Follow Us :              

Kesadaran Pelajar Akan Bahaya Nikah Dini Sangat Menunjang Penanganan Stunting

  13 July 2023  |   09:00:00  |   dibaca : 604 
Kategori :
Bagikan :


Kesadaran Pelajar Akan Bahaya Nikah Dini Sangat Menunjang Penanganan Stunting

13 July 2023 | 09:00:00 | dibaca : 604
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

KENDAL - Program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mencegah pernikahan usia dini, ternyata digencarkan pula di kalangan pelajar. Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengetahui hal tersebut ketika menghadiri Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Jawa Tengah, Rabu (13/07/2023) di Pendapa Kabupaten Kendal.

Bertemu siswa Sekolah Siaga Kependudukan SMA Negeri 1 Kendal (SSK) dalam pameran Harganas, Wagub mengetes dengan bertanya mengenai pendapat mereka tentang pernikahan usia dini.  Siswa menjawab dengan lancar mengenai pentingnya perencanaan pernikahan, yang akan membawa banyak dampak positif. Salah satunya untuk mencegah stunting. Para siswa juga paham mengenai manfaat mengkonsumsi pil tambah darah, sehingga mau mengkonsumsinya. 

"Dan alhamdulillah kita saat ini, kawan-kawan kita, adik-adik kita, di sekolah-sekolah mereka semangat kalau berkampanye tentang Jokowin bocah. Tadi juga saya tanyakan, ketika melihat di stand di salah satu sekolahan, kita tanya manfaat pil merah itu, mereka juga mau mengkonsumsi semua," ungkapnya saat memberikan sambutan.

Pemahaman mereka mengenai bahaya pernikahan dini, lanjutnya, menunjukkan sudah terbangunnya awareness terhadap persoalan tersebut. Wagub menilai, keberhasilan membangun kepedulian bahaya pernikahan dini, tidak terlepas dari sosialisasi pemerintah, salah satunya lewat gubernur mengajar. 

"Di Provinsi Jawa Tengah ini memiliki program Gubernur Mengajar. Di sekolahan-sekolahan. Kita dorong betul. Bukan mengajar tentang materi sekolah, tetapi apa yang terjadi di lingkungan saat ini," bebernya.

Upaya mencegah stunting harus dilakukan dari hulu sampai hilir dan secara simultan, tandasnya. Tidak bisa secara parsial. Mulai dari menyiapkan calon ibu yang sehat, pola asuh, pemberdayaan ekonomi, pemenuhan kebutuhan gizinya, hingga rumah dan sanitasi yang layak.

Wagub menambahkan, ada banyak program pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Antara lain melalui regulasi yang dituangkan dalam Perda Nomor 2 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga, Gubernur Mengajar, Jokawin Bocah, dan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.

Kepala BKKN RI Hasto Wardoyo mengapresiasi kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam membangun ketahanan keluarga. Jargon yang diciptakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menurutnya, sangat menginspirasi. 
 
"Banyak sekali slogan-slogan, jargon-jargon yang diciptakan oleh Pak Ganjar, luar biasa, menginspirasi kita semua. Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, itu betul-betul menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi. Ini menjadi suatu kenyataan yang sangat baik, karena angka kematian ibu, kematian bayi di Jawa Tengah cukup rendah," ungkapnya.

Indeks total Fertility Rate atau rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita pada masa usia subur di Jawa Tengah, saat ini 2,2. Artinya, rata-rata dalam satu keluarga memiliki anak tidak lebih dari 2,2.

"Kemudian kita harus meningkatkan kualitas, setelah kuantitasnya dapat tercapai. Jargon-jargon yang untuk mencegah Jokawin bocah, supaya tidak kawin usia anak, juga sangat bagus. Jangan sampai di Jawa Tengah banyak jus (janda usia sekolah)," pungkasnya.


Bagikan :

KENDAL - Program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mencegah pernikahan usia dini, ternyata digencarkan pula di kalangan pelajar. Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengetahui hal tersebut ketika menghadiri Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Jawa Tengah, Rabu (13/07/2023) di Pendapa Kabupaten Kendal.

Bertemu siswa Sekolah Siaga Kependudukan SMA Negeri 1 Kendal (SSK) dalam pameran Harganas, Wagub mengetes dengan bertanya mengenai pendapat mereka tentang pernikahan usia dini.  Siswa menjawab dengan lancar mengenai pentingnya perencanaan pernikahan, yang akan membawa banyak dampak positif. Salah satunya untuk mencegah stunting. Para siswa juga paham mengenai manfaat mengkonsumsi pil tambah darah, sehingga mau mengkonsumsinya. 

"Dan alhamdulillah kita saat ini, kawan-kawan kita, adik-adik kita, di sekolah-sekolah mereka semangat kalau berkampanye tentang Jokowin bocah. Tadi juga saya tanyakan, ketika melihat di stand di salah satu sekolahan, kita tanya manfaat pil merah itu, mereka juga mau mengkonsumsi semua," ungkapnya saat memberikan sambutan.

Pemahaman mereka mengenai bahaya pernikahan dini, lanjutnya, menunjukkan sudah terbangunnya awareness terhadap persoalan tersebut. Wagub menilai, keberhasilan membangun kepedulian bahaya pernikahan dini, tidak terlepas dari sosialisasi pemerintah, salah satunya lewat gubernur mengajar. 

"Di Provinsi Jawa Tengah ini memiliki program Gubernur Mengajar. Di sekolahan-sekolahan. Kita dorong betul. Bukan mengajar tentang materi sekolah, tetapi apa yang terjadi di lingkungan saat ini," bebernya.

Upaya mencegah stunting harus dilakukan dari hulu sampai hilir dan secara simultan, tandasnya. Tidak bisa secara parsial. Mulai dari menyiapkan calon ibu yang sehat, pola asuh, pemberdayaan ekonomi, pemenuhan kebutuhan gizinya, hingga rumah dan sanitasi yang layak.

Wagub menambahkan, ada banyak program pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Antara lain melalui regulasi yang dituangkan dalam Perda Nomor 2 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga, Gubernur Mengajar, Jokawin Bocah, dan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.

Kepala BKKN RI Hasto Wardoyo mengapresiasi kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam membangun ketahanan keluarga. Jargon yang diciptakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menurutnya, sangat menginspirasi. 
 
"Banyak sekali slogan-slogan, jargon-jargon yang diciptakan oleh Pak Ganjar, luar biasa, menginspirasi kita semua. Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, itu betul-betul menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi. Ini menjadi suatu kenyataan yang sangat baik, karena angka kematian ibu, kematian bayi di Jawa Tengah cukup rendah," ungkapnya.

Indeks total Fertility Rate atau rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita pada masa usia subur di Jawa Tengah, saat ini 2,2. Artinya, rata-rata dalam satu keluarga memiliki anak tidak lebih dari 2,2.

"Kemudian kita harus meningkatkan kualitas, setelah kuantitasnya dapat tercapai. Jargon-jargon yang untuk mencegah Jokawin bocah, supaya tidak kawin usia anak, juga sangat bagus. Jangan sampai di Jawa Tengah banyak jus (janda usia sekolah)," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu