecil ini adalah satu-satunya masjid di kawasan pecinan. Namanya dilekati dengan Diponegoro karena konon pernah digunakan Pangeran Diponegoro pada tahun 1800-an untuk bersembunyi.

Meski berada di tengah-tengah komunitas nonmuslim, masjid ini tetap berdiri dengan nyaman. Keberadaannya sangat membantu orang-orang muslim yang sehari-hari bekerja di Pecinan. 

Kehadiran Ganjar tak pelak menyedot perhatian jamaah. Maklum masjid 25 x 10 meter itu jarang dikunjungi pejabat. 

Selanjutnya Ganjar mengunjungi Gedung Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong di Jalan Gang Pinggir. Ganjar disambut Harjanto Halim, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis).

Harjanto menjelaskan, perkumpulan tersebut berdiri sejak 1876 dengan nafas sastra dan kebudayaan yang lekat. Kini menjadi tempat berkumpul orang tionghoa dari beragam kalangan. Menariknya, pengurus Rasa Darma kini juga diisi orang muslim.

“Sejak ada Sinchi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) di sini, sajian makan yang mengandung babi dihilangkan, diganti kambing dan ayam, jadi semua halal untuk umat muslim,” kata Harjanto.

Untuk membuktikannya, Harjanto mengajak Ganjar makan bersama. Acara makan itu merupakan tradisi warga Pecinan Semarang menjelang Tahun Baru Imlek.

Sebelum pamit, Ganjar sempat ngevlog ucapan Selamat Tahun Baru Imlek bersama pengurus Rasa Dharma. “Selamat Imlek ya, Sin Chun Kiong Hi!,” ucap Ganjar yang artinya kira-kira ‘Selamat menyambut musim semi yang baru’.


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi kawasan Pecinan Semarang menjelang Tahun Baru Imlek, Jumat (24/1/2020). Ia menyambangi tiga lokasi, yakni rumah kopi legendaris Dharmo Boutique Roastery, Masjid Ann Nur Diponegoro dan Gedung Perkumpulan Sosial Rasa Darma.

Gubernur berambut putih itu mencicipi secangkir kopi di Dharmo Boutique Roastery di Jalan Wotgandul Barat Nomor 14 Kranggan Kota Semarang. Rumah ini memang menjual berbagai macam kopi dari seluruh Indonesia. Sebagian besar dijual dalam bentul roast bean atau telah melalui proses sangrai.

Pada jaman kolonial Belanda dulu, rumah kopi ini satu-satunya yang dimiliki orang noneropa. Kini rumah ini ditinggali pewaris generasi ketiga Widayat Basuki Dharmowiyono (73). Basuki, sapaan Widayat Basuki Dharmowiyono, turut menyambut Ganjar yang berkeliling melihat mesin giling kopi tua miliknya yang sudah berusia 102 tahun. 

“Ini kalau dijadikan kafe bisa bagus, mesin-mesin tua daripada berkarat dan ndongkrok bisa direstorasi jadi ornamen sejarah,” kata Ganjar.

Ganjar tak bisa berlama-lama di rumah kopi ini lantaran adzan shalat Jumat sudah memanggilnya. Bersama ajudan, ia pun menuju Masjid An Nur Diponegoro. Bangunan kecil di dalam Kampung Menyanan Kecil ini adalah satu-satunya masjid di kawasan pecinan. Namanya dilekati dengan Diponegoro karena konon pernah digunakan Pangeran Diponegoro pada tahun 1800-an untuk bersembunyi.

Meski berada di tengah-tengah komunitas nonmuslim, masjid ini tetap berdiri dengan nyaman. Keberadaannya sangat membantu orang-orang muslim yang sehari-hari bekerja di Pecinan. 

Kehadiran Ganjar tak pelak menyedot perhatian jamaah. Maklum masjid 25 x 10 meter itu jarang dikunjungi pejabat. 

Selanjutnya Ganjar mengunjungi Gedung Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong di Jalan Gang Pinggir. Ganjar disambut Harjanto Halim, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis).

Harjanto menjelaskan, perkumpulan tersebut berdiri sejak 1876 dengan nafas sastra dan kebudayaan yang lekat. Kini menjadi tempat berkumpul orang tionghoa dari beragam kalangan. Menariknya, pengurus Rasa Darma kini juga diisi orang muslim.

“Sejak ada Sinchi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) di sini, sajian makan yang mengandung babi dihilangkan, diganti kambing dan ayam, jadi semua halal untuk umat muslim,” kata Harjanto.

Untuk membuktikannya, Harjanto mengajak Ganjar makan bersama. Acara makan itu merupakan tradisi warga Pecinan Semarang menjelang Tahun Baru Imlek.

Sebelum pamit, Ganjar sempat ngevlog ucapan Selamat Tahun Baru Imlek bersama pengurus Rasa Dharma. “Selamat Imlek ya, Sin Chun Kiong Hi!,” ucap Ganjar yang artinya kira-kira ‘Selamat menyambut musim semi yang baru’.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu