Foto : Handy (Humas Jateng)
Foto : Handy (Humas Jateng)
SEMARANG - Sudah 70 tahun Wayang Orang Ngesthi Pandhawa menetap dan bertahan di Kota Semarang. Waktu yang panjang dan tidak mudah tentunya untuk bertahan di tengah gempuran perkembangan teknologi. Maka sudah sepantasnya kalau Wayang Orang Ngesthi Pandhawa menjadi identitas seni tradisi di Kota Semarang. Namun untuk mencapai itu semua, masih banyak hal yang harus diperbaiki, termasuk dukungan penuh dari pemerintah dan stakeholder lainnya.
"Saya menaruh apresiasi tinggi kepada KSBN Kota Semarang. Ini momen yang tepat untuk membuat Ngesthi Pandhawa menjadi ikon atau identitas Kota Semarang. Ini penting karena Ngesthi Pandhawa merupakan satu dari tiga paguyuban wayang orang yang masih eksis di Jawa Tengah," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, dalam Dialog Budaya bertema "Bergerak Bersama Membangun Seni Panggung Tradisi Wayang Orang Sebagai Identitas Kota Semarang" di Balaikota Semarang, Jumat (27/9/2019) sore.
Sri Puryono yang juga Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah juga menyampaikan sejarah singkat tentang Ngesthi Pandhawa. Mulai didirikan di Madiun pada tahun 1937 dan mulai masuk dan pentas di Jawa Tengah pada tahun 1942. Kemudian akhirnya menetap di Kota Semarang sejak tahun 1949 dan terus bertahan hingga sekarang.
"Sekali lagi saya ulangi, Ngesthi Pandhawa harus menjadi ikon Kota Semarang," tegasnya.
Selain kesejarahan, nilai budaya yang dibawa oleh Ngesthi Pandhawa merupakan ruh sebuah bangsa. Keberadaan Ngesthi Pandhawa bisa menjadi sarana untuk membangun karakter kota. Itu karena wayang orang merupakan tontonan yang berisi tuntutan.
"Pemerintah dalam hal ini Kota Semarang harus memberi dukungan penuh. Seperti perbaikan fasilitas, menyediakan ruang-ruang pertunjukan lain dengan skala kecil. Lalu untuk senimannya juga harus meningkatkan kualitas dan terus eksis. Soal eksistensi ini Ngesthi Pandhawa saya sangat mengapresiasinya," ungkap Sri Puryono.
Sementara itu pemerhati budaya Bambang Sadono mengungkapkan peluang Ngesthi Pandhawa untuk menjadi identitas kota sangat besar. Namun masih ada yang harus diperbaiki. Dalam hal ini termasuk dukungan pemerintah.
"Sarana prasarana di sini belum menunjang. Masih harus diperbaiki lagi. Kalau kita melihat contoh di negara-negara maju, mereka sangat menaruh perhatian besar terhadap kesenian. Pemerintah juga harus melakukan hal yang sama," katanya.
Adapun Pemerintah Kota Semarang yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari, mengatakan pemerintah mendukung langkah untuk menjadikan wayang orang Ngesthi Pandhawa sebagai identitas kota. Pemkot juga sudah mempunyai agenda dan program untuk mendukung hal itu, khususnya untuk melestarikan wayang. Selain itu juga rencana untuk memperbaiki fasilitas pendukung dengan renovasi gedung Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.
"Kami sudah punya agenda dan program untuk melestarikan wayang. Kami ada program mengenalkan wayang untuk anak sekolah dengan mengajak dan mengundang anak sekolah untuk menonton. Ini sudah berjalan dari tingkat TK sampai SMA," ungkapnya.
Sementara itu Joko Mulyono selaku Ketua Yayasan Ngesthi Pandhawa Semarang sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan. Baik dari pemerintah maupun seniman, budayawan, dan masyarakat umum. Menurutnya saat ini Ngesthi Pandhawa juga terus melakukan upaya regenerasi dengan melibatkan anak-anak muda. Juga peningkatan kualitas dan penyesuaian dengan teknologi dalam pertunjukan.
"Untuk regenerasi kami sudah ada program dan ke depan sudah kami jadwalkan pertunjukan yang diisi oleh anak-anak muda. Kami juga sudah berkomunikasi dengan Unika untuk penggunaan alat teknologi dalam pertunjukan," katanya.
Adapun dialog budaya tersebut juga dihadiri oleh Dewan Kesenian Semarang, Dewan Kesenian Jawa Tengah, perwakilan dari Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), KSBN Kota Semarang, pelaku seni Wayang Orang Ngesthi Pandhawa, serta perwakilan dari perguruan tinggi di Semarang. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama untuk bergerak bersama dalam membangun seni tradisi.
SEMARANG - Sudah 70 tahun Wayang Orang Ngesthi Pandhawa menetap dan bertahan di Kota Semarang. Waktu yang panjang dan tidak mudah tentunya untuk bertahan di tengah gempuran perkembangan teknologi. Maka sudah sepantasnya kalau Wayang Orang Ngesthi Pandhawa menjadi identitas seni tradisi di Kota Semarang. Namun untuk mencapai itu semua, masih banyak hal yang harus diperbaiki, termasuk dukungan penuh dari pemerintah dan stakeholder lainnya.
"Saya menaruh apresiasi tinggi kepada KSBN Kota Semarang. Ini momen yang tepat untuk membuat Ngesthi Pandhawa menjadi ikon atau identitas Kota Semarang. Ini penting karena Ngesthi Pandhawa merupakan satu dari tiga paguyuban wayang orang yang masih eksis di Jawa Tengah," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, dalam Dialog Budaya bertema "Bergerak Bersama Membangun Seni Panggung Tradisi Wayang Orang Sebagai Identitas Kota Semarang" di Balaikota Semarang, Jumat (27/9/2019) sore.
Sri Puryono yang juga Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah juga menyampaikan sejarah singkat tentang Ngesthi Pandhawa. Mulai didirikan di Madiun pada tahun 1937 dan mulai masuk dan pentas di Jawa Tengah pada tahun 1942. Kemudian akhirnya menetap di Kota Semarang sejak tahun 1949 dan terus bertahan hingga sekarang.
"Sekali lagi saya ulangi, Ngesthi Pandhawa harus menjadi ikon Kota Semarang," tegasnya.
Selain kesejarahan, nilai budaya yang dibawa oleh Ngesthi Pandhawa merupakan ruh sebuah bangsa. Keberadaan Ngesthi Pandhawa bisa menjadi sarana untuk membangun karakter kota. Itu karena wayang orang merupakan tontonan yang berisi tuntutan.
"Pemerintah dalam hal ini Kota Semarang harus memberi dukungan penuh. Seperti perbaikan fasilitas, menyediakan ruang-ruang pertunjukan lain dengan skala kecil. Lalu untuk senimannya juga harus meningkatkan kualitas dan terus eksis. Soal eksistensi ini Ngesthi Pandhawa saya sangat mengapresiasinya," ungkap Sri Puryono.
Sementara itu pemerhati budaya Bambang Sadono mengungkapkan peluang Ngesthi Pandhawa untuk menjadi identitas kota sangat besar. Namun masih ada yang harus diperbaiki. Dalam hal ini termasuk dukungan pemerintah.
"Sarana prasarana di sini belum menunjang. Masih harus diperbaiki lagi. Kalau kita melihat contoh di negara-negara maju, mereka sangat menaruh perhatian besar terhadap kesenian. Pemerintah juga harus melakukan hal yang sama," katanya.
Adapun Pemerintah Kota Semarang yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari, mengatakan pemerintah mendukung langkah untuk menjadikan wayang orang Ngesthi Pandhawa sebagai identitas kota. Pemkot juga sudah mempunyai agenda dan program untuk mendukung hal itu, khususnya untuk melestarikan wayang. Selain itu juga rencana untuk memperbaiki fasilitas pendukung dengan renovasi gedung Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.
"Kami sudah punya agenda dan program untuk melestarikan wayang. Kami ada program mengenalkan wayang untuk anak sekolah dengan mengajak dan mengundang anak sekolah untuk menonton. Ini sudah berjalan dari tingkat TK sampai SMA," ungkapnya.
Sementara itu Joko Mulyono selaku Ketua Yayasan Ngesthi Pandhawa Semarang sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan. Baik dari pemerintah maupun seniman, budayawan, dan masyarakat umum. Menurutnya saat ini Ngesthi Pandhawa juga terus melakukan upaya regenerasi dengan melibatkan anak-anak muda. Juga peningkatan kualitas dan penyesuaian dengan teknologi dalam pertunjukan.
"Untuk regenerasi kami sudah ada program dan ke depan sudah kami jadwalkan pertunjukan yang diisi oleh anak-anak muda. Kami juga sudah berkomunikasi dengan Unika untuk penggunaan alat teknologi dalam pertunjukan," katanya.
Adapun dialog budaya tersebut juga dihadiri oleh Dewan Kesenian Semarang, Dewan Kesenian Jawa Tengah, perwakilan dari Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), KSBN Kota Semarang, pelaku seni Wayang Orang Ngesthi Pandhawa, serta perwakilan dari perguruan tinggi di Semarang. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama untuk bergerak bersama dalam membangun seni tradisi.
Berita Terbaru