Follow Us :              

Bingung Cari Alternatif Wisata Libur Lebaran? Yuk Jelajahi Alam Petungkriyono

  13 May 2019  |   13:30:00  |   dibaca : 2126 
Kategori :
Bagikan :


Bingung Cari Alternatif Wisata Libur Lebaran? Yuk Jelajahi Alam Petungkriyono

13 May 2019 | 13:30:00 | dibaca : 2126
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

PEKALONGAN - Bagi yang bosan atau penat dengan kebisingan kota, menjelajahi pesona alam Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan mungkin bisa menjadi pilihan tepat berwisata saat libur Lebaran. Panorama pegunungan nan asri, udara sejuk, tak hanya menyegarkan mata dan raga, namun rasa suntuk dan lelah pun seolah luruh tersapu embun dan kabut. 

Kecamatan Petungkriyono yang berada di kawasan lereng Gunung Ragajembangan dengan ketinggian antara 900-1600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Wilayah dataran tinggi tersebut menyimpan banyak potensi destinasi wisata alam ciamik. Baik panorama memanjakan mata hingga spot yang menantang adrenalin.

Mulai dari arung jeram di bawah air terjun, menerjang arus deras Sungai Welo yang dingin dengan bebatuan gunung tersebar di sepanjang aliran sungai, menyusuri tebing terjal perbukitan, serta menikmati kopi owa Soko Kembang yang khas, menjadi daya tarik pencinta wisata alam di tempat itu.

Memasuki gerbang Petungkriyono yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan, sejauh mata memandang, kabut putih tampak melayang-layang menutupi pemukiman warga di perbukitan bak negeri dongeng di atas awan. Sepanjang perjalanan menyusuri jalan hotmix, mata juga dimanjakan dengan pemandangan hamparan hijau tanaman padi sistem terasering dan lebatnya hutan lindung. Bahkan jika beruntung, pengunjung dapat melihat kepakan sayap elang Jawa yang terbang bebas, macan kumbang, kelincahan owa Jawa, serta eksotisme curug-curug atau air terjun di kanan-kiri jalan.

Hawa dingin yang menyentuh kulit dan pesona alam lereng pegunungan Ragajembangan siap membius siapapun yang berkunjung ke Petungkriyono, betah singgah dan enggan beranjak dari daerah yang juga terdapat situs-situs purbakala peninggalan zaman Kerajaan Mataram Hindu abad IV-XII itu.

Perjalanan dari pintu masuk Petungkriyono yang berbatasan dengan Kecamatan Doro, terdapat beberapa curug yang memuntahkan air bening dan sejuk dari perut bukit. Antara lain Curug Bajing di Desa Tlogopakis yang berkelak-kelok, Curug Muncar di Desa Curug Muncar yang berada di lereng Gunung Ragajembangan dengan ketinggian 1249 mdpl dan Curug Kembar yang berada tepat di tepi jalan raya menuju pusat kecamatan menjadi daya tarik wisatawan.

Arus Sungai Welo yang mengalir deras di antara bebatuan dan tebing bukit, semakin menarik minat pengunjung untuk menyusuri sungai yang melintasi beberapa desa di lereng Ragajembangan menggunakan ban atau river tubing. Di antara bebatuan terjal dan arus deras, adrenalin pengunjung juga ditantang saat menapaki tebing sungai yang curam dan licin. Bahkan sekali-kali pengunjung dapat menjajal nyali jumping atau meloncat dari batu besar berketinggian lebih dari tiga meter yang menjulang di tepian sungai.

“Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang namun penasaran dengan arus Sungai Welo, kami siap mendampingi pengunjung menyusuri sungai dengan fasilitas memadai dan murah namun aman dan nyaman,” ujar pengelola Welori River, Purwo Susilo.

Dengan merogoh kocek Rp100 ribu per orang, pengunjung mendapat pelayanan memuaskan dari tim Welori River. Antara lain pendampingan selama tubing river mulai dari posko di Dukuh Kayupuring hingga Dukuh Tinalung sepanjang sekitar dua kilometer dengan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan air, camilan, serta santapan makan siang dengan aneka menu khas yang dijamin bikin ketagihan.

Untuk urusan foto-foto, pengunjung juga tak perlu khawatir dan repot membawa kamera sendiri untuk mengabadikan berbagai aktivitas maupun keelokan panorama sepanjang perjalanan. Karena, tim Welori River juga memberikan fasilitas dokumentasi untuk para pengunjung. Saat mengarungi arus sungai, jumping dari batu kali, menyusuri tebing, serta berenang dan bermain air sungai, semuanya akan diabadikan oleh tim Welori River.

“Ke depan kami berencana menggarap bioskop alam di sebuah bangunan berkonsep alam. Selain untuk memutar film-film tentang pelestarian alam, rumah alami itu juga berisi penangkaran satwa sebagai upaya perlindungan terhadap satwa langka yang berkeliaran di kawasan Hutan Petungkriyono,” tuturnya.

Salah seorang peserta tubing river Sungai Welo, Atho mengaku senang dapat mengarungi arus liar Sungai Welo bersama teman-temannya. Warga Kauman Kota Pekalongan itu sengaja datang bersama tujuh rekan kerjanya untuk menantang arus dan menyusuri tebing Sungai Welo yang masih alami dan jarang terjamah masyarakat umum.

“Kami ramai-ramai berangkat dari pos Welori River diantar naik mobil pickup menuju start tubing river lengkap dengan peralatan keamanan diri seperti ban, alat pengaman kaki dan tangan. Sebelum berangkat dan selesai mengarungi sungai, kami disuguhi teh panas dan camilan ketela dan singkong goreng di pinggiran sungai. Pokoknya kita akan mendapat pengalaman petualangan seru dan menyenangkan,” tandasnya.

Seusai berpetualang di Sungai Welo, pengunjung biasanya meneruskan perjalanan ke arah selatan atau sekitar 10 kilometer menuju Curug Bajing yang eksotik dan bikin betah berlama-lama melihat air terjun berundak dengan ketinggian curug paling atas mencapai sekitar 35 meter. Lokasi curug yang berada di dataran tinggi Tlogopakis ini juga mudah dicapai karena hanya berjarak sekitar 100 meter dari jalur utama Petungkriyono.

Bagi pengunjung yang ingin lebih lama menikmati panorama dan keheningan suasana malam hari di kawasan pegunungan Petungkriyono, di area Curug Bajing juga terdapat camping ground bagi para pecinta alam.

Selain itu, Curug Muncar juga tidak kalah memesona. Kondisi jalan menuju Curug Muncar mendaki, bertebing, dan berkelok menjadi tantangan tersendiri untuk dapat melihat curug yang berlokasi di Desa Curugmuncar tersebut.

 

Baca juga : Dari Dana Desa, Tercipta Wahana Wisata Ondo Langit yang Ngehits di Sepakung


Bagikan :

PEKALONGAN - Bagi yang bosan atau penat dengan kebisingan kota, menjelajahi pesona alam Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan mungkin bisa menjadi pilihan tepat berwisata saat libur Lebaran. Panorama pegunungan nan asri, udara sejuk, tak hanya menyegarkan mata dan raga, namun rasa suntuk dan lelah pun seolah luruh tersapu embun dan kabut. 

Kecamatan Petungkriyono yang berada di kawasan lereng Gunung Ragajembangan dengan ketinggian antara 900-1600 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. Wilayah dataran tinggi tersebut menyimpan banyak potensi destinasi wisata alam ciamik. Baik panorama memanjakan mata hingga spot yang menantang adrenalin.

Mulai dari arung jeram di bawah air terjun, menerjang arus deras Sungai Welo yang dingin dengan bebatuan gunung tersebar di sepanjang aliran sungai, menyusuri tebing terjal perbukitan, serta menikmati kopi owa Soko Kembang yang khas, menjadi daya tarik pencinta wisata alam di tempat itu.

Memasuki gerbang Petungkriyono yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan, sejauh mata memandang, kabut putih tampak melayang-layang menutupi pemukiman warga di perbukitan bak negeri dongeng di atas awan. Sepanjang perjalanan menyusuri jalan hotmix, mata juga dimanjakan dengan pemandangan hamparan hijau tanaman padi sistem terasering dan lebatnya hutan lindung. Bahkan jika beruntung, pengunjung dapat melihat kepakan sayap elang Jawa yang terbang bebas, macan kumbang, kelincahan owa Jawa, serta eksotisme curug-curug atau air terjun di kanan-kiri jalan.

Hawa dingin yang menyentuh kulit dan pesona alam lereng pegunungan Ragajembangan siap membius siapapun yang berkunjung ke Petungkriyono, betah singgah dan enggan beranjak dari daerah yang juga terdapat situs-situs purbakala peninggalan zaman Kerajaan Mataram Hindu abad IV-XII itu.

Perjalanan dari pintu masuk Petungkriyono yang berbatasan dengan Kecamatan Doro, terdapat beberapa curug yang memuntahkan air bening dan sejuk dari perut bukit. Antara lain Curug Bajing di Desa Tlogopakis yang berkelak-kelok, Curug Muncar di Desa Curug Muncar yang berada di lereng Gunung Ragajembangan dengan ketinggian 1249 mdpl dan Curug Kembar yang berada tepat di tepi jalan raya menuju pusat kecamatan menjadi daya tarik wisatawan.

Arus Sungai Welo yang mengalir deras di antara bebatuan dan tebing bukit, semakin menarik minat pengunjung untuk menyusuri sungai yang melintasi beberapa desa di lereng Ragajembangan menggunakan ban atau river tubing. Di antara bebatuan terjal dan arus deras, adrenalin pengunjung juga ditantang saat menapaki tebing sungai yang curam dan licin. Bahkan sekali-kali pengunjung dapat menjajal nyali jumping atau meloncat dari batu besar berketinggian lebih dari tiga meter yang menjulang di tepian sungai.

“Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang namun penasaran dengan arus Sungai Welo, kami siap mendampingi pengunjung menyusuri sungai dengan fasilitas memadai dan murah namun aman dan nyaman,” ujar pengelola Welori River, Purwo Susilo.

Dengan merogoh kocek Rp100 ribu per orang, pengunjung mendapat pelayanan memuaskan dari tim Welori River. Antara lain pendampingan selama tubing river mulai dari posko di Dukuh Kayupuring hingga Dukuh Tinalung sepanjang sekitar dua kilometer dengan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan air, camilan, serta santapan makan siang dengan aneka menu khas yang dijamin bikin ketagihan.

Untuk urusan foto-foto, pengunjung juga tak perlu khawatir dan repot membawa kamera sendiri untuk mengabadikan berbagai aktivitas maupun keelokan panorama sepanjang perjalanan. Karena, tim Welori River juga memberikan fasilitas dokumentasi untuk para pengunjung. Saat mengarungi arus sungai, jumping dari batu kali, menyusuri tebing, serta berenang dan bermain air sungai, semuanya akan diabadikan oleh tim Welori River.

“Ke depan kami berencana menggarap bioskop alam di sebuah bangunan berkonsep alam. Selain untuk memutar film-film tentang pelestarian alam, rumah alami itu juga berisi penangkaran satwa sebagai upaya perlindungan terhadap satwa langka yang berkeliaran di kawasan Hutan Petungkriyono,” tuturnya.

Salah seorang peserta tubing river Sungai Welo, Atho mengaku senang dapat mengarungi arus liar Sungai Welo bersama teman-temannya. Warga Kauman Kota Pekalongan itu sengaja datang bersama tujuh rekan kerjanya untuk menantang arus dan menyusuri tebing Sungai Welo yang masih alami dan jarang terjamah masyarakat umum.

“Kami ramai-ramai berangkat dari pos Welori River diantar naik mobil pickup menuju start tubing river lengkap dengan peralatan keamanan diri seperti ban, alat pengaman kaki dan tangan. Sebelum berangkat dan selesai mengarungi sungai, kami disuguhi teh panas dan camilan ketela dan singkong goreng di pinggiran sungai. Pokoknya kita akan mendapat pengalaman petualangan seru dan menyenangkan,” tandasnya.

Seusai berpetualang di Sungai Welo, pengunjung biasanya meneruskan perjalanan ke arah selatan atau sekitar 10 kilometer menuju Curug Bajing yang eksotik dan bikin betah berlama-lama melihat air terjun berundak dengan ketinggian curug paling atas mencapai sekitar 35 meter. Lokasi curug yang berada di dataran tinggi Tlogopakis ini juga mudah dicapai karena hanya berjarak sekitar 100 meter dari jalur utama Petungkriyono.

Bagi pengunjung yang ingin lebih lama menikmati panorama dan keheningan suasana malam hari di kawasan pegunungan Petungkriyono, di area Curug Bajing juga terdapat camping ground bagi para pecinta alam.

Selain itu, Curug Muncar juga tidak kalah memesona. Kondisi jalan menuju Curug Muncar mendaki, bertebing, dan berkelok menjadi tantangan tersendiri untuk dapat melihat curug yang berlokasi di Desa Curugmuncar tersebut.

 

Baca juga : Dari Dana Desa, Tercipta Wahana Wisata Ondo Langit yang Ngehits di Sepakung


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu