Follow Us :              

Andalkan Hasta Karya, Aksesori Berbahan Kulit Ini Tembus Mancanegara

  02 March 2019  |   14:00:00  |   dibaca : 1800 
Kategori :
Bagikan :


Andalkan Hasta Karya, Aksesori Berbahan Kulit Ini Tembus Mancanegara

02 March 2019 | 14:00:00 | dibaca : 1800
Kategori :
Bagikan :

Foto : Sigit (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Sigit (Humas Jateng)

SEMARANG – Sorot matanya tak pernah lepas dari selembar kulit berwarna coklat di hadapannya. Tangan kanannya memegang benda yang berfungsi mirip palu. Sebaliknya, tangan kirinya menggenggam erat awl tool atau alat penusuk serbaguna dengan gagang terbuat dari kayu.

“Setelah tadi dipotong, sekarang kita melubangi bahan kulit untuk pembuatan ikat pinggang. Pukulannya harus keras, namun jangan sampai jarak lubang yang satu dengan yang lain terlalu jauh atau terlalu dekat,” ucap Muhammad Syaiful Annas, sembari mengayunkan tangan kanannya berkali-kali untuk mendapatkan lubang pada aksesori yang melingkar di celana.

Itulah salah satu proses pembuatan produk kerajinan berbahan dasar kulit di Handall Leather di Jalan Gombel Lama No 135 Kota Semarang. Memasuki rumah yang dijadikan tempat workshop ini, sejumlah perkakas pertukangan yang terpampang di rak dinding mirip ruang operasi bedah itu akan menyambut setiap pengunjung yang datang.

Menurut pemuda berkacamata yang akrab disapa Annas ini, seluruh proses pengerjaan produk kerajinan di Handall Leather dilakukan secara manual. Mulai dari memotong kulit, membentuk pola, menyatukan bahan, hingga menjahit, murni dikerjakan dengan tangan, tanpa bantuan mesin.

Alih-alih menjahit dengan mesin yang secara kasat mata mungkin terlihat rapi dan lurus, Annas justru menunjukkan teknik saddle stitch (jilid kawat). Sebuah teknik dengan cara mengapit produk dengan sebuah alat penjepit kayu dengan ditopang kedua pahanya.

“Satu hari paling banyak menghasilkan dua lusin produk regular. Terhitung sedikit ketimbang menggunakan mesin jahit. Karena teknik ini memang membutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra. Namun menghasilkan jahitan yang kuat, rapi dan seksi. Ada seninya tersendiri saat dilakukan manual,” ujar mahasiswa Universitas Semarang (Unnes) ini.

Selain Annas, ada lima pemuda lainnya yang memiliki Handall Leather. Salah satunya Helmy Yoga F. Pria asal Ngesrep, Banyumanik, Semarang ini menceritakan, ikhwal berdirinya Handall Leather bermula dari coba-coba alias iseng belaka. Namun kemudahan informasi dari internet membuat mereka kesengsem menggeluti produk berbahan kulit sapi, kulit kerbau, hingga domba.

“Awalnya sekitar pertengahan 2010 silam. Saya kan suka jam tangan, kebetulan mau cari talinya itu enggak ada yang cocok. Lalu autodidak bikin sendiri sampai merambah bikin dompet dan tali gantungan kamera. Dari dipakai sendiri ini malah banyak teman-teman yang tanya belinya di mana. Dari situ, sejak 2011 kita mulai pakai brand Handall dengan penyamakan non kimiawi atau vegetable tanned,” ucap penggemar fotografi ini.

Disinggung pemasarannya, Yoga menjawab, memanfaatkan media sosial berupa Instagram sebagai ujung tombaknya. Meskipun awal Februari lalu ikut pameran di Pasar Semawis Semarang. Adapun pembeli online kebanyakan dari Jakarta dan Batam. Untuk harganya, dibanderol mulai Rp245 ribu hingga Rp1,2 juta.

Dengan menonjolkan motif ragam hias Nusantara, hasil hasta karya mereka dibikin dengan jumlah terbatas, termasuk menerima custom atau pesanan khusus. Bahkan beberapa pembeli di antaranya berasal dari Singapura, Jepang, Amerika Serikat hingga Swiss dan Belanda. Sebab, motif tersebut di mata orang asing dianggap eksotis.

“Ragam hias Nusantara kita itu ada model Jepara, Bali, Mataram-Jawa, Cirebon. Selain itu, kita mengutamakan detail pada pengerjaan, kerapian jahitan, sehingga dijamin kuat dan awet. Bahkan kita garansi sampai tujuh tahun. Asalkan, kalau ikat pinggang tidak digunakan untuk menarik truk dan dompet tidak kecopetan,” candanya mengakhiri obrolan.

 

Baca juga Dari Tepian Demak, Tumbuh Ambisi Kuasai Pasar Kerajinan Perak Dunia


Bagikan :

SEMARANG – Sorot matanya tak pernah lepas dari selembar kulit berwarna coklat di hadapannya. Tangan kanannya memegang benda yang berfungsi mirip palu. Sebaliknya, tangan kirinya menggenggam erat awl tool atau alat penusuk serbaguna dengan gagang terbuat dari kayu.

“Setelah tadi dipotong, sekarang kita melubangi bahan kulit untuk pembuatan ikat pinggang. Pukulannya harus keras, namun jangan sampai jarak lubang yang satu dengan yang lain terlalu jauh atau terlalu dekat,” ucap Muhammad Syaiful Annas, sembari mengayunkan tangan kanannya berkali-kali untuk mendapatkan lubang pada aksesori yang melingkar di celana.

Itulah salah satu proses pembuatan produk kerajinan berbahan dasar kulit di Handall Leather di Jalan Gombel Lama No 135 Kota Semarang. Memasuki rumah yang dijadikan tempat workshop ini, sejumlah perkakas pertukangan yang terpampang di rak dinding mirip ruang operasi bedah itu akan menyambut setiap pengunjung yang datang.

Menurut pemuda berkacamata yang akrab disapa Annas ini, seluruh proses pengerjaan produk kerajinan di Handall Leather dilakukan secara manual. Mulai dari memotong kulit, membentuk pola, menyatukan bahan, hingga menjahit, murni dikerjakan dengan tangan, tanpa bantuan mesin.

Alih-alih menjahit dengan mesin yang secara kasat mata mungkin terlihat rapi dan lurus, Annas justru menunjukkan teknik saddle stitch (jilid kawat). Sebuah teknik dengan cara mengapit produk dengan sebuah alat penjepit kayu dengan ditopang kedua pahanya.

“Satu hari paling banyak menghasilkan dua lusin produk regular. Terhitung sedikit ketimbang menggunakan mesin jahit. Karena teknik ini memang membutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra. Namun menghasilkan jahitan yang kuat, rapi dan seksi. Ada seninya tersendiri saat dilakukan manual,” ujar mahasiswa Universitas Semarang (Unnes) ini.

Selain Annas, ada lima pemuda lainnya yang memiliki Handall Leather. Salah satunya Helmy Yoga F. Pria asal Ngesrep, Banyumanik, Semarang ini menceritakan, ikhwal berdirinya Handall Leather bermula dari coba-coba alias iseng belaka. Namun kemudahan informasi dari internet membuat mereka kesengsem menggeluti produk berbahan kulit sapi, kulit kerbau, hingga domba.

“Awalnya sekitar pertengahan 2010 silam. Saya kan suka jam tangan, kebetulan mau cari talinya itu enggak ada yang cocok. Lalu autodidak bikin sendiri sampai merambah bikin dompet dan tali gantungan kamera. Dari dipakai sendiri ini malah banyak teman-teman yang tanya belinya di mana. Dari situ, sejak 2011 kita mulai pakai brand Handall dengan penyamakan non kimiawi atau vegetable tanned,” ucap penggemar fotografi ini.

Disinggung pemasarannya, Yoga menjawab, memanfaatkan media sosial berupa Instagram sebagai ujung tombaknya. Meskipun awal Februari lalu ikut pameran di Pasar Semawis Semarang. Adapun pembeli online kebanyakan dari Jakarta dan Batam. Untuk harganya, dibanderol mulai Rp245 ribu hingga Rp1,2 juta.

Dengan menonjolkan motif ragam hias Nusantara, hasil hasta karya mereka dibikin dengan jumlah terbatas, termasuk menerima custom atau pesanan khusus. Bahkan beberapa pembeli di antaranya berasal dari Singapura, Jepang, Amerika Serikat hingga Swiss dan Belanda. Sebab, motif tersebut di mata orang asing dianggap eksotis.

“Ragam hias Nusantara kita itu ada model Jepara, Bali, Mataram-Jawa, Cirebon. Selain itu, kita mengutamakan detail pada pengerjaan, kerapian jahitan, sehingga dijamin kuat dan awet. Bahkan kita garansi sampai tujuh tahun. Asalkan, kalau ikat pinggang tidak digunakan untuk menarik truk dan dompet tidak kecopetan,” candanya mengakhiri obrolan.

 

Baca juga Dari Tepian Demak, Tumbuh Ambisi Kuasai Pasar Kerajinan Perak Dunia


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu