Follow Us :              

Wujudkan Ketahanan Pangan, Sekda: Jaga Ketertarikan Pemuda pada Pertanian

  12 June 2024  |   10:30:00  |   dibaca : 90 
Kategori :
Bagikan :


Wujudkan Ketahanan Pangan, Sekda: Jaga Ketertarikan Pemuda pada Pertanian

12 June 2024 | 10:30:00 | dibaca : 90
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

CILACAP – Para pemuda berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah. Apalagi, rencana pembangunan Jawa Tengah diarahkan sebagai penumpu pangan dan industri nasional. 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno dalam acara Peluncuran dan Penyerahan Secara Simbolis Bantuan Pangan Kegiatan Intervensi Pengendalian Pangan Tahun 2024 di Pendopo Wijaya Kusuma, Cilacap pada Rabu 12 Juni 2024.

"Mudah-mudahan, ke depan kita bisa menjaga anak-anak muda kita, tetap tertarik di dunia pertanian,” ucapnya. 

Sekda mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya agar anak-anak muda tetap terlibat dalam dunia pertanian. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanian juga terus ditingkatkan. 
 
Salah satu contoh ketertarikan anak-anak muda terhadap pertanian, ditunjukkan oleh para pemuda di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Mereka membentuk organisasi Taruna Tani yang berkontribusi pada sektor pertanian organik. 

Ketua Taruna Tani Desa Gentungan, Kholiq Rabbani mengatakan, komunitas ini lahir dari keprihatinan tokoh-tokoh petani setempat, yang melihat semakin berkurangnya minat bertani anak-anak muda, sementara mayoritas petani di desa tersebut sudah berusia lanjut. 

“Kami ingin teman-teman petani muda, tidak merasa gengsi untuk bertani. Di sini, mereka mendapat bimbingan dan dukungan,” ujarnya. 

Taruna Tani memiliki empat program utama, yakni produksi pupuk organik, penjualan beras organik, ternak, dan wisata edukasi pertanian. 

Kholiq membeberkan, dalam dua tahun terakhir, program ini telah berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Gentungan. 

Salah satu program andalannya adalah produksi pupuk organik dari kotoran sapi, mengingat Desa Gentungan memiliki hampir 800 ekor sapi. Jadi, para peternak yang tidak memiliki lahan pertanian bisa memberikan limbah berupa kotoran sapi kepada Taruna Tani. 

"Kami mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik, yang siap tabur untuk tanaman. Program ini didukung oleh dana ketahanan pangan, dari pemerintah desa sebesar 20%, yang juga dinikmati oleh petani lainnya di desa," jelas Kholiq.

Pupuk yang diproduksi Taruna Tani dijual ke petani dengan harga Rp17 ribu/30 kg, padahal harga pasarannya sebesar Rp30 ribu. Para petani bisa mendapatkan harga murah, karena adanya subsidi dari dana desa sebesar 43%.  

Pada program tersebut, Taruna Tani mampu memproduksi sekitar 45 ton pupuk per 3 bulan, yang siap memenuhi kebutuhan petani di Desa Gentungan. 

“Subsidi itu, sifatnya untuk seluruh masyarakat Gentungan. Walaupun di luar kelompok, kalaupun ingin membeli pupuk organik dari Taruna Tani, itu hanya menunjukkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) ataupun identitas. Jadi, asalkan warga Desa Gentungan bisa menikmati subsidi 43 persen,” ucap Kholiq. 

Hingga kini, penggunaan pupuk organik dari Taruna Tani sudah dirasakan manfaatnya oleh para petani, bahkan lahan mereka menjadi semakin subur dan lebih tahan hama.

Ketua Kelompok Tani Mulya 1 Desa Gentungan, Hasim Ashari menambahkan, prospek pertanian organik di masa mendatang sangatlah menjanjikan. Sebab, proses produksi pertanian menjadi lebih efisien dengan adanya limbah ternak. Selain itu, hasil produksi pertanian juga mampu terjual dengan harga yang terbilang tinggi.

Hasim mengatakan, proses produksi pertanian organik dari hulu hingga hilir membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga upaya ini mampu meningkatkan pemberdayaan warga dan memberikan peluang kerja bagi masyarakat di Desa Gentungan.


Bagikan :

CILACAP – Para pemuda berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah. Apalagi, rencana pembangunan Jawa Tengah diarahkan sebagai penumpu pangan dan industri nasional. 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno dalam acara Peluncuran dan Penyerahan Secara Simbolis Bantuan Pangan Kegiatan Intervensi Pengendalian Pangan Tahun 2024 di Pendopo Wijaya Kusuma, Cilacap pada Rabu 12 Juni 2024.

"Mudah-mudahan, ke depan kita bisa menjaga anak-anak muda kita, tetap tertarik di dunia pertanian,” ucapnya. 

Sekda mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya agar anak-anak muda tetap terlibat dalam dunia pertanian. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanian juga terus ditingkatkan. 
 
Salah satu contoh ketertarikan anak-anak muda terhadap pertanian, ditunjukkan oleh para pemuda di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Mereka membentuk organisasi Taruna Tani yang berkontribusi pada sektor pertanian organik. 

Ketua Taruna Tani Desa Gentungan, Kholiq Rabbani mengatakan, komunitas ini lahir dari keprihatinan tokoh-tokoh petani setempat, yang melihat semakin berkurangnya minat bertani anak-anak muda, sementara mayoritas petani di desa tersebut sudah berusia lanjut. 

“Kami ingin teman-teman petani muda, tidak merasa gengsi untuk bertani. Di sini, mereka mendapat bimbingan dan dukungan,” ujarnya. 

Taruna Tani memiliki empat program utama, yakni produksi pupuk organik, penjualan beras organik, ternak, dan wisata edukasi pertanian. 

Kholiq membeberkan, dalam dua tahun terakhir, program ini telah berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Gentungan. 

Salah satu program andalannya adalah produksi pupuk organik dari kotoran sapi, mengingat Desa Gentungan memiliki hampir 800 ekor sapi. Jadi, para peternak yang tidak memiliki lahan pertanian bisa memberikan limbah berupa kotoran sapi kepada Taruna Tani. 

"Kami mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik, yang siap tabur untuk tanaman. Program ini didukung oleh dana ketahanan pangan, dari pemerintah desa sebesar 20%, yang juga dinikmati oleh petani lainnya di desa," jelas Kholiq.

Pupuk yang diproduksi Taruna Tani dijual ke petani dengan harga Rp17 ribu/30 kg, padahal harga pasarannya sebesar Rp30 ribu. Para petani bisa mendapatkan harga murah, karena adanya subsidi dari dana desa sebesar 43%.  

Pada program tersebut, Taruna Tani mampu memproduksi sekitar 45 ton pupuk per 3 bulan, yang siap memenuhi kebutuhan petani di Desa Gentungan. 

“Subsidi itu, sifatnya untuk seluruh masyarakat Gentungan. Walaupun di luar kelompok, kalaupun ingin membeli pupuk organik dari Taruna Tani, itu hanya menunjukkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) ataupun identitas. Jadi, asalkan warga Desa Gentungan bisa menikmati subsidi 43 persen,” ucap Kholiq. 

Hingga kini, penggunaan pupuk organik dari Taruna Tani sudah dirasakan manfaatnya oleh para petani, bahkan lahan mereka menjadi semakin subur dan lebih tahan hama.

Ketua Kelompok Tani Mulya 1 Desa Gentungan, Hasim Ashari menambahkan, prospek pertanian organik di masa mendatang sangatlah menjanjikan. Sebab, proses produksi pertanian menjadi lebih efisien dengan adanya limbah ternak. Selain itu, hasil produksi pertanian juga mampu terjual dengan harga yang terbilang tinggi.

Hasim mengatakan, proses produksi pertanian organik dari hulu hingga hilir membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga upaya ini mampu meningkatkan pemberdayaan warga dan memberikan peluang kerja bagi masyarakat di Desa Gentungan.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu