Follow Us :              

Mengulik Pesan Toleransi dari Rumah Doa Bukit Rhema

  23 June 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 3890 
Kategori :
Bagikan :


Mengulik Pesan Toleransi dari Rumah Doa Bukit Rhema

23 June 2019 | 09:00:00 | dibaca : 3890
Kategori :
Bagikan :

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

MAGELANG - Gereja Ayam, julukan itulah yang melekat pada bangunan ikonis berlokasi tak jauh dari Candi Borobudur ini. Tepatnya di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Gereja Ayam seolah menjadi harta karun tersembunyi di tengah area perbukitan yang asri.

Julukan Gereja Ayam disematkan lantaran bangunan rumah doa yang digagas oleh Daniel Alamsjah itu sekilas mirip seekor ayam yang tengah duduk mengeram telur. Uniknya, sang pemilik justru terinspirasi bentuk bangunan dari burung merpati yang dikenal sebagai simbol perdamaian dan Roh Kudus. Daniel Alamsjah memperoleh visi untuk membangun Rumah Doa Bukit Rhema, nama sesungguhnya Gereja Ayam, pada tahun 1988, kemudian proses pembangunannya dimulai pada tahun 1992. Proses pembangunannya saat ini berkisar 75 persen.

Beberapa waktu terakhir, Gereja Ayam semakin hits di kalangan masyarakat. Viral di media sosial karena dipilih sebagai lokasi syuting film layar lebar Ada Apa dengan Cinta (AADC) 2, banyak wisatawan yang melancong untuk menyaksikan langsung pesona yang ditawarkan oleh Gereja Ayam. Tak hanya wisatawan domestik, turis mancanegara pun datang berkunjung ke Bukit Rhema untuk mengobati rasa penasaran mereka tentang salah satu destinasi wisata religi itu.

Lokasinya tak jauh dari permukiman warga. Wisatawan harus melalui jalan khas perkampungan yang tidak terlalu lebar dan berkelok. Bahkan, jalan tersebut tidak dapat dilalui dua mobil ketika berpapasan. Keramahan warga akan menjadi cerita asyik yang membuat perjalanan semakin berkesan. Mereka akan dengan senang hati menunjukkan arah menuju Gereja Ayam apabila ada wisatawan yang bertanya.

Wisatawan yang mengendarai mobil diminta untuk memarkir mobilnya di sebuah tanah lapang. Selanjutnya, mereka dapat memilih berjalan kaki atau menyewa jeep untuk menempuh jalan yang lebih sempit dan menanjak. Dalam sekali sewa, pengemudi jeep akan mengantar dan menjemput wisatawan di titik kumpul yang telah ditentukan. Cukup membayar Rp14.000 per orang untuk menyewa jeep dan tiket masuk seharga Rp15.000 untuk menjawab rasa penasaran terhadap eksotisnya Gereja Ayam yang tengah booming itu.

Sesampainya di Gereja Ayam, wisatawan akan memasuki sebuah ruang luas yang sejatinya diistilahkan sebagai area perut merpati. Bingkai-bingkai foto dipajang di dindingnya, seolah menceritakan kepada pengunjung tentang potret Gereja Ayam dari masa ke masa. Ada pula foto tentang proses pembangunan Gereja Ayam yang ternyata dilakukan secara bergotong royong dengan warga sekitar. Lantai gedung pun cukup nyentrik dengan desain vintage-nya.

Dari area perut merpati, wisatawan dapat mengunjungi deretan bilik doa yang dibangun di lantai bawah tanah. Pengunjung disarankan membawa senter saat menyusuri lantai tersebut karena minim pencahayaan. Di sepanjang dindingnya dipajang lukisan-lukisan bernuansa religi. Pengunjung juga dapat menuliskan harapan mereka pada selembar kertas kemudian ditempel di sebuah papan yang diterangi lampu temaram. 

Hal mengesankan lainnya, rumah doa yang tersohor sebagai Gereja Ayam itu sebenarnya tidak semata-mata diperuntukkan bagi umat Kristiani untuk beribadah. Pemeluk agama lainnya dapat memanjatkan doa di tempat ini. Bahkan, umat Islam yang berkunjung juga dapat beribadah di sebuah musala yang disediakan, lengkap dengan peralatan salat yang telah disediakan di dalamnya. Ya, sejak awal, Daniel Alamsjah memang ingin membangun sebuah rumah doa bagi semua pemeluk agama.

Masih di area perut merpati, tepatnya di sebelah kanan pintu masuk, terdapat beberapa ruang rehabilitasi bagi penyandang disabilitas, pecandu narkoba, dan gangguan mental. Di sudut lainnya, tepatnya di dekat ekor merpati, ada sebuah kafetaria yang menjajakan aneka cemilan dengan harga terjangkau. Cocok untuk bersantai sejenak sembari menikmati pemandangan asri di luar Gereja Ayam melalui kaca jendela. 

Menaiki tangga kayu, di lantai atasnya pengunjung dapat melihat lukisan para peserta rehabilitasi yang dipajang rapi di dinding. Deretan lukisan tersebut begitu menyentuh karena berisi curahan hati mereka. Beberapa di antaranya menyiratkan kesedihan mereka karena merasa dikucilkan oleh orang-orang sekitar.

Di lantai berikutnya, tepatnya di area leher merpati, pengunjung masih disuguhi indahnya berbagai lukisan sarat makna. Seperti lukisan tentang ragam budaya Indonesia hingga sejumlah destinasi wisata tersohor di Tanah Air. 

Di lantai enam atau area paruh merpati, pengunjung dapat menyaksikan secara langsung pesona Bukit Rhema. Dari kejauhan juga terlihat Candi Borobudur yang gagah berdiri. Di lantai tujuh atau lantai teratas adalah area mahkota merpati. Puncak Gereja Ayam ini menjadi lokasi favorit para pengunjung. Mereka dapat berswafoto untuk mengabadikan pemandangan asri yang ada di sekitarnya.

Tanpa perlu merogoh kocek dalam, Gereja Ayam memang menjadi jujugan unik yang berhasil memikat hati wisatawan untuk singgah. Tak hanya disuguhi pemandangan asri, pesan toleransi yang begitu kuat juga seolah dapat menggelitik pengunjung untuk semakin peduli terhadap orang-orang di sekeliling mereka, sekaligus mensyukuri betapa kaya negeri ini.

 

Baca juga : Slametan Puser Bumi untuk Persatuan Bangsa


Bagikan :

MAGELANG - Gereja Ayam, julukan itulah yang melekat pada bangunan ikonis berlokasi tak jauh dari Candi Borobudur ini. Tepatnya di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Gereja Ayam seolah menjadi harta karun tersembunyi di tengah area perbukitan yang asri.

Julukan Gereja Ayam disematkan lantaran bangunan rumah doa yang digagas oleh Daniel Alamsjah itu sekilas mirip seekor ayam yang tengah duduk mengeram telur. Uniknya, sang pemilik justru terinspirasi bentuk bangunan dari burung merpati yang dikenal sebagai simbol perdamaian dan Roh Kudus. Daniel Alamsjah memperoleh visi untuk membangun Rumah Doa Bukit Rhema, nama sesungguhnya Gereja Ayam, pada tahun 1988, kemudian proses pembangunannya dimulai pada tahun 1992. Proses pembangunannya saat ini berkisar 75 persen.

Beberapa waktu terakhir, Gereja Ayam semakin hits di kalangan masyarakat. Viral di media sosial karena dipilih sebagai lokasi syuting film layar lebar Ada Apa dengan Cinta (AADC) 2, banyak wisatawan yang melancong untuk menyaksikan langsung pesona yang ditawarkan oleh Gereja Ayam. Tak hanya wisatawan domestik, turis mancanegara pun datang berkunjung ke Bukit Rhema untuk mengobati rasa penasaran mereka tentang salah satu destinasi wisata religi itu.

Lokasinya tak jauh dari permukiman warga. Wisatawan harus melalui jalan khas perkampungan yang tidak terlalu lebar dan berkelok. Bahkan, jalan tersebut tidak dapat dilalui dua mobil ketika berpapasan. Keramahan warga akan menjadi cerita asyik yang membuat perjalanan semakin berkesan. Mereka akan dengan senang hati menunjukkan arah menuju Gereja Ayam apabila ada wisatawan yang bertanya.

Wisatawan yang mengendarai mobil diminta untuk memarkir mobilnya di sebuah tanah lapang. Selanjutnya, mereka dapat memilih berjalan kaki atau menyewa jeep untuk menempuh jalan yang lebih sempit dan menanjak. Dalam sekali sewa, pengemudi jeep akan mengantar dan menjemput wisatawan di titik kumpul yang telah ditentukan. Cukup membayar Rp14.000 per orang untuk menyewa jeep dan tiket masuk seharga Rp15.000 untuk menjawab rasa penasaran terhadap eksotisnya Gereja Ayam yang tengah booming itu.

Sesampainya di Gereja Ayam, wisatawan akan memasuki sebuah ruang luas yang sejatinya diistilahkan sebagai area perut merpati. Bingkai-bingkai foto dipajang di dindingnya, seolah menceritakan kepada pengunjung tentang potret Gereja Ayam dari masa ke masa. Ada pula foto tentang proses pembangunan Gereja Ayam yang ternyata dilakukan secara bergotong royong dengan warga sekitar. Lantai gedung pun cukup nyentrik dengan desain vintage-nya.

Dari area perut merpati, wisatawan dapat mengunjungi deretan bilik doa yang dibangun di lantai bawah tanah. Pengunjung disarankan membawa senter saat menyusuri lantai tersebut karena minim pencahayaan. Di sepanjang dindingnya dipajang lukisan-lukisan bernuansa religi. Pengunjung juga dapat menuliskan harapan mereka pada selembar kertas kemudian ditempel di sebuah papan yang diterangi lampu temaram. 

Hal mengesankan lainnya, rumah doa yang tersohor sebagai Gereja Ayam itu sebenarnya tidak semata-mata diperuntukkan bagi umat Kristiani untuk beribadah. Pemeluk agama lainnya dapat memanjatkan doa di tempat ini. Bahkan, umat Islam yang berkunjung juga dapat beribadah di sebuah musala yang disediakan, lengkap dengan peralatan salat yang telah disediakan di dalamnya. Ya, sejak awal, Daniel Alamsjah memang ingin membangun sebuah rumah doa bagi semua pemeluk agama.

Masih di area perut merpati, tepatnya di sebelah kanan pintu masuk, terdapat beberapa ruang rehabilitasi bagi penyandang disabilitas, pecandu narkoba, dan gangguan mental. Di sudut lainnya, tepatnya di dekat ekor merpati, ada sebuah kafetaria yang menjajakan aneka cemilan dengan harga terjangkau. Cocok untuk bersantai sejenak sembari menikmati pemandangan asri di luar Gereja Ayam melalui kaca jendela. 

Menaiki tangga kayu, di lantai atasnya pengunjung dapat melihat lukisan para peserta rehabilitasi yang dipajang rapi di dinding. Deretan lukisan tersebut begitu menyentuh karena berisi curahan hati mereka. Beberapa di antaranya menyiratkan kesedihan mereka karena merasa dikucilkan oleh orang-orang sekitar.

Di lantai berikutnya, tepatnya di area leher merpati, pengunjung masih disuguhi indahnya berbagai lukisan sarat makna. Seperti lukisan tentang ragam budaya Indonesia hingga sejumlah destinasi wisata tersohor di Tanah Air. 

Di lantai enam atau area paruh merpati, pengunjung dapat menyaksikan secara langsung pesona Bukit Rhema. Dari kejauhan juga terlihat Candi Borobudur yang gagah berdiri. Di lantai tujuh atau lantai teratas adalah area mahkota merpati. Puncak Gereja Ayam ini menjadi lokasi favorit para pengunjung. Mereka dapat berswafoto untuk mengabadikan pemandangan asri yang ada di sekitarnya.

Tanpa perlu merogoh kocek dalam, Gereja Ayam memang menjadi jujugan unik yang berhasil memikat hati wisatawan untuk singgah. Tak hanya disuguhi pemandangan asri, pesan toleransi yang begitu kuat juga seolah dapat menggelitik pengunjung untuk semakin peduli terhadap orang-orang di sekeliling mereka, sekaligus mensyukuri betapa kaya negeri ini.

 

Baca juga : Slametan Puser Bumi untuk Persatuan Bangsa


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu