Follow Us :              

Produktivitas Panen Padi di Jateng Tertinggi Se-Indonesia

  17 August 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 5880 
Kategori :
Bagikan :


Produktivitas Panen Padi di Jateng Tertinggi Se-Indonesia

17 August 2020 | 09:00:00 | dibaca : 5880
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

JAKARTA - Provinsi Jawa Tengah memperoleh penghargaan sebagai daerah dengan tingkat produksi beras tertinggi se-Indonesia tahun 2019. Penghargaan ini, diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo kepada Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro tepat pada HUT ke-75 Indonesia, Senin (17/8/2020). 

Penghargaan ini diperoleh karena Jateng, berhasil memproduksi panen padi 9.655.654 ton gabah kering giling (GKG), pada tahun 2019. Jumlah tersebut, setara dengan produksi beras 5.523.969 ton beras. Adapun luas tanam pada tahun tersebut seluas 1.692.546 hektar dan luas lahan panen 1.678.479 hektar. 

Selain Provinsi Jateng yang memeroleh penghargaan, tiga kabupaten di Jawa Tengah juga memeroleh predikat produsen padi tertinggi. Ketiganya adalah Kabupaten Grobogan dengan 772.551 ton GKG di tempat ke delapan, Kabupaten Sragen dengan 766.012 GKG di tempat ke sembilan dan Kabupaten Cilacap dengan 699.965 GKG.

Suryo Banendro bersyukur atas capaian tersebut. Ia mengatakan, selain usaha keras dari para petani, jalinan kerja sama antar sektor juga memengaruhi kenaikan produktivitas lahan padi di Jateng. 

"Sektor pertanian kalau nyambut gawe (bekerja) dipengaruhi wong njaba (orang luar), bibit dari swasta, saluran irigasi dari PSDA, pupuk dari BUMN. Ini hasil kerja sama di bawah arahan Pak Ganjar (Gubernur Jawa Tengah)," ungkapnya. 

Terjunkan Berbagai Bantuan dan Program

Suryo mengatakan, untuk menggenjot produksi padi, pihaknya memberikan berbagai bantuan dan program. Di antaranya, melakukan pembasmian hama wereng dan tikus, percepatan tanam dan pemberian bantuan pompa air. 

Selain itu, Distanbun juga menyediakan bantuan alat pemanen (Combine Harvester). Selain itu, pihaknya juga menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Tahun 2020 ini, disiapkan asuransi untuk 35 ribu hektar sawah puso, yang dananya bersumber dari APBD Jateng. 

"Ketika panennya cepat, maka lahan bisa dipersiapkan untuk ditanam kembali. Selain itu, kita juga memberikan bantuan benih saat Pandemi COVID-19. Karena dengan bantuan tersebut, kami harap dapat mengurangi biaya usaha tani," paparnya. 

Ia menambahkan, dengan produktivitas tersebut Jawa Tengah mampu mensuplai beras ke daerah-daerah lain. Seperti Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah serta ke wilayah Indonesia bagian timur. 

Pertahankan Produktivitas Beras

Suryo menyebut, kebutuhan beras di Jawa Tengah sekitar 269 ribu ton per bulan, atau sekitar 3,2 juta ton beras per tahun. Sedangkan produksi tahun 2019 mencapai 5.523.969 ton beras.

Dengan angka tersebut, Suryo optimis bisa kembali melanjutkan tren produktivitas beras di tahun 2020. Sampai bulan Mei 2020 produksi  beras Jateng sudah mencapai 2,4 juta ton.

Disinggung mengenai alih fungsi lahan di Jawa Tengah, Suryo tak menampik kenyataan itu. Namun, Ia menjamin hal itu sudah sesuai peraturan yang ada. Selain itu, dengan manajemen pertanian yang benar, pihaknya mampu mempertahankan produksi yang ada.

"Namun dengan dukungan infrastruktur pertanian, ketika dulu bisa satu kali tanam setelah air masuk (irigasi) bisa dua kali tanam. Akan tetapi bagaimanapun, alih fungsi lahan tetap harus sesuai peraturan yang ada," jelas Suryo.


Bagikan :

JAKARTA - Provinsi Jawa Tengah memperoleh penghargaan sebagai daerah dengan tingkat produksi beras tertinggi se-Indonesia tahun 2019. Penghargaan ini, diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo kepada Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro tepat pada HUT ke-75 Indonesia, Senin (17/8/2020). 

Penghargaan ini diperoleh karena Jateng, berhasil memproduksi panen padi 9.655.654 ton gabah kering giling (GKG), pada tahun 2019. Jumlah tersebut, setara dengan produksi beras 5.523.969 ton beras. Adapun luas tanam pada tahun tersebut seluas 1.692.546 hektar dan luas lahan panen 1.678.479 hektar. 

Selain Provinsi Jateng yang memeroleh penghargaan, tiga kabupaten di Jawa Tengah juga memeroleh predikat produsen padi tertinggi. Ketiganya adalah Kabupaten Grobogan dengan 772.551 ton GKG di tempat ke delapan, Kabupaten Sragen dengan 766.012 GKG di tempat ke sembilan dan Kabupaten Cilacap dengan 699.965 GKG.

Suryo Banendro bersyukur atas capaian tersebut. Ia mengatakan, selain usaha keras dari para petani, jalinan kerja sama antar sektor juga memengaruhi kenaikan produktivitas lahan padi di Jateng. 

"Sektor pertanian kalau nyambut gawe (bekerja) dipengaruhi wong njaba (orang luar), bibit dari swasta, saluran irigasi dari PSDA, pupuk dari BUMN. Ini hasil kerja sama di bawah arahan Pak Ganjar (Gubernur Jawa Tengah)," ungkapnya. 

Terjunkan Berbagai Bantuan dan Program

Suryo mengatakan, untuk menggenjot produksi padi, pihaknya memberikan berbagai bantuan dan program. Di antaranya, melakukan pembasmian hama wereng dan tikus, percepatan tanam dan pemberian bantuan pompa air. 

Selain itu, Distanbun juga menyediakan bantuan alat pemanen (Combine Harvester). Selain itu, pihaknya juga menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Tahun 2020 ini, disiapkan asuransi untuk 35 ribu hektar sawah puso, yang dananya bersumber dari APBD Jateng. 

"Ketika panennya cepat, maka lahan bisa dipersiapkan untuk ditanam kembali. Selain itu, kita juga memberikan bantuan benih saat Pandemi COVID-19. Karena dengan bantuan tersebut, kami harap dapat mengurangi biaya usaha tani," paparnya. 

Ia menambahkan, dengan produktivitas tersebut Jawa Tengah mampu mensuplai beras ke daerah-daerah lain. Seperti Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah serta ke wilayah Indonesia bagian timur. 

Pertahankan Produktivitas Beras

Suryo menyebut, kebutuhan beras di Jawa Tengah sekitar 269 ribu ton per bulan, atau sekitar 3,2 juta ton beras per tahun. Sedangkan produksi tahun 2019 mencapai 5.523.969 ton beras.

Dengan angka tersebut, Suryo optimis bisa kembali melanjutkan tren produktivitas beras di tahun 2020. Sampai bulan Mei 2020 produksi  beras Jateng sudah mencapai 2,4 juta ton.

Disinggung mengenai alih fungsi lahan di Jawa Tengah, Suryo tak menampik kenyataan itu. Namun, Ia menjamin hal itu sudah sesuai peraturan yang ada. Selain itu, dengan manajemen pertanian yang benar, pihaknya mampu mempertahankan produksi yang ada.

"Namun dengan dukungan infrastruktur pertanian, ketika dulu bisa satu kali tanam setelah air masuk (irigasi) bisa dua kali tanam. Akan tetapi bagaimanapun, alih fungsi lahan tetap harus sesuai peraturan yang ada," jelas Suryo.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu