Follow Us :              

Pampers Disulap Jadi Pupuk Ampuh di Kongres Sampah

  12 October 2019  |   16:00:00  |   dibaca : 444 
Kategori :
Bagikan :


Pampers Disulap Jadi Pupuk Ampuh di Kongres Sampah

12 October 2019 | 16:00:00 | dibaca : 444
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KABUPATEN SEMARANG - Salah satu sampah yang sering dianggap momok adalah Pampers karena butuh waktu 100 tahun untuk bisa terurai. Tapi di Kongres Sampah Jateng, kelompok Pampers Mania memamerkan inovasinya berupa Fermentasi Pampers yang bisa digunakan sebagai pupuk. 

Dadang Prakoso, personel Pampers Mania menjelaskan dengan fermentasi pampers tersebut tanaman hanya memerlukan disiram seminggu sekali. Karena Fermentasi Pampers tersebut mengandung senyawa yang mengikat cairan. 

"Untuk takaran seperti halnya dengan pupuk lain. Bisa secara kuantitas ditambah atau diberikan secara periodik," katanya, Sabtu (12/10/2019).

Fermentasi tersebut dibuat dari beberapa bahan dasar. Air kelapa sebanyak 2 liter ditambah gula 50 gram, probiotik 100 ml dan trasi 1 sendok teh. Untuk Pampers yang diambil adalah bagian gel yang ada di dalam Pampers. Dadang mengatakan untuk membuat Fermentasi Pampers, campur seluruh bahan selama 24 jam. Kemudian masukkan Pampers.

"Diamkan maksimal 14 hari. Tutup rapat dan diberi selang untuk tanda fermentasi. Untuk dijadikan pupuk ditambah urine sapi," katanya. 

Sementara untuk Pampers yang telah dimasukkan sebagai bahan fermentasi bisa dijadikan media tanam dengan perbandingan 1 banding 4 dengan tanah. Dia menjelaskan fermentasi pampers tersebut merupakan hasil penelitiannya selama dua bulan. 

"Yang sudah kami uji selama tanaman bunga dan sayuran. Dan sangat efektif pertumbuhannya," katanya. 

Di acara Kongres Sampah tersebut memang dipamerkan puluhan inovasi pengolahan maupun pemanfaatan sampah. Selain Fermentasi Pampers tersebut juga dipamerkan bahan bakar dari sampah plastik, kotoran sapi dan Enceng Gondok. Seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan Agni Mandiri Cabang Dinas Kehutanan III Jateng.

"Untuk plastik yang kami gunakan adalah plastik bening. Kita suling dan minyaknya bisa sebagai bahan bakar untuk memasak. Dari Enceng Gondok dan kotoran sapi juga demikian," katanya. 

Selain aktivis dan kelompok masyarakat, inovasi pengolahan sampah juga dipamerkan oleh siswa. Seperi yang dilakukan oleh siswa SMK Munadi Ungaran yang mengeluarkan inovasi Insirok atau insektisida Sisa Rokok dan Inselicata atau insektisida Limbah Cair Tahu. 

"Insektisida ini bukan untuk membunuh hama seperti insektisida lain. Karena dengan membunuh akan memutus rantai organisme. Insektisida ini akan membuat hama yang menyerang tanaman tidak akan kembali," katanya. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan segala bentuk olahan dan pemanfaatan sampah tersebut sangat memberi manfaat, bukan hanya ekonomis tapi juga untuk lingkungan.

"Ini karya anak bangsa yang luar biasa. Karena bisa mengurangi sekaligus memanfaatkan. Bukan hanya ekonomis tapi juga manfaat untuk lingkungan," kata Ganjar. 

Bahkan Ganjar yang keliling stand inovasi pengelolaan sampah tersebut membeli tas dari plastik dan sandal dari Enceng Gondok. Untuk Enceng Gondok memang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk beragam kerajinan. Selain sandal ada juga topi, piring, keranjang, kursi lantai bahkan kotak jajanan. 

"Mari kita duduk bersama menyelesaikan persoalan ini agar kehidupan lebih baik menyambut pembangunan berkelanjutan. Lingkungan terjaga sampah terkelola. Dan bisa mempertanggungjawabkan sampah kita pada kehidupan," kata Ganjar.


Bagikan :

KABUPATEN SEMARANG - Salah satu sampah yang sering dianggap momok adalah Pampers karena butuh waktu 100 tahun untuk bisa terurai. Tapi di Kongres Sampah Jateng, kelompok Pampers Mania memamerkan inovasinya berupa Fermentasi Pampers yang bisa digunakan sebagai pupuk. 

Dadang Prakoso, personel Pampers Mania menjelaskan dengan fermentasi pampers tersebut tanaman hanya memerlukan disiram seminggu sekali. Karena Fermentasi Pampers tersebut mengandung senyawa yang mengikat cairan. 

"Untuk takaran seperti halnya dengan pupuk lain. Bisa secara kuantitas ditambah atau diberikan secara periodik," katanya, Sabtu (12/10/2019).

Fermentasi tersebut dibuat dari beberapa bahan dasar. Air kelapa sebanyak 2 liter ditambah gula 50 gram, probiotik 100 ml dan trasi 1 sendok teh. Untuk Pampers yang diambil adalah bagian gel yang ada di dalam Pampers. Dadang mengatakan untuk membuat Fermentasi Pampers, campur seluruh bahan selama 24 jam. Kemudian masukkan Pampers.

"Diamkan maksimal 14 hari. Tutup rapat dan diberi selang untuk tanda fermentasi. Untuk dijadikan pupuk ditambah urine sapi," katanya. 

Sementara untuk Pampers yang telah dimasukkan sebagai bahan fermentasi bisa dijadikan media tanam dengan perbandingan 1 banding 4 dengan tanah. Dia menjelaskan fermentasi pampers tersebut merupakan hasil penelitiannya selama dua bulan. 

"Yang sudah kami uji selama tanaman bunga dan sayuran. Dan sangat efektif pertumbuhannya," katanya. 

Di acara Kongres Sampah tersebut memang dipamerkan puluhan inovasi pengolahan maupun pemanfaatan sampah. Selain Fermentasi Pampers tersebut juga dipamerkan bahan bakar dari sampah plastik, kotoran sapi dan Enceng Gondok. Seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan Agni Mandiri Cabang Dinas Kehutanan III Jateng.

"Untuk plastik yang kami gunakan adalah plastik bening. Kita suling dan minyaknya bisa sebagai bahan bakar untuk memasak. Dari Enceng Gondok dan kotoran sapi juga demikian," katanya. 

Selain aktivis dan kelompok masyarakat, inovasi pengolahan sampah juga dipamerkan oleh siswa. Seperi yang dilakukan oleh siswa SMK Munadi Ungaran yang mengeluarkan inovasi Insirok atau insektisida Sisa Rokok dan Inselicata atau insektisida Limbah Cair Tahu. 

"Insektisida ini bukan untuk membunuh hama seperti insektisida lain. Karena dengan membunuh akan memutus rantai organisme. Insektisida ini akan membuat hama yang menyerang tanaman tidak akan kembali," katanya. 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan segala bentuk olahan dan pemanfaatan sampah tersebut sangat memberi manfaat, bukan hanya ekonomis tapi juga untuk lingkungan.

"Ini karya anak bangsa yang luar biasa. Karena bisa mengurangi sekaligus memanfaatkan. Bukan hanya ekonomis tapi juga manfaat untuk lingkungan," kata Ganjar. 

Bahkan Ganjar yang keliling stand inovasi pengelolaan sampah tersebut membeli tas dari plastik dan sandal dari Enceng Gondok. Untuk Enceng Gondok memang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk beragam kerajinan. Selain sandal ada juga topi, piring, keranjang, kursi lantai bahkan kotak jajanan. 

"Mari kita duduk bersama menyelesaikan persoalan ini agar kehidupan lebih baik menyambut pembangunan berkelanjutan. Lingkungan terjaga sampah terkelola. Dan bisa mempertanggungjawabkan sampah kita pada kehidupan," kata Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu