Follow Us :              

Pemprov Jateng Upayakan Prioritas Bagi Anak Yatim Piatu Usia 13-18 Tahun Dapat Pelatihan

  21 September 2021  |   09:00:00  |   dibaca : 630 
Kategori :
Bagikan :


Pemprov Jateng Upayakan Prioritas Bagi Anak Yatim Piatu Usia 13-18 Tahun Dapat Pelatihan

21 September 2021 | 09:00:00 | dibaca : 630
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, meminta anak-anak usia SMP yang yatim maupun piatu akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19, setelah lulus diarahkan untuk masuk SMK maupun SMA negeri. 

Hal tersebut disampaikan Taj Yasin dalam Rapat Rencana Aksi Penanganan Anak Yatim Piatu Terdampak Covid - 19 di Kantor Gubernur, Selasa (21/09/2021). 

“Harus jadi spirit bagi kita semua, bagaimana mempermudah anak-anak tersebut mengakses pendidikan. Kalau mereka membutuhkan pendidikan tersebut (lanjutan) maka yang kita siapkan adalah pendidikan yang negeri. SMA maupun SMK yang negeri,” kata Taj Yasin. 

Taj Yasin menambahkan, bagi anak masuk pendidikan SMA, karena sifatnya umum, ia menyarankan agar mereka diberi bantuan pelatihan keahlian tertentu. 

“Kalau mereka belum masuk di SMK, tentu skill itu harus diolah. Karena biasanya, kalau di jenjang SMA saja, untuk daftar PNS masih belum bisa. Sehingga memang perlu. Ini ada pelatihan-pelatihan yang mungkin bisa diambil alih oleh Dinas Koperasi maupun Dinas Perdagangan, atau Dinas Tenaga Kerja. Ini harus disiapkan,” urai dia. 

Wagub menandaskan, anak-anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena covid-19 harus mendapat prioritas. 

“Saya sampaikan karena ini bencana, dan bencana itu harus menjadi skala prioritas kita,” imbuhnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB), menyebutkan sebanyak 41,72 persen anak yang ditinggalkan orang tuanya akibat Covid-19 di Jawa Tengah berusia 13 sampai 18 tahun. 

Mereka umumnya duduk di jenjang SMP - SMA.  Dia menyepakati bahwa pemerintah perlu memberi perhatian, tidak hanya dari sisi pendidikan formal, tapi juga informalnya. 

“Sehingga apabila mereka tidak sekolah, bisa juga dari Disperindag, Disnaker, Dinkop UKM (beri) pelatihan-pelatihan dari anak yatim yang umurnya sudah mau mendekati (dewasa), bukan anak lagi ya,” kata Retno.


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, meminta anak-anak usia SMP yang yatim maupun piatu akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19, setelah lulus diarahkan untuk masuk SMK maupun SMA negeri. 

Hal tersebut disampaikan Taj Yasin dalam Rapat Rencana Aksi Penanganan Anak Yatim Piatu Terdampak Covid - 19 di Kantor Gubernur, Selasa (21/09/2021). 

“Harus jadi spirit bagi kita semua, bagaimana mempermudah anak-anak tersebut mengakses pendidikan. Kalau mereka membutuhkan pendidikan tersebut (lanjutan) maka yang kita siapkan adalah pendidikan yang negeri. SMA maupun SMK yang negeri,” kata Taj Yasin. 

Taj Yasin menambahkan, bagi anak masuk pendidikan SMA, karena sifatnya umum, ia menyarankan agar mereka diberi bantuan pelatihan keahlian tertentu. 

“Kalau mereka belum masuk di SMK, tentu skill itu harus diolah. Karena biasanya, kalau di jenjang SMA saja, untuk daftar PNS masih belum bisa. Sehingga memang perlu. Ini ada pelatihan-pelatihan yang mungkin bisa diambil alih oleh Dinas Koperasi maupun Dinas Perdagangan, atau Dinas Tenaga Kerja. Ini harus disiapkan,” urai dia. 

Wagub menandaskan, anak-anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena covid-19 harus mendapat prioritas. 

“Saya sampaikan karena ini bencana, dan bencana itu harus menjadi skala prioritas kita,” imbuhnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB), menyebutkan sebanyak 41,72 persen anak yang ditinggalkan orang tuanya akibat Covid-19 di Jawa Tengah berusia 13 sampai 18 tahun. 

Mereka umumnya duduk di jenjang SMP - SMA.  Dia menyepakati bahwa pemerintah perlu memberi perhatian, tidak hanya dari sisi pendidikan formal, tapi juga informalnya. 

“Sehingga apabila mereka tidak sekolah, bisa juga dari Disperindag, Disnaker, Dinkop UKM (beri) pelatihan-pelatihan dari anak yatim yang umurnya sudah mau mendekati (dewasa), bukan anak lagi ya,” kata Retno.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu