Follow Us :              

Kenang Mbah Bandiyem, Ganjar Minta Izin Pakai Nama Almarhumah untuk Komunitas Motor

  16 June 2019  |   17:30:00  |   dibaca : 2093 
Kategori :
Bagikan :


Kenang Mbah Bandiyem, Ganjar Minta Izin Pakai Nama Almarhumah untuk Komunitas Motor

16 June 2019 | 17:30:00 | dibaca : 2093
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KLATEN - Mbah Bandiyem, satu-satunya penjual buah asongan yang berjualan di Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Sabtu (15/6/2019) malam tutup usia. Turut kehilangan sosok Mbah Bandiyem, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo takziah ke kediaman almarhumah di Dusun Topeng, Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (16/6/2019) petang, seusai berkegiatan di Yogyakarta.

Mbah Bandiyem meninggal setelah sebulan sebelumnya sakit akibat kecelakaan. Sempat dirawat di ortopedi tradisional, Mbah Bandiyem kemudian menjalani perawatan di rumah Pleburan, Semarang didampingi anaknya, Sani Sarah, 45, hingga akhirnya pengasong yang memiliki nama asli Pandiyem ini dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

"Permintaan terakhir simbok, pengen dimakamkan di dekat ibu dan saudara-saudaranya di Klaten. Simbok juga memberi alasan, agar anak-anaknya tetap mengingat kampung halaman karena kini anak-anaknya berpencar, tidak hanya di Klaten," kata Sani.

Ada rasa campur aduk yang dialami sanak dan kerabat Mbah Bandiyem. Pasalnya, tepat lima hari sebelum kepergiannya, suami Mbah Bandiyem telah mendahului menemui Sang Khalik. Sedih dan takjub dirasakan Sani. Sedih karena kedua orangtuanya telah tiada, di satu sisi juga takjub karena sedemikan lekatnya rasa tresna kedua orang tuanya itu. 

"Meski sama-sama di Semarang, simbok dan bapak tidak tinggal satu rumah karena pekerjaan. Bapak (tinggal) di Jalan Borobudur Raya No 78 Manyaran, simbok di Pleburan. Tapi setiap seminggu sekali, beliau berdua ketemu. Simbok nyuwun dimakamkan dekat ibu dan saudara, meski bapak dimakamkan di Semarang," paparnya. 

Mbah Bandiyem berjualan di Halaman Kantor Gubernur Jateng sejak 1955. Lima generasi gubernur "dikawal" Mbah Bandiyem. Dari sekian gubernur, Mbah Bandiyem semasa masih hidup mengaku gubernur yang paling diidolakannya adalah Ganjar Pranowo. 

"Mbah bandiyem niku tiyang sae. Buat anak dan saudara yang ditinggal sing rukun. Ojo rebutan warisan. Karo tonggo teparo sing rukun. Ben uripe ayem. Kabeh niku kalih Mbah bandiyem "love" (Mbah Bandiyem itu sangat baik orangnya. Buat anak dan saudara yang ditinggal yang rukun, jangan berebut warisan, rukun juga dengan tetangga agar tentram hidupnya. Semua sama Mbah Bandiyem itu "love")," kata Ganjar.

Bisa dikatakan tidak ada pegawai di lingkungan Pemprov Jateng yang tidak kenal sosok Mbah Bandiyem. Bahkan pada halalbihalal Lebaran tahun 2018, Mbah Bandiyem jadi tamu istimewa Ganjar Pranowo di Kantor Gubernuran. Untuk mengenangnya, sebelum pamit Ganjar meminta izin kepada pihak keluarga untuk mengabadikan nama Mbah Bandiyem sebagai nama komunitas motor Gubernuran, yakni "Group Montoran Bandiyem."

"Nyuwun izin niki konco-konco karena tresna karo Mbah Bandiyem, pengen ndadekke jenenge dadi jeneng klub motor, Group Montoran Bandiyem (Minta izin, karena sayangnya kawan-kawan dengan Mbah Bandiyem, ingin menjadikan namanya sebagai label klub motor, Group Montoran Bandiyem)," pinta Ganjar.

Ganjar menambahkan, dengan membawa nama Mbah Bandiyem, komunitas motor tersebut akan menebar spirit persaudaraan, kekeluargaan yang salah satu agendanya adalah wisata hati. Yakni berkeliling mengendarai motor dengan menyambangi lansia terlantar, anak yatim, serta warga tidak mampu di penjuru Jateng.

 

Baca juga : Ibu Mertua Sekda Berpulang, Ganjar: Almarhumah Seneng Tetulung lan Sregep Ngaji


Bagikan :

KLATEN - Mbah Bandiyem, satu-satunya penjual buah asongan yang berjualan di Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Sabtu (15/6/2019) malam tutup usia. Turut kehilangan sosok Mbah Bandiyem, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo takziah ke kediaman almarhumah di Dusun Topeng, Desa Kajen, Kecamatan Ceper, Klaten, Minggu (16/6/2019) petang, seusai berkegiatan di Yogyakarta.

Mbah Bandiyem meninggal setelah sebulan sebelumnya sakit akibat kecelakaan. Sempat dirawat di ortopedi tradisional, Mbah Bandiyem kemudian menjalani perawatan di rumah Pleburan, Semarang didampingi anaknya, Sani Sarah, 45, hingga akhirnya pengasong yang memiliki nama asli Pandiyem ini dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

"Permintaan terakhir simbok, pengen dimakamkan di dekat ibu dan saudara-saudaranya di Klaten. Simbok juga memberi alasan, agar anak-anaknya tetap mengingat kampung halaman karena kini anak-anaknya berpencar, tidak hanya di Klaten," kata Sani.

Ada rasa campur aduk yang dialami sanak dan kerabat Mbah Bandiyem. Pasalnya, tepat lima hari sebelum kepergiannya, suami Mbah Bandiyem telah mendahului menemui Sang Khalik. Sedih dan takjub dirasakan Sani. Sedih karena kedua orangtuanya telah tiada, di satu sisi juga takjub karena sedemikan lekatnya rasa tresna kedua orang tuanya itu. 

"Meski sama-sama di Semarang, simbok dan bapak tidak tinggal satu rumah karena pekerjaan. Bapak (tinggal) di Jalan Borobudur Raya No 78 Manyaran, simbok di Pleburan. Tapi setiap seminggu sekali, beliau berdua ketemu. Simbok nyuwun dimakamkan dekat ibu dan saudara, meski bapak dimakamkan di Semarang," paparnya. 

Mbah Bandiyem berjualan di Halaman Kantor Gubernur Jateng sejak 1955. Lima generasi gubernur "dikawal" Mbah Bandiyem. Dari sekian gubernur, Mbah Bandiyem semasa masih hidup mengaku gubernur yang paling diidolakannya adalah Ganjar Pranowo. 

"Mbah bandiyem niku tiyang sae. Buat anak dan saudara yang ditinggal sing rukun. Ojo rebutan warisan. Karo tonggo teparo sing rukun. Ben uripe ayem. Kabeh niku kalih Mbah bandiyem "love" (Mbah Bandiyem itu sangat baik orangnya. Buat anak dan saudara yang ditinggal yang rukun, jangan berebut warisan, rukun juga dengan tetangga agar tentram hidupnya. Semua sama Mbah Bandiyem itu "love")," kata Ganjar.

Bisa dikatakan tidak ada pegawai di lingkungan Pemprov Jateng yang tidak kenal sosok Mbah Bandiyem. Bahkan pada halalbihalal Lebaran tahun 2018, Mbah Bandiyem jadi tamu istimewa Ganjar Pranowo di Kantor Gubernuran. Untuk mengenangnya, sebelum pamit Ganjar meminta izin kepada pihak keluarga untuk mengabadikan nama Mbah Bandiyem sebagai nama komunitas motor Gubernuran, yakni "Group Montoran Bandiyem."

"Nyuwun izin niki konco-konco karena tresna karo Mbah Bandiyem, pengen ndadekke jenenge dadi jeneng klub motor, Group Montoran Bandiyem (Minta izin, karena sayangnya kawan-kawan dengan Mbah Bandiyem, ingin menjadikan namanya sebagai label klub motor, Group Montoran Bandiyem)," pinta Ganjar.

Ganjar menambahkan, dengan membawa nama Mbah Bandiyem, komunitas motor tersebut akan menebar spirit persaudaraan, kekeluargaan yang salah satu agendanya adalah wisata hati. Yakni berkeliling mengendarai motor dengan menyambangi lansia terlantar, anak yatim, serta warga tidak mampu di penjuru Jateng.

 

Baca juga : Ibu Mertua Sekda Berpulang, Ganjar: Almarhumah Seneng Tetulung lan Sregep Ngaji


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu