Follow Us :              

Perbaiki Kualitas, "Serang" Pasar Dunia

  05 March 2017  |   08:00:00  |   dibaca : 480 
Kategori :
Bagikan :


Perbaiki Kualitas, "Serang" Pasar Dunia

05 March 2017 | 08:00:00 | dibaca : 480
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang - Buah semangka diukir menjadi bunga, itu sudah biasa. Tapi apa jadinya jika buah semangka diukir menyerupai siluet wajah Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP?

Pada Festival Buah 2 yang berlangsung di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah mulai Sabtu (4/3), masyarakat bisa menyaksikan fruit carving bergambar siluet wajah orang nomor satu di Jawa Tengah bersama isterinya Hj Atikoh Ganjar Pranowo. Ukiran yang menggambarkan detail siluet wajah pasangan itu pun menarik minat pengunjung. Gubernur Ganjar bahkan memotret dan mengirimkan gambar ukiran semangka itu kepada isterinya yang saat itu tidak ikut mendampinginya. Gara-gara melihat fruit carving itu pula, Ganjar mencoba untuk mengukir semangka.

Festival Buah yang diselenggarakan hingga Minggu (5/3) itu memang menampilkan aneka buah dari Jawa Tengah dengan kualitas unggulan. Lihat saja alpukat wina dari Bandungan, Kabupaten Semarang yang ukurannya istimewa. Satu buah alpukat yang dibudidayakan Asosiasi Petani Alpukat Berkah Jaya pimpinan Muhammad Saryono itu beratnya bisa mencapai 1,8 kilogram. Namun, harganya juga lebih mahal ketimbang alpukat berukuran kecil, yakni kisaran Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kilogram. Tidak mengherankan jika buah berukuran jumbo itu sudah menembus pasar di Jakarta dan mancanegara.

Selain alpukat, buah berukuran jumbo lainnya adalah Srikaya Rovi, yang ukurannya hampir sebesar sirsat. Rasanya yang manis membuat buah produksi BBTPH wilayah Banyumas itu diburu pembeli. Ada pula buah langka dari Desa Tempuran Kabupaten Blora, yaitu sawo londho atau apricot. Mengingat produksinya yang masih sedikit, buah itu tidak dijual ke pasaran dalam bentuk buah, melainkan diolah menjadi egg roll. Dan pada festival kali itu, ada pula apricot yang diolah menjadi minuman jus.

Penggemar makanan pedas pun dimanjakan dengan harga cabai rawit merah yang hanya separuh dari harga pasaran. Yakni Rp 60 ribu per kilogram. Untuk menghindari aksi borong dari masyarakat, pembelian cabai dibatasi maksimal satu kilogram per orang. Di tempat yang sama, dijual bawang merah dari Brebes dan Temanggung dengan harga Rp 30 ribu per kilogram, lebih murah dari harga pasaran.

Pecinta durian dimanjakan dengan aneka durian dari seluruh wilayah di Jawa Tengah. Masing-masing memiliki cita rasa tersendiri, dari yang manis sampai manis semu pahit. Meski kualitasnya unggulan, harga yang dibandrol sama atau bahkan lebih rendah dari pasaran.

Gubernur Ganjar Pranowo mengungkapkan, festival tersebut membuktikan jika buah lokal asal Jawa Tengah tidak kalah dari daerah lain, bahkan berani bersaing dengan buah impor. Dia menunjuk contoh duku sumber dari Kudus yang rasanya sangat manis, melebihi duku dari luar Jawa yang saat ini sudah dikenal masyarakat. Belum lagi durian dan buah naga yang hampir di setiap stand tersedia.

"Aprikot dari Blora juga beda. Rasanya nano nano. Ada rasa sawo, ketela, tapi (yang disajikan) ini masih original, cuma diblender. Saya membayangkan ini bisa dipadukan dengan jeruk atau dicampur dengan mangga biar lebih enak. Kalau bisa dengan olahan, akan lebih bagus, hasilnya luar biasa, dan tidak ditemukan di tempat lain," bebernya.

Ditambahkan, peluang pasar buah lokal terbuka luas, bahkan di mancanegara. Dia mengungkapkan, saat duta besar Indonesia untuk Rusia datang ke Jawa Tengah, disampaikan jika satu buah rambutan dijual seharga Rp 60 ribu. Pepaya dihargai Rp 240 ribu. Peluang ini akan semakin terbuka jika nantinya dibuka penerbangan langsung dari Jawa Tengah ke negara itu.

"Maka sekarang kita coba bina para petani ini dengan kualitas buah yang bagus dengan satu harapan kita bisa ekspor. Mari kita memperbaiki kualitas buah-buah kita, terus mulai kita serang pasar dunia," kata gubernur.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah Ir Yuni Astuti menyampaikan festival buah kedua tersebut diselenggarakan tidak hanya mendorong budidaya buah lokal agar mampu bersaing di pasar bebas, tapi juga meningkatkan kecintaan masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal. Ada 48 stand yang memamerkan buah, sayur, dan produk olahannya. Terdiri dari delapan stand UPT Distanbun, 32 stand pemerintah kabupaten/ kota, serta delapan stand mitra kerja swasta.

"Kami juga menyelenggarakan lomba buah yang diikuti 135 peserta. Yakni lomba durian 30 pesert, pisang 30 peserta, manggis 20 peserta, duku 20 peserta, dan sawo 25 peserta. Ada pula lomba mengukir buah yang diikuti 60 peserta," tandasnya.

 


Bagikan :

Semarang - Buah semangka diukir menjadi bunga, itu sudah biasa. Tapi apa jadinya jika buah semangka diukir menyerupai siluet wajah Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP?

Pada Festival Buah 2 yang berlangsung di Halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah mulai Sabtu (4/3), masyarakat bisa menyaksikan fruit carving bergambar siluet wajah orang nomor satu di Jawa Tengah bersama isterinya Hj Atikoh Ganjar Pranowo. Ukiran yang menggambarkan detail siluet wajah pasangan itu pun menarik minat pengunjung. Gubernur Ganjar bahkan memotret dan mengirimkan gambar ukiran semangka itu kepada isterinya yang saat itu tidak ikut mendampinginya. Gara-gara melihat fruit carving itu pula, Ganjar mencoba untuk mengukir semangka.

Festival Buah yang diselenggarakan hingga Minggu (5/3) itu memang menampilkan aneka buah dari Jawa Tengah dengan kualitas unggulan. Lihat saja alpukat wina dari Bandungan, Kabupaten Semarang yang ukurannya istimewa. Satu buah alpukat yang dibudidayakan Asosiasi Petani Alpukat Berkah Jaya pimpinan Muhammad Saryono itu beratnya bisa mencapai 1,8 kilogram. Namun, harganya juga lebih mahal ketimbang alpukat berukuran kecil, yakni kisaran Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kilogram. Tidak mengherankan jika buah berukuran jumbo itu sudah menembus pasar di Jakarta dan mancanegara.

Selain alpukat, buah berukuran jumbo lainnya adalah Srikaya Rovi, yang ukurannya hampir sebesar sirsat. Rasanya yang manis membuat buah produksi BBTPH wilayah Banyumas itu diburu pembeli. Ada pula buah langka dari Desa Tempuran Kabupaten Blora, yaitu sawo londho atau apricot. Mengingat produksinya yang masih sedikit, buah itu tidak dijual ke pasaran dalam bentuk buah, melainkan diolah menjadi egg roll. Dan pada festival kali itu, ada pula apricot yang diolah menjadi minuman jus.

Penggemar makanan pedas pun dimanjakan dengan harga cabai rawit merah yang hanya separuh dari harga pasaran. Yakni Rp 60 ribu per kilogram. Untuk menghindari aksi borong dari masyarakat, pembelian cabai dibatasi maksimal satu kilogram per orang. Di tempat yang sama, dijual bawang merah dari Brebes dan Temanggung dengan harga Rp 30 ribu per kilogram, lebih murah dari harga pasaran.

Pecinta durian dimanjakan dengan aneka durian dari seluruh wilayah di Jawa Tengah. Masing-masing memiliki cita rasa tersendiri, dari yang manis sampai manis semu pahit. Meski kualitasnya unggulan, harga yang dibandrol sama atau bahkan lebih rendah dari pasaran.

Gubernur Ganjar Pranowo mengungkapkan, festival tersebut membuktikan jika buah lokal asal Jawa Tengah tidak kalah dari daerah lain, bahkan berani bersaing dengan buah impor. Dia menunjuk contoh duku sumber dari Kudus yang rasanya sangat manis, melebihi duku dari luar Jawa yang saat ini sudah dikenal masyarakat. Belum lagi durian dan buah naga yang hampir di setiap stand tersedia.

"Aprikot dari Blora juga beda. Rasanya nano nano. Ada rasa sawo, ketela, tapi (yang disajikan) ini masih original, cuma diblender. Saya membayangkan ini bisa dipadukan dengan jeruk atau dicampur dengan mangga biar lebih enak. Kalau bisa dengan olahan, akan lebih bagus, hasilnya luar biasa, dan tidak ditemukan di tempat lain," bebernya.

Ditambahkan, peluang pasar buah lokal terbuka luas, bahkan di mancanegara. Dia mengungkapkan, saat duta besar Indonesia untuk Rusia datang ke Jawa Tengah, disampaikan jika satu buah rambutan dijual seharga Rp 60 ribu. Pepaya dihargai Rp 240 ribu. Peluang ini akan semakin terbuka jika nantinya dibuka penerbangan langsung dari Jawa Tengah ke negara itu.

"Maka sekarang kita coba bina para petani ini dengan kualitas buah yang bagus dengan satu harapan kita bisa ekspor. Mari kita memperbaiki kualitas buah-buah kita, terus mulai kita serang pasar dunia," kata gubernur.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah Ir Yuni Astuti menyampaikan festival buah kedua tersebut diselenggarakan tidak hanya mendorong budidaya buah lokal agar mampu bersaing di pasar bebas, tapi juga meningkatkan kecintaan masyarakat untuk mengonsumsi buah lokal. Ada 48 stand yang memamerkan buah, sayur, dan produk olahannya. Terdiri dari delapan stand UPT Distanbun, 32 stand pemerintah kabupaten/ kota, serta delapan stand mitra kerja swasta.

"Kami juga menyelenggarakan lomba buah yang diikuti 135 peserta. Yakni lomba durian 30 pesert, pisang 30 peserta, manggis 20 peserta, duku 20 peserta, dan sawo 25 peserta. Ada pula lomba mengukir buah yang diikuti 60 peserta," tandasnya.

 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu