Follow Us :              

Kampung Rotan Trangsan, Dari Miskin Kini Jadi Pengekspor Mebel Rotan Ternama Dunia

  11 January 2019  |   11:15:00  |   dibaca : 5941 
Kategori :
Bagikan :


Kampung Rotan Trangsan, Dari Miskin Kini Jadi Pengekspor Mebel Rotan Ternama Dunia

11 January 2019 | 11:15:00 | dibaca : 5941
Kategori :
Bagikan :

Foto : Suryo (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Suryo (Humas Jateng)

SUKOHARJO - Awalnya Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) adalah desa biasa, dengan mayoritas penduduknya adalah petani. Namun, kini Desa Trangsan berubah menjadi desa ekspor mebel rotan yang cukup diperhitungkan di Indonesia bahkan dunia internasional.

Sejak puluhan tahun silam, Desa Trangsan menjadi desa sentra pembuat aneka mebel berbahan baku rotan. Tak tanggung-tanggung, dalam sebulan desa tersebut mampu mengekspor 100 kontainer berisi mebel rotan ke sejumlah negara top dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, Korea dan negara-negara adidaya lainnya.

Hampir di setiap sudut kampung, berjajar barang-barang mebel dari rotan. Warga juga sibuk membuat pesanan masing-masing sambil bercengkrama di depan rumah ataupun di gudang masing-masing. "Mayoritas warga kami adalah perajin mebel dari rotan. Ada sekitar 198 perajin yang masih eksis hingga saat ini," kata Kepala Desa Trangsan, Mujiman, Jumat (11/1/2019).

Hampir semua produk mebel rotan seperti kursi, meja, ayunan bayi, keranjang buah, keranjang sampah, penyekat ruangan dan produk-produk lainnya adalah kualitas ekspor. Sebanyak 70 persen dari produk yang dihasilkan diekspor ke luar negeri, sementara sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. "Untuk omzetnya ya ratusan juta (rupiah). Satu kontainer saja bisa Rp200 juta, ini satu bulan bisa 100 kontainer. Kalikan saja berapa omzetnya," tambahnya.

Mujiman yang juga Ketua Klaster Industri Mebel Rotan Desa Trangsan mengaku jika kerajinan rotan tersebut sangat membantu perekonomian warganya. Hampir tidak ada warga yang berpenghasilan rendah dengan adanya bisnis mebel rotan ini.

"Semuanya sekarang sejahtera, kami bersyukur sekali dengan adanya berkah dari kerajinan rotan di desa kami ini. Apalagi, di sini kami juga membuat koperasi sehingga semua warga bisa sejahtera bersama-sama," paparnya.

Sementara itu, Suparji,40, salah satu perajin mebel rotan mengatakan jika mebel rotan merubah kehidupan dirinya dan warga Trangsan. Awalnya, warga adalah petani dengan hasil yang tidak dapat diandalkan, namun sejak tahun 1986 desa tersebut mulai berubah dengan adanya bisnis mebel dari rotan. "Namun sekarang semua sukses dengan bisnis mebel rotan ini. Kesejahteraan warga meningkat tajam," terangnya.

Suparji sendiri mulai menekuni bisnis mebel rotan sejak 1990-an. Meski mengalami pasang surut, namun industri mebel rotan masih diminati masyarakat dunia. "Dulu saat jaya, desa kami pernah ekspor 400-an kontainer sebulan. Namun sempat menurun karena kondisi krisis global tahun 2007. Sekarang, sudah mulai bangkit lagi karena peminat mebel rotan mulai banyak lagi, bahkan pangsa pasar kini sudah merambah Afrika," tuturnya.

Dia mengaku bersyukur karena bisa ikut merasakan kesuksesan lewat bisnis mebel rotan. Saat ini, selain fokus mengembangkan bisnisnya, pihaknya juga kerap mengadakan pelatihan kepada siapa saja yang ingin belajar membuat mebel berbahan rotan.

"Apalagi, sekarang Desa Trangsan jadi desa wisata rotan, pasti banyak orang berkunjung dan ingin belajar. Kami akan dengan senang hati memberikan ilmu dan berbagi pengalaman kepada siapa saja yang mau belajar," pungkasnya.
 


Bagikan :

SUKOHARJO - Awalnya Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) adalah desa biasa, dengan mayoritas penduduknya adalah petani. Namun, kini Desa Trangsan berubah menjadi desa ekspor mebel rotan yang cukup diperhitungkan di Indonesia bahkan dunia internasional.

Sejak puluhan tahun silam, Desa Trangsan menjadi desa sentra pembuat aneka mebel berbahan baku rotan. Tak tanggung-tanggung, dalam sebulan desa tersebut mampu mengekspor 100 kontainer berisi mebel rotan ke sejumlah negara top dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, Korea dan negara-negara adidaya lainnya.

Hampir di setiap sudut kampung, berjajar barang-barang mebel dari rotan. Warga juga sibuk membuat pesanan masing-masing sambil bercengkrama di depan rumah ataupun di gudang masing-masing. "Mayoritas warga kami adalah perajin mebel dari rotan. Ada sekitar 198 perajin yang masih eksis hingga saat ini," kata Kepala Desa Trangsan, Mujiman, Jumat (11/1/2019).

Hampir semua produk mebel rotan seperti kursi, meja, ayunan bayi, keranjang buah, keranjang sampah, penyekat ruangan dan produk-produk lainnya adalah kualitas ekspor. Sebanyak 70 persen dari produk yang dihasilkan diekspor ke luar negeri, sementara sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. "Untuk omzetnya ya ratusan juta (rupiah). Satu kontainer saja bisa Rp200 juta, ini satu bulan bisa 100 kontainer. Kalikan saja berapa omzetnya," tambahnya.

Mujiman yang juga Ketua Klaster Industri Mebel Rotan Desa Trangsan mengaku jika kerajinan rotan tersebut sangat membantu perekonomian warganya. Hampir tidak ada warga yang berpenghasilan rendah dengan adanya bisnis mebel rotan ini.

"Semuanya sekarang sejahtera, kami bersyukur sekali dengan adanya berkah dari kerajinan rotan di desa kami ini. Apalagi, di sini kami juga membuat koperasi sehingga semua warga bisa sejahtera bersama-sama," paparnya.

Sementara itu, Suparji,40, salah satu perajin mebel rotan mengatakan jika mebel rotan merubah kehidupan dirinya dan warga Trangsan. Awalnya, warga adalah petani dengan hasil yang tidak dapat diandalkan, namun sejak tahun 1986 desa tersebut mulai berubah dengan adanya bisnis mebel dari rotan. "Namun sekarang semua sukses dengan bisnis mebel rotan ini. Kesejahteraan warga meningkat tajam," terangnya.

Suparji sendiri mulai menekuni bisnis mebel rotan sejak 1990-an. Meski mengalami pasang surut, namun industri mebel rotan masih diminati masyarakat dunia. "Dulu saat jaya, desa kami pernah ekspor 400-an kontainer sebulan. Namun sempat menurun karena kondisi krisis global tahun 2007. Sekarang, sudah mulai bangkit lagi karena peminat mebel rotan mulai banyak lagi, bahkan pangsa pasar kini sudah merambah Afrika," tuturnya.

Dia mengaku bersyukur karena bisa ikut merasakan kesuksesan lewat bisnis mebel rotan. Saat ini, selain fokus mengembangkan bisnisnya, pihaknya juga kerap mengadakan pelatihan kepada siapa saja yang ingin belajar membuat mebel berbahan rotan.

"Apalagi, sekarang Desa Trangsan jadi desa wisata rotan, pasti banyak orang berkunjung dan ingin belajar. Kami akan dengan senang hati memberikan ilmu dan berbagi pengalaman kepada siapa saja yang mau belajar," pungkasnya.
 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu