Follow Us :              

Dorong Produktivitas, Pemprov Jawa Tengah Beri Bantuan Irigasi Bagi Petani di Kendal

  11 February 2023  |   10:00:00  |   dibaca : 695 
Kategori :
Bagikan :


Dorong Produktivitas, Pemprov Jawa Tengah Beri Bantuan Irigasi Bagi Petani di Kendal

11 February 2023 | 10:00:00 | dibaca : 695
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

KENDAL - Berkat upaya Gubernur Jawa Tengah mendorong berbagai program bantuan pertanian, kini banyak petani diwilayahnya merasakan peningkatan produktivitas yang berarti. Salah satunya para petani di Desa Donosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. 

Berkat bantuan jaringan irigasi, lahan-lahan pertanian di Desa Donosari tidak kekeringan lagi. Jenis bantuan yang diterima Desa Donosari dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terdiri dari dua jenis. Pertama berupa Jaringan Irigasi Desa (Jides) dan kedua berupa Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut). Total anggaran dua bantuan tersebut senilai Rp 400 juta.

Ketua Kelompok Tani Sido Rukun, Desa Donosari, Mugiyo mengatakan, bantuan jaringan irigasi itu sangat bermanfaat bagi para petani di desanya. Jaringan irigasi sepanjang 270 meter itu mampu mengairi lahan pertanian seluas 55 hektare. 

Berkat kemudahan akses air irigasi, kualitas dan kuantitas hasil panen petani jauh meningkat. "Setelah dapat bantuan dari Pak Ganjar, air irigasi menjadi lancar. Khususnya untuk 55 hektare sawah dengan sekitar 400 penggarap," katanya, Jumat (10/2/2023).

Sebelum jaringan irigasi ada, menurut Mugiyo, air tidak bisa mengalir dengan lancar. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gagal panen, serta mengakibatkan konflik di antara petani karena berebut air. Para petani terpaksa menggunakan mesin pompa air untuk mengairi sawah. Satu hektare sawah, membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 juta untuk membeli solar selama masa tanam.

"Sebelumnya petani rebutan air karena irigasinya masih tanah dan airnya lambat. Tapi sekarang kalau bahasa Jawanya, airnya turah-turah (melimpah-ruah). Kalau dulu iuran satu hektare Rp1,2 juta, kalau sekarang hanya Rp600 ribu, jadi mengurangi 50 persen biaya," paparnya.

Senada juga dikatakan Mintarjo, petani Desa Donosari. Dia menyampaikan bahwa berkat bantuan jaringan irigasi tersebut, hasil panennya meningkat. Yang semula hanya 5,1 ton per hektare, meningkat jadi 7,2 persen.

"Alhamdulillah kami sangat bersyukur sekali dengan adanya bantuan irigasi dari Pak Ganjar, hasil panennya lebih meningkat. Lebih memuaskan dan hasil padi kami lebih berkualitas. Saya menggarap satu hektare dan hasilnya sekarang 7,2 ton. Dan kualitasnya sangat bagus," tuturnya.

"Debit airnya juga bisa diatur. Kalau waktu mau panen, airnya dikurangi supaya tidak merusak tanaman padi dan mengurangi kualitas," imbuhnya. 

Terpenuhinya kebutuhan air untuk pertanian, membuat lahan petani mampu digunakan untuk tiga kali masa tanam. Dalam setahun kini Mintarjo bisa dipakai untuk dua kali masa tanam padi, dan satu kali panen palawija.


Bagikan :

KENDAL - Berkat upaya Gubernur Jawa Tengah mendorong berbagai program bantuan pertanian, kini banyak petani diwilayahnya merasakan peningkatan produktivitas yang berarti. Salah satunya para petani di Desa Donosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. 

Berkat bantuan jaringan irigasi, lahan-lahan pertanian di Desa Donosari tidak kekeringan lagi. Jenis bantuan yang diterima Desa Donosari dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terdiri dari dua jenis. Pertama berupa Jaringan Irigasi Desa (Jides) dan kedua berupa Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (Jitut). Total anggaran dua bantuan tersebut senilai Rp 400 juta.

Ketua Kelompok Tani Sido Rukun, Desa Donosari, Mugiyo mengatakan, bantuan jaringan irigasi itu sangat bermanfaat bagi para petani di desanya. Jaringan irigasi sepanjang 270 meter itu mampu mengairi lahan pertanian seluas 55 hektare. 

Berkat kemudahan akses air irigasi, kualitas dan kuantitas hasil panen petani jauh meningkat. "Setelah dapat bantuan dari Pak Ganjar, air irigasi menjadi lancar. Khususnya untuk 55 hektare sawah dengan sekitar 400 penggarap," katanya, Jumat (10/2/2023).

Sebelum jaringan irigasi ada, menurut Mugiyo, air tidak bisa mengalir dengan lancar. Kondisi ini berpotensi menimbulkan gagal panen, serta mengakibatkan konflik di antara petani karena berebut air. Para petani terpaksa menggunakan mesin pompa air untuk mengairi sawah. Satu hektare sawah, membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 juta untuk membeli solar selama masa tanam.

"Sebelumnya petani rebutan air karena irigasinya masih tanah dan airnya lambat. Tapi sekarang kalau bahasa Jawanya, airnya turah-turah (melimpah-ruah). Kalau dulu iuran satu hektare Rp1,2 juta, kalau sekarang hanya Rp600 ribu, jadi mengurangi 50 persen biaya," paparnya.

Senada juga dikatakan Mintarjo, petani Desa Donosari. Dia menyampaikan bahwa berkat bantuan jaringan irigasi tersebut, hasil panennya meningkat. Yang semula hanya 5,1 ton per hektare, meningkat jadi 7,2 persen.

"Alhamdulillah kami sangat bersyukur sekali dengan adanya bantuan irigasi dari Pak Ganjar, hasil panennya lebih meningkat. Lebih memuaskan dan hasil padi kami lebih berkualitas. Saya menggarap satu hektare dan hasilnya sekarang 7,2 ton. Dan kualitasnya sangat bagus," tuturnya.

"Debit airnya juga bisa diatur. Kalau waktu mau panen, airnya dikurangi supaya tidak merusak tanaman padi dan mengurangi kualitas," imbuhnya. 

Terpenuhinya kebutuhan air untuk pertanian, membuat lahan petani mampu digunakan untuk tiga kali masa tanam. Dalam setahun kini Mintarjo bisa dipakai untuk dua kali masa tanam padi, dan satu kali panen palawija.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu