Follow Us :              

Apresiasi Upaya Petani Porang Dukung Ketahanan Pangan, Gubernur Dorong Soal Pemasaran Jadi Perhatian

  31 October 2022  |   12:00:00  |   dibaca : 821 
Kategori :
Bagikan :


Apresiasi Upaya Petani Porang Dukung Ketahanan Pangan, Gubernur Dorong Soal Pemasaran Jadi Perhatian

31 October 2022 | 12:00:00 | dibaca : 821
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SUKOHARJO - Pengembangan bahan pangan alternatif di Jawa Tengah menunjukkan trend yang mengembirakan. Selain mocaf, petani Jawa Tengah juga mengembangkan porang seperti yang dilakukan petani porang di Kabupaten Sukoharjo. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang datang meninjau perkebunan mereka bahkan ikut menikmati aneka makanan dan minuman hasil olahan porang. 

"Kalau kemarin saya mencoba mie ayam yang dibuat dari mocaf, sekarang saya cicipi porang jel atau jelly yang dibuat dari porang dicampur kelapa muda. Ternyata benar-benar mirip jelly dan enak. Satu lagi ini ada mie ayam, mienya dibuat dari porang juga, bentuknya agak keriting, rasanya ternyata enak," ujar Ganjar saat mencicipi makanan dan minuman hasil olahan petani porang di Dukuh Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Senin (31/10/2022). 

Sebelum mencicipi makanan dan minuman dari bahan dasar porang itu, Gubernur lebih dulu melihat proses panen hingga pengolahan porang yang diproduksi oleh Sahabat Petani Porang Sukoharjo (SPPS) di desa itu. Ia dibuat kagum dengan apa yang dilakukan para petani porang itu. Mereka  mampu menciptakan teknologi sederhana untuk menghilangkan efek gatal dari porang. 

"Ini menurut saya keren. Jadi dari ujicoba sejak tiga tahun ini kawan-kawan menanam dan memproses. Bahkan yang sering jadi problem karena (Porang) itu gatal, ternyata sudah ada teknologinya dengan cara ekstraksi. Ternyata ditemukan di sini, petani sendiri yang membuat metode itu. Ada cara basah, cara kering," katanya. 

Tidak hanya itu, ternyata para petani porang di tempat itu juga sudah mampu mengolah porang menjadi produk turunan seperti tepung glukoman. Bahkan mereka sekarang mulai meneliti untuk membuat beras analog dengan bahan baku porang. Mereka mencoba mengolah beras analog ini menjadi beberapa varian, ada yang berbahan Porangn murni, ada juga yang dicampur dengan mocaf (tepung singkong) dan sorgum. 

"Proses sudah bagus, gatal tidak ada lagi, tepung sudah bisa dibuat di sini. Lalu mulai dicampur, ada dengan mocaf satu lagi dengan sorgum. Mereka riset terus menerus. Ini "otaknya" ternyata alumni Brawijaya, labnya UGM ikut terlibat," jelasnya. 

Melihat praktik menakjubkan itu, Gubernur mendorong agar dalam pengembangan industri porang petani ikut melibatkan BRIN dan BRIDA atau lembaga riset lainnya. Ia juga mendorong agar investasi di bidang produksi olahan porang itu ditambah. 

"Misi kawan-kawan petani ini juga menarik karena lebih banyak pada pemberdayaan dan kemanusiaan. Jadi petani di tempat lain bisa ikut belajar dan menggunakan teknologi ini. Apalagi mereka sudah mematenkan produk itu. Hari ini orang yang tanam porang lagi nangis karena harganya jatuh, lagi euforia porang sekarang. Maka saya dorong agar nanti (selain) menanamnya iya, prosesingnya iya, sekarang jualnya (juga)," ungkapnya 

Gubernur menambahkan, kesuksesan petani di Sukoharjo itu menambah keyakinan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan akan tetap terjaga. Termasuk ketika nanti dunia mengalami krisis pangan, masyarakat sudah siap dengan pangan alternatif ini. 

"Ini momentum kita, saya optimis di tengah situasi kondisi yang nanti mungkin orang sulit makan, kita akan berlimpah karena apapun bisa dimakan. Kawan-kawan ini salah satu pelaku yang konkret," jelasnya. 

Erwin Lasianto, salah seorang petani porang di Dukuh Tritis Desa Kamal, mengatakan, konsep bertani Porang seperti yang ia lakukan bersama petani lainnya sudah dimulai sejak tahun 2017. Bukan hanya mengajarkan proses infarm-nya atau budidaya, melainkan juga memberikan sebuah edukasi. 

"Jadi kita dari on farm sampai off farm-nya, dari hulu sampai hilir. Olahan porang yang dari kami itu adalah beras porang, tepung glukoman, dan juga ada beberapa olahan turunan antara lain brownies, dan dodol. Lalu masih banyak lagi yang sudah kita pasarkan di temen-temen UKM," ujar petani yang juga Ketua SPPS itu. 

Produk yang dihasilkan oleh SPPS itu hanya dijual untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Erwin itu dilakukan karena isu saat ini adalah ancaman pangan global. Ia berpikir bahwa dengan memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat meningkatkan kekuatan pangan. 

"Harapan kami dari kunjungan Pak Gubernur, ada semacam kolaborasi untuk meningkatkan produktivitas kami. Kami saat ini sedang kesulitan dalam hal beberapa mesin yang harus kita upgrade lebih besar. Karena kita beberapa kali dapat tawaran untuk menyuplai tepung ataupun bahan baku tapi kita masih terkendala dalam hal permesinan. Target kami satu bulan itu satu kuintal untuk tepung," jelasnya.


Bagikan :

SUKOHARJO - Pengembangan bahan pangan alternatif di Jawa Tengah menunjukkan trend yang mengembirakan. Selain mocaf, petani Jawa Tengah juga mengembangkan porang seperti yang dilakukan petani porang di Kabupaten Sukoharjo. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang datang meninjau perkebunan mereka bahkan ikut menikmati aneka makanan dan minuman hasil olahan porang. 

"Kalau kemarin saya mencoba mie ayam yang dibuat dari mocaf, sekarang saya cicipi porang jel atau jelly yang dibuat dari porang dicampur kelapa muda. Ternyata benar-benar mirip jelly dan enak. Satu lagi ini ada mie ayam, mienya dibuat dari porang juga, bentuknya agak keriting, rasanya ternyata enak," ujar Ganjar saat mencicipi makanan dan minuman hasil olahan petani porang di Dukuh Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Senin (31/10/2022). 

Sebelum mencicipi makanan dan minuman dari bahan dasar porang itu, Gubernur lebih dulu melihat proses panen hingga pengolahan porang yang diproduksi oleh Sahabat Petani Porang Sukoharjo (SPPS) di desa itu. Ia dibuat kagum dengan apa yang dilakukan para petani porang itu. Mereka  mampu menciptakan teknologi sederhana untuk menghilangkan efek gatal dari porang. 

"Ini menurut saya keren. Jadi dari ujicoba sejak tiga tahun ini kawan-kawan menanam dan memproses. Bahkan yang sering jadi problem karena (Porang) itu gatal, ternyata sudah ada teknologinya dengan cara ekstraksi. Ternyata ditemukan di sini, petani sendiri yang membuat metode itu. Ada cara basah, cara kering," katanya. 

Tidak hanya itu, ternyata para petani porang di tempat itu juga sudah mampu mengolah porang menjadi produk turunan seperti tepung glukoman. Bahkan mereka sekarang mulai meneliti untuk membuat beras analog dengan bahan baku porang. Mereka mencoba mengolah beras analog ini menjadi beberapa varian, ada yang berbahan Porangn murni, ada juga yang dicampur dengan mocaf (tepung singkong) dan sorgum. 

"Proses sudah bagus, gatal tidak ada lagi, tepung sudah bisa dibuat di sini. Lalu mulai dicampur, ada dengan mocaf satu lagi dengan sorgum. Mereka riset terus menerus. Ini "otaknya" ternyata alumni Brawijaya, labnya UGM ikut terlibat," jelasnya. 

Melihat praktik menakjubkan itu, Gubernur mendorong agar dalam pengembangan industri porang petani ikut melibatkan BRIN dan BRIDA atau lembaga riset lainnya. Ia juga mendorong agar investasi di bidang produksi olahan porang itu ditambah. 

"Misi kawan-kawan petani ini juga menarik karena lebih banyak pada pemberdayaan dan kemanusiaan. Jadi petani di tempat lain bisa ikut belajar dan menggunakan teknologi ini. Apalagi mereka sudah mematenkan produk itu. Hari ini orang yang tanam porang lagi nangis karena harganya jatuh, lagi euforia porang sekarang. Maka saya dorong agar nanti (selain) menanamnya iya, prosesingnya iya, sekarang jualnya (juga)," ungkapnya 

Gubernur menambahkan, kesuksesan petani di Sukoharjo itu menambah keyakinan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan akan tetap terjaga. Termasuk ketika nanti dunia mengalami krisis pangan, masyarakat sudah siap dengan pangan alternatif ini. 

"Ini momentum kita, saya optimis di tengah situasi kondisi yang nanti mungkin orang sulit makan, kita akan berlimpah karena apapun bisa dimakan. Kawan-kawan ini salah satu pelaku yang konkret," jelasnya. 

Erwin Lasianto, salah seorang petani porang di Dukuh Tritis Desa Kamal, mengatakan, konsep bertani Porang seperti yang ia lakukan bersama petani lainnya sudah dimulai sejak tahun 2017. Bukan hanya mengajarkan proses infarm-nya atau budidaya, melainkan juga memberikan sebuah edukasi. 

"Jadi kita dari on farm sampai off farm-nya, dari hulu sampai hilir. Olahan porang yang dari kami itu adalah beras porang, tepung glukoman, dan juga ada beberapa olahan turunan antara lain brownies, dan dodol. Lalu masih banyak lagi yang sudah kita pasarkan di temen-temen UKM," ujar petani yang juga Ketua SPPS itu. 

Produk yang dihasilkan oleh SPPS itu hanya dijual untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Erwin itu dilakukan karena isu saat ini adalah ancaman pangan global. Ia berpikir bahwa dengan memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat meningkatkan kekuatan pangan. 

"Harapan kami dari kunjungan Pak Gubernur, ada semacam kolaborasi untuk meningkatkan produktivitas kami. Kami saat ini sedang kesulitan dalam hal beberapa mesin yang harus kita upgrade lebih besar. Karena kita beberapa kali dapat tawaran untuk menyuplai tepung ataupun bahan baku tapi kita masih terkendala dalam hal permesinan. Target kami satu bulan itu satu kuintal untuk tepung," jelasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu