Follow Us :              

35 Tahun Tekuni Usaha Tenun Ikat Troso, Mukharrom: Semua Harus Dikerjakan dengan Teliti

  21 March 2019  |   08:30:00  |   dibaca : 6733 
Kategori :
Bagikan :


35 Tahun Tekuni Usaha Tenun Ikat Troso, Mukharrom: Semua Harus Dikerjakan dengan Teliti

21 March 2019 | 08:30:00 | dibaca : 6733
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

JEPARA - Kabupaten Jepara memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melancong ke Jawa Tengah. Tak hanya dimanjakan dengan pesona wisata baharinya, aneka kerajinan khas Bumi Kartini itu juga siap memikat hati siapa saja yang plesir atau sekadar berkunjung ke sana. Termasuk kerajinan kain tenun ikat Troso yang sering diburu untuk dijadikan buah tangan.

Singgah saja di Desa Troso yang tersohor sebagai sentra industri tenun ikat asli Jepara itu. Begitu memijakkan kaki di sana, wisatawan akan disuguhi pemandangan rumah-rumah warga yang disulap menjadi etalase tenun ikat Troso. Wisatawan bahkan dapat menyaksikan langsung proses produksinya di rumah-rumah warga, seperti di rumah produksi Bhaleg Jaya yang berlokasi di Jalan Mbaleg Raya Nomor 9 RT 01/RW 06 Desa Troso, Kecamatan Pecangaan.

Di halaman rumah, sudah tampak benang warna-warni berjajar rapi untuk dijemur. Di benang-benang itu masih melekat banyak ikatan tali rafia. Riuh suara mesin tenun kayu terdengar dari luar rumah pasangan suami istri bernama Mukharrom dan Maslikhah itu.

Benar saja, saat memasuki rumah, ada belasan pria yang tengah duduk menenun benang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) berbahan kayu atau lebih dikenal sebagai gragakan. Diiringi musik dari radio, kaki mereka cekatan menggenjot gragakan.

Perajin tenun ikat Troso sekaligus pemilik Bhaleg Jaya, Mukharrom menjelaskan, proses produksi tenun ikat Troso dimulai dari pengetengan, yaitu proses menyatukan helaian-helaian benang putih untuk menyiapkan sebuah plangkan yang akan didesain motifnya.

"Ada motif ukir, kotak, lobeng, dan lainnya. Motifnya didesain sesuai pesanan konsumen kami yang ada di Bali. Semuanya harus dikerjakan dengan teliti," ujarnya sembari menunjukkan tumpukan tenun ikat Troso dengan berbagai motif.

Setelah mendesain motif, proses selanjutnya adalah pemasangan dengan menggunakan tali rafia. Pemasangannya harus dilakukan secara cermat. Jika pemasangan ikat tidak dilakukan secara jeli, nantinya proses pewarnaan pun tidak sepenuhnya sesuai dengan motif yang didesain. Setelah pewarnaan celup, bahan tenun setengah jadi dijemur di tempat teduh agar kering. Proses pengikatan dan pencelupan warna biasa dilakukan berulang kali karena dalam satu desain motif memerlukan beberapa warna. Setelah pewarnaan celup selesai, proses menenun pun dilakukan. Seluruh proses produksinya memerlukan waktu sekitar sebulan.

Mukharrom membeberkan, dia dan istri merintis usaha tenun ikat Troso sejak tahun 1984 silam. Berbekal pengalamannya sebagai karyawan perusahaan tenun, dia dan istri mulai menenun di rumahnya. Saat itu dia belum mempekerjakan karyawan. Namun berkat keuletannya, Mukharrom bisa mengajak perajin sekitar untuk bermitra. Dia memperkenalkan produknya ke Pulau Dewata dan kini telah memiliki pelanggan setia di sana. Saat ini, dia sudah memiliki sekitar 60 karyawan, 40 di antaranya adalah penenun. "Omzet sebulan sekitar dua ribu potong. Karena tiap minggunya kita kirim 500-an potong," bebernya.

Mukharrom mengungkapkan, sumber daya manusia merupakan tantangan utama yang dia hadapi saat menjalankan usahanya itu. Proses produksi yang serba manual tentu memerlukan jumlah karyawan yang banyak dan terampil.

"Kesulitannya sebenarnya ada pada SDM atau karyawan. Karena penenun kami ada yang bekerja di rumah produksi ini dan di rumah masing-masing. Kami juga antarkan gagrakan untuk mereka yang bekerja di rumah. Kalau mereka nggak bekerja kan produktivitas menurun," jelasnya.

Seiring bisnisnya yang semakin menggeliat, Mukharrom ingin putera semata wayangnya dan menantu dapat terus mengembangkan usaha yang telah dirintisnya itu. Menantu Mukharrom, Septi bahkan berencana memperluas pemasaran bisnis tersebut secara online. Dia dan suami tengah menyiapkan sebuah website untuk menjual produk. Sehingga masyarakat dari berbagai penjuru dunia dapat semakin mengenal tenun ikat Troso, sekaligus mendongkrak penjualan produk.

"Saya sedang belajar mendalami usaha ini. Kami berencana merambah pemasaran online melalui website sehingga bisa diakses konsumen dari mancanegara juga," ungkapnya.

 

Baca juga : Kisah Juragan Rongsok, dari Pemungut Hingga Mampu Berangkatkan Umroh Pemulung


Bagikan :

JEPARA - Kabupaten Jepara memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melancong ke Jawa Tengah. Tak hanya dimanjakan dengan pesona wisata baharinya, aneka kerajinan khas Bumi Kartini itu juga siap memikat hati siapa saja yang plesir atau sekadar berkunjung ke sana. Termasuk kerajinan kain tenun ikat Troso yang sering diburu untuk dijadikan buah tangan.

Singgah saja di Desa Troso yang tersohor sebagai sentra industri tenun ikat asli Jepara itu. Begitu memijakkan kaki di sana, wisatawan akan disuguhi pemandangan rumah-rumah warga yang disulap menjadi etalase tenun ikat Troso. Wisatawan bahkan dapat menyaksikan langsung proses produksinya di rumah-rumah warga, seperti di rumah produksi Bhaleg Jaya yang berlokasi di Jalan Mbaleg Raya Nomor 9 RT 01/RW 06 Desa Troso, Kecamatan Pecangaan.

Di halaman rumah, sudah tampak benang warna-warni berjajar rapi untuk dijemur. Di benang-benang itu masih melekat banyak ikatan tali rafia. Riuh suara mesin tenun kayu terdengar dari luar rumah pasangan suami istri bernama Mukharrom dan Maslikhah itu.

Benar saja, saat memasuki rumah, ada belasan pria yang tengah duduk menenun benang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) berbahan kayu atau lebih dikenal sebagai gragakan. Diiringi musik dari radio, kaki mereka cekatan menggenjot gragakan.

Perajin tenun ikat Troso sekaligus pemilik Bhaleg Jaya, Mukharrom menjelaskan, proses produksi tenun ikat Troso dimulai dari pengetengan, yaitu proses menyatukan helaian-helaian benang putih untuk menyiapkan sebuah plangkan yang akan didesain motifnya.

"Ada motif ukir, kotak, lobeng, dan lainnya. Motifnya didesain sesuai pesanan konsumen kami yang ada di Bali. Semuanya harus dikerjakan dengan teliti," ujarnya sembari menunjukkan tumpukan tenun ikat Troso dengan berbagai motif.

Setelah mendesain motif, proses selanjutnya adalah pemasangan dengan menggunakan tali rafia. Pemasangannya harus dilakukan secara cermat. Jika pemasangan ikat tidak dilakukan secara jeli, nantinya proses pewarnaan pun tidak sepenuhnya sesuai dengan motif yang didesain. Setelah pewarnaan celup, bahan tenun setengah jadi dijemur di tempat teduh agar kering. Proses pengikatan dan pencelupan warna biasa dilakukan berulang kali karena dalam satu desain motif memerlukan beberapa warna. Setelah pewarnaan celup selesai, proses menenun pun dilakukan. Seluruh proses produksinya memerlukan waktu sekitar sebulan.

Mukharrom membeberkan, dia dan istri merintis usaha tenun ikat Troso sejak tahun 1984 silam. Berbekal pengalamannya sebagai karyawan perusahaan tenun, dia dan istri mulai menenun di rumahnya. Saat itu dia belum mempekerjakan karyawan. Namun berkat keuletannya, Mukharrom bisa mengajak perajin sekitar untuk bermitra. Dia memperkenalkan produknya ke Pulau Dewata dan kini telah memiliki pelanggan setia di sana. Saat ini, dia sudah memiliki sekitar 60 karyawan, 40 di antaranya adalah penenun. "Omzet sebulan sekitar dua ribu potong. Karena tiap minggunya kita kirim 500-an potong," bebernya.

Mukharrom mengungkapkan, sumber daya manusia merupakan tantangan utama yang dia hadapi saat menjalankan usahanya itu. Proses produksi yang serba manual tentu memerlukan jumlah karyawan yang banyak dan terampil.

"Kesulitannya sebenarnya ada pada SDM atau karyawan. Karena penenun kami ada yang bekerja di rumah produksi ini dan di rumah masing-masing. Kami juga antarkan gagrakan untuk mereka yang bekerja di rumah. Kalau mereka nggak bekerja kan produktivitas menurun," jelasnya.

Seiring bisnisnya yang semakin menggeliat, Mukharrom ingin putera semata wayangnya dan menantu dapat terus mengembangkan usaha yang telah dirintisnya itu. Menantu Mukharrom, Septi bahkan berencana memperluas pemasaran bisnis tersebut secara online. Dia dan suami tengah menyiapkan sebuah website untuk menjual produk. Sehingga masyarakat dari berbagai penjuru dunia dapat semakin mengenal tenun ikat Troso, sekaligus mendongkrak penjualan produk.

"Saya sedang belajar mendalami usaha ini. Kami berencana merambah pemasaran online melalui website sehingga bisa diakses konsumen dari mancanegara juga," ungkapnya.

 

Baca juga : Kisah Juragan Rongsok, dari Pemungut Hingga Mampu Berangkatkan Umroh Pemulung


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu