Follow Us :              

Panen Raya di Masa Pandemi, Beras Jateng Surplus 2,8 Juta Ton

  16 July 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 995 
Kategori :
Bagikan :


Panen Raya di Masa Pandemi, Beras Jateng Surplus 2,8 Juta Ton

16 July 2020 | 09:00:00 | dibaca : 995
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

KAB. TEGAL - Meski ekonomi secara umum menurun drastis di masa Pandemi COVID-19, namun sektor pertanian di Jateng tetap mampu bertahan. Bahkan beras di Jateng mencatatkan surplus hingga 2,8 juta ton. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan bahwa Jawa Tengah merupakan daerah yang menjadi salah satu penyangga pangan nasional.

"Untuk ketersediaan pangan di Jawa Tengah cukup, aman. Sampai saat ini saja sudah 2,4 juta ton beras, dan diperkirakan sampai akhir tahun surplus sekitar 2,8 juta ton beras," ujarnya usai kegiatan Panen Raya di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Kamis (16/7/2020).

Di beberapa lahan pertanian padi di Jawa Tengah, lanjutnya, dapat melakukan masa tanam tiga kali dalam satu tahun. Sehingga mampu menarik ketersediaan pangan. Bahkan hasil pertanian padi di Jawa Tengah mampu memasok kebutuhan pangan di sejumlah daerah di Indonesia. 

"Seperti di Kecamatan Dukuhwaru ini hampir semua lahan bisa tanam padi tiga kali. Kalau gabah biasanya ke Jawa Barat. Tapi kalau beras itu banyak, seperti Sulawesi, Kalimantan, Lampung dan Sumatera Utara, bahkan sampai Batam," ungkapnya.

Keberhasilan di sektor pertanian itu karena upaya yang dilakukan Distanbun Provinsi Jateng. Diantaranya sistem percepatan, kondisi iklim lebih baik dibanding tahun 2019 lalu, dan adanya lahan yang bisa tiga kali masa tanam dalam satu tahun

"Selain itu, kita melakukan pengamatan produksi, pengamatan dini dan langsung melakukan pengendalian untuk kewaspadaan hama," paparnya.

Suryo menerangkan terkait program padi hamparan. Yakni dengan menanam padi menggunakan bibit unggul berkualitas ekspor. Kedua, sistem ini menggunakan satu manajemen untuk mengelola bibit, lahan dan mengatasi gangguan hama dan kendala iklim.

"Untuk program padi hamparan hampir di semua kabupaten di Jawa Tengah sudah ada," imbuhnya.

Ia juga menambahkan, selain padi, hasil pertanian yang mengalami surplus adalah jagung. Yakni di angka sekitar 3,2 juta ton jagung.

"Untuk jagung memang mayoritas untuk kebutuhan industri pakan dan pakan ternak rakyat," ucapnya.

Sementara, Camat Dukuhwaru, Pambudiono menambahkan bahwa kondisi pertanian di wilayahnya sangat bagus. Selain lahannya dapat dilakukan tiga kali masa tanam padi, petani juga tergolong berkembang dengan adanya gabungan kelompok tani (Gapoktan).

"Gapoktan yang ada itu didampingi oleh lembaga pertanian. Dan Gapoktan di sini tergolong mandiri. Kami sering berkomunikasi untuk hal-hal berkaitan dengan pertanian," katanya.

Untuk perkembangan pertanian, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa di wilayahnya untuk menghidupkan BUMDes. 

"BUMDes ini saya harapkan bisa menyerap hasil pertanian di wilayah sini secara langsung. Saat ini baru ada dua desa yang berjalan baik," tandasnya.


Bagikan :

KAB. TEGAL - Meski ekonomi secara umum menurun drastis di masa Pandemi COVID-19, namun sektor pertanian di Jateng tetap mampu bertahan. Bahkan beras di Jateng mencatatkan surplus hingga 2,8 juta ton. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan bahwa Jawa Tengah merupakan daerah yang menjadi salah satu penyangga pangan nasional.

"Untuk ketersediaan pangan di Jawa Tengah cukup, aman. Sampai saat ini saja sudah 2,4 juta ton beras, dan diperkirakan sampai akhir tahun surplus sekitar 2,8 juta ton beras," ujarnya usai kegiatan Panen Raya di Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Kamis (16/7/2020).

Di beberapa lahan pertanian padi di Jawa Tengah, lanjutnya, dapat melakukan masa tanam tiga kali dalam satu tahun. Sehingga mampu menarik ketersediaan pangan. Bahkan hasil pertanian padi di Jawa Tengah mampu memasok kebutuhan pangan di sejumlah daerah di Indonesia. 

"Seperti di Kecamatan Dukuhwaru ini hampir semua lahan bisa tanam padi tiga kali. Kalau gabah biasanya ke Jawa Barat. Tapi kalau beras itu banyak, seperti Sulawesi, Kalimantan, Lampung dan Sumatera Utara, bahkan sampai Batam," ungkapnya.

Keberhasilan di sektor pertanian itu karena upaya yang dilakukan Distanbun Provinsi Jateng. Diantaranya sistem percepatan, kondisi iklim lebih baik dibanding tahun 2019 lalu, dan adanya lahan yang bisa tiga kali masa tanam dalam satu tahun

"Selain itu, kita melakukan pengamatan produksi, pengamatan dini dan langsung melakukan pengendalian untuk kewaspadaan hama," paparnya.

Suryo menerangkan terkait program padi hamparan. Yakni dengan menanam padi menggunakan bibit unggul berkualitas ekspor. Kedua, sistem ini menggunakan satu manajemen untuk mengelola bibit, lahan dan mengatasi gangguan hama dan kendala iklim.

"Untuk program padi hamparan hampir di semua kabupaten di Jawa Tengah sudah ada," imbuhnya.

Ia juga menambahkan, selain padi, hasil pertanian yang mengalami surplus adalah jagung. Yakni di angka sekitar 3,2 juta ton jagung.

"Untuk jagung memang mayoritas untuk kebutuhan industri pakan dan pakan ternak rakyat," ucapnya.

Sementara, Camat Dukuhwaru, Pambudiono menambahkan bahwa kondisi pertanian di wilayahnya sangat bagus. Selain lahannya dapat dilakukan tiga kali masa tanam padi, petani juga tergolong berkembang dengan adanya gabungan kelompok tani (Gapoktan).

"Gapoktan yang ada itu didampingi oleh lembaga pertanian. Dan Gapoktan di sini tergolong mandiri. Kami sering berkomunikasi untuk hal-hal berkaitan dengan pertanian," katanya.

Untuk perkembangan pertanian, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa di wilayahnya untuk menghidupkan BUMDes. 

"BUMDes ini saya harapkan bisa menyerap hasil pertanian di wilayah sini secara langsung. Saat ini baru ada dua desa yang berjalan baik," tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu