Follow Us :              

Buka Kompetisi Panjat, Gubernur Dorong Tebing Watu Gribig Jadi Lokasi Sport Tourism Favorit

  10 September 2022  |   10:00:00  |   dibaca : 1341 
Kategori :
Bagikan :


Buka Kompetisi Panjat, Gubernur Dorong Tebing Watu Gribig Jadi Lokasi Sport Tourism Favorit

10 September 2022 | 10:00:00 | dibaca : 1341
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

WONOSOBO - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo ingin kawasan tebing Watu Gribig, Desa Jojogan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata khusus sport tourism. Tebing-tebing di kawasan desa tertinggi di Pulau Jawa ini menawarkan keindahan alam khas Dieng dan tantangan bagi para pemanjat tebing. 

"Tempatnya bagus banget, kalau kita lihat tebingnya bagus, cukup menantang. Kades, Camat, Pemda dari Wonosobo sebenarnya bisa me-manage ini dijadikan sebagai destinasi wisata, khususnya sport tourism," kata Gubernur usai membuka Indonesia Climbing Festival di Tebing Watu Gribig, Jojogan, Kejajar, Wonosobo, Sabtu (10/9/2022). 

Turut dijelaskan, setelah dikelola dengan baik dan menjadi tujuan wisata maka tempat tersebut akan banyak dikunjungi orang. Mereka datang ke sana untuk berlatih panjat tebing atau sekadar melihat orang panjat tebing. 

"Jadi orang yang belum pernah panjat tebing juga bisa memanjat, merasakan sensasinya. Mungkin nanti para pemanjat juga bisa mencarikan jalur-jalur yang relatif lebih mudah (bagi pemula)," katanya. 

Selain itu Indonesia Climbing Festival juga menjadi pemicu untuk diadakan lebih banyak event serupa di Tebing Watu Gribig. Tidak hanya berlomba untuk rute memanjat dari bawah ke atas tetapi juga traversing atau melintasi dinding batu secara horisontal. 

"Yang menarik dari tebing, rock ini betul-betul rock climbing. Menarik adalah kita yang mengikuti cacat batuannya sehingga orang ditantang untuk orientasi dulu, atur strategi dan itu membikin lebih complicated tapi nuansanya akan sangat berbeda dibandingkan yang artifisial (tebing buatan) sehingga ini bisa menjadi tempat destinasi wisata sport tourism yang sangat menarik," jelas Gubernur sambil mengenang era 80an saat ia masih aktif berlatih panjat tebing saat kuliah. 

"Saya melatih juga dulu. Tahun 1988 itu pernah melatih, kebetulan saya ketua Mapala di Fakultas Hukum kemudian kita punya binaan di SMA 8 Yogyakarta. Saya ingat salah satu anak bernama Andi, kelak kemudian Andi itu jadi pemanjat dan sekarang jadi pelatih di Bali," katanya. 

Sementara itu Ketua Panitia Indonesia Climbing Festival (ICF), Wiwik Yuniasih, mengatakan ICF memadukan antara adventure terutama rock climbing dengan culture. Perpaduan itu selalu menjadi dasar dari penyelenggaraan ICF di mana, termasuk yang diselenggarakan di Dieng. 

"Kita berharap rock climbing menjadi destinasi. Itu mimpi kami semua, terutama untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Tebing di Wonosobo ini eksotik dan unik karena tidak tinggi tetapi banyak. Di beberapa bagian tebing juga terdapat gua sehingga ke depan dapat dieksplorasi," katanya. 

Wanita pendiri Vertical Roop Indonesia sekaligus inisiator Indonesia Climbing Festival ini berharap nantinya festival panjat tebing di Wonosobo dan daerah lain dapat masuk dalam kalender nasional bahkan internasional. 

"Target kami tidak hanya nasional tetapi juga bisa mendatangkan pemanjat luar negeri," ujar 

Untuk event ICF sendiri, jelas Wiwik, menyasar pemanjat usia muda, antara umur 16-25 tahun. Panitia juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang mau panjat tebing untuk ikut serta dalam gelaran itu.


Bagikan :

WONOSOBO - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo ingin kawasan tebing Watu Gribig, Desa Jojogan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata khusus sport tourism. Tebing-tebing di kawasan desa tertinggi di Pulau Jawa ini menawarkan keindahan alam khas Dieng dan tantangan bagi para pemanjat tebing. 

"Tempatnya bagus banget, kalau kita lihat tebingnya bagus, cukup menantang. Kades, Camat, Pemda dari Wonosobo sebenarnya bisa me-manage ini dijadikan sebagai destinasi wisata, khususnya sport tourism," kata Gubernur usai membuka Indonesia Climbing Festival di Tebing Watu Gribig, Jojogan, Kejajar, Wonosobo, Sabtu (10/9/2022). 

Turut dijelaskan, setelah dikelola dengan baik dan menjadi tujuan wisata maka tempat tersebut akan banyak dikunjungi orang. Mereka datang ke sana untuk berlatih panjat tebing atau sekadar melihat orang panjat tebing. 

"Jadi orang yang belum pernah panjat tebing juga bisa memanjat, merasakan sensasinya. Mungkin nanti para pemanjat juga bisa mencarikan jalur-jalur yang relatif lebih mudah (bagi pemula)," katanya. 

Selain itu Indonesia Climbing Festival juga menjadi pemicu untuk diadakan lebih banyak event serupa di Tebing Watu Gribig. Tidak hanya berlomba untuk rute memanjat dari bawah ke atas tetapi juga traversing atau melintasi dinding batu secara horisontal. 

"Yang menarik dari tebing, rock ini betul-betul rock climbing. Menarik adalah kita yang mengikuti cacat batuannya sehingga orang ditantang untuk orientasi dulu, atur strategi dan itu membikin lebih complicated tapi nuansanya akan sangat berbeda dibandingkan yang artifisial (tebing buatan) sehingga ini bisa menjadi tempat destinasi wisata sport tourism yang sangat menarik," jelas Gubernur sambil mengenang era 80an saat ia masih aktif berlatih panjat tebing saat kuliah. 

"Saya melatih juga dulu. Tahun 1988 itu pernah melatih, kebetulan saya ketua Mapala di Fakultas Hukum kemudian kita punya binaan di SMA 8 Yogyakarta. Saya ingat salah satu anak bernama Andi, kelak kemudian Andi itu jadi pemanjat dan sekarang jadi pelatih di Bali," katanya. 

Sementara itu Ketua Panitia Indonesia Climbing Festival (ICF), Wiwik Yuniasih, mengatakan ICF memadukan antara adventure terutama rock climbing dengan culture. Perpaduan itu selalu menjadi dasar dari penyelenggaraan ICF di mana, termasuk yang diselenggarakan di Dieng. 

"Kita berharap rock climbing menjadi destinasi. Itu mimpi kami semua, terutama untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Tebing di Wonosobo ini eksotik dan unik karena tidak tinggi tetapi banyak. Di beberapa bagian tebing juga terdapat gua sehingga ke depan dapat dieksplorasi," katanya. 

Wanita pendiri Vertical Roop Indonesia sekaligus inisiator Indonesia Climbing Festival ini berharap nantinya festival panjat tebing di Wonosobo dan daerah lain dapat masuk dalam kalender nasional bahkan internasional. 

"Target kami tidak hanya nasional tetapi juga bisa mendatangkan pemanjat luar negeri," ujar 

Untuk event ICF sendiri, jelas Wiwik, menyasar pemanjat usia muda, antara umur 16-25 tahun. Panitia juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang mau panjat tebing untuk ikut serta dalam gelaran itu.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu