Follow Us :              

Wagub Targetkan Dua Tahun Wujudkan Konektivitas Rumah Sakit dan Apotek

  25 July 2025  |   09:00:00  |   dibaca : 14 
Kategori :
Bagikan :


Wagub Targetkan Dua Tahun Wujudkan Konektivitas Rumah Sakit dan Apotek

25 July 2025 | 09:00:00 | dibaca : 14
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG – Saat ini jumlah tenaga kefarmasian di Jawa Tengah mencapai 30 ribu orang. Akan tetapi, sebarannya dinilai masih belum merata. 

“Di Jawa Tengah, tenaga kefarmasian sudah lebih dari 30 ribu orang, tetapi sama seperti dokter spesialis, distribusinya belum merata, masih banyak di perkotaan,” ucap Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat membuka Musyawarah Nasional dan Kegiatan Ilmiah Tahunan Himpunan Seminat Farmasi Industri (Hisfarin) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) 2025 di MG Setos Hotel, Kota Semarang pada Jumat, 25 Juli 2025.

Pemerataan ini diperlukan untuk mendukung layanan kesehatan di Jateng, salah satunya program Dokter Spesialis Keliling (Speling), yang dicanangkannya bersama Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K. Program ini menyasar masyarakat di desa, sekolah, pesantren, rumah ibadah, dan lainnya.

Menurutnya, kehadiran dokter spesialis saja tidak cukup untuk mendukung program tersebut. Adanya layanan obat yang cepat dan tepat, tentunya juga menjadi kunci keberhasilan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Maka dari itu, Wagub mendorong IAI mampu mengintegrasikan sistem layanan apotek dengan rumah sakit, klinik, dan praktik dokter spesialis; melakukan pemerataan tenaga kefarmasian di sejumlah daerah; serta melakukan digitalisasi alur pemberian resep.

“Apoteker harus terhubung dengan dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Jangan sampai pasien dapat resep, tetapi obatnya kosong. Harus ada solusi cepat,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Wagub menyampaikan, keinginannya untuk mewujudkan sistem layanan kesehatan yang efisien, bahkan setara dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

“Kita punya cita-cita besar. Tahun ini kita mulai, dua tahun lagi konektivitas antarrumah sakit dan apotek harus terwujud. Dengan semangat gotong royong dan (adanya) dukungan (dari) apoteker, saya yakin ini bisa,” pungkasnya.

Harapannya, IAI juga ikut mendampingi koperasi desa yang memiliki apotek dan klinik, termasuk membantu menangani isu obat kadaluarsa yang masih menjadi tantangan di lapangan.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Noffendri, menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung program pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di tingkat desa. Menurutnya, keberhasilan program, seperti Speling, perlu ditopang oleh kolaborasi lintas profesi dan peran aktif apoteker.

“Dalam pelayanan kesehatan, tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi antara guru, dokter, perawat, bidan, dan apoteker,” ujarnya.

Ia menyampaikan, IAI siap menjadi mitra strategis dalam mendampingi koperasi yang mengelola apotek desa, terutama melalui skema Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).

Menurutnya, tanpa bimbingan yang tepat, tentu tidak mudah bagi koperasi baru untuk menjalankan berbagai unit usaha, termasuk apotek.

“Bayangkan, koperasi yang baru berdiri harus langsung mengelola banyak kegiatan usaha. Itu tidak mudah. Karena itu, kami dari IAI punya tenaga-tenaga yang siap diajak bermitra, untuk memberikan pendampingan, khususnya dalam pengelolaan apotek desa,” jelasnya.

Pendampingan yang dilakukan bertujuan untuk membantu mengelola apotek desa secara profesional, memberikan manfaat bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi bagi perekonomian koperasi.


Bagikan :

SEMARANG – Saat ini jumlah tenaga kefarmasian di Jawa Tengah mencapai 30 ribu orang. Akan tetapi, sebarannya dinilai masih belum merata. 

“Di Jawa Tengah, tenaga kefarmasian sudah lebih dari 30 ribu orang, tetapi sama seperti dokter spesialis, distribusinya belum merata, masih banyak di perkotaan,” ucap Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat membuka Musyawarah Nasional dan Kegiatan Ilmiah Tahunan Himpunan Seminat Farmasi Industri (Hisfarin) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) 2025 di MG Setos Hotel, Kota Semarang pada Jumat, 25 Juli 2025.

Pemerataan ini diperlukan untuk mendukung layanan kesehatan di Jateng, salah satunya program Dokter Spesialis Keliling (Speling), yang dicanangkannya bersama Gubernur Jateng, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K. Program ini menyasar masyarakat di desa, sekolah, pesantren, rumah ibadah, dan lainnya.

Menurutnya, kehadiran dokter spesialis saja tidak cukup untuk mendukung program tersebut. Adanya layanan obat yang cepat dan tepat, tentunya juga menjadi kunci keberhasilan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Maka dari itu, Wagub mendorong IAI mampu mengintegrasikan sistem layanan apotek dengan rumah sakit, klinik, dan praktik dokter spesialis; melakukan pemerataan tenaga kefarmasian di sejumlah daerah; serta melakukan digitalisasi alur pemberian resep.

“Apoteker harus terhubung dengan dokter dan fasilitas kesehatan lainnya. Jangan sampai pasien dapat resep, tetapi obatnya kosong. Harus ada solusi cepat,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Wagub menyampaikan, keinginannya untuk mewujudkan sistem layanan kesehatan yang efisien, bahkan setara dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

“Kita punya cita-cita besar. Tahun ini kita mulai, dua tahun lagi konektivitas antarrumah sakit dan apotek harus terwujud. Dengan semangat gotong royong dan (adanya) dukungan (dari) apoteker, saya yakin ini bisa,” pungkasnya.

Harapannya, IAI juga ikut mendampingi koperasi desa yang memiliki apotek dan klinik, termasuk membantu menangani isu obat kadaluarsa yang masih menjadi tantangan di lapangan.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Noffendri, menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung program pemerintah dalam memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di tingkat desa. Menurutnya, keberhasilan program, seperti Speling, perlu ditopang oleh kolaborasi lintas profesi dan peran aktif apoteker.

“Dalam pelayanan kesehatan, tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi antara guru, dokter, perawat, bidan, dan apoteker,” ujarnya.

Ia menyampaikan, IAI siap menjadi mitra strategis dalam mendampingi koperasi yang mengelola apotek desa, terutama melalui skema Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).

Menurutnya, tanpa bimbingan yang tepat, tentu tidak mudah bagi koperasi baru untuk menjalankan berbagai unit usaha, termasuk apotek.

“Bayangkan, koperasi yang baru berdiri harus langsung mengelola banyak kegiatan usaha. Itu tidak mudah. Karena itu, kami dari IAI punya tenaga-tenaga yang siap diajak bermitra, untuk memberikan pendampingan, khususnya dalam pengelolaan apotek desa,” jelasnya.

Pendampingan yang dilakukan bertujuan untuk membantu mengelola apotek desa secara profesional, memberikan manfaat bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi bagi perekonomian koperasi.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu