Follow Us :              

Empat Rekomendasi Kongres Sampah untuk Ganjar

  12 October 2019  |   17:00:00  |   dibaca : 362 
Kategori :
Bagikan :


Empat Rekomendasi Kongres Sampah untuk Ganjar

12 October 2019 | 17:00:00 | dibaca : 362
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KABUPATEN SEMARANG - Sidang komisi sesi I dalam Kongres Sampah mengeluarkan empat rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain persoalan anggaran, rekomendasi kelima komisi tersebut menitikberatkan pada edukasi persampahan terhadap masyarakat.

Kongres Sampah yang berlangsung di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Sabtu - Minggu (12-13/10/2019) terbagi dalam lima komisi. Setiap komisi melakukan pembahasan isu-isu yang berbeda secara mendalam. Setelah itu setiap komisi mengeluarkan rekomendasi. 

"Pada sidang komisi sesi pertama ini ada empat rekomendasi yang kami berikan. Soal edukasi persampahan terutama soal pemilahan, alat angkut, fasilitas termasuk TPA yang representatif dan dukungan anggaran dari pemerintah," kata Putut Yulianto, panitia Kongres Sampah, Sabtu (12/10/2019). 

Keempat rekomendasi tersebut dikeluarkan beserta turunannya yang dihasilkan oleh lima komisi yang membahas isu berbeda. Komisi I, Sampah Sebagai Komoditas Ramah Lingkungan. Komisi II, Pengembangan Ilmu dan Teknologi Penanganan Sampah. Komisi III, Regulasi, Kebijakan dan Program Penanganan Sampah yang Ramah Lingkungan. Komisi IV, Penguatan Konsolidasi dan Sinergi Pemangku Kepentingan Persampahan. Komisi V, Gerakan Anti Sampah Non-Organik.

"Sidang komisi ini masih akan berlanjut sampai besok dan akan memberikan rekomendasi final pada Gubernur Jawa Tengah untuk kemudian diterbitkan dalam kebijakan," katanya. 

Lima Komisi tersebut anggotanya terdiri dari akademisi, aktivis, pengusaha dan dari unsur pemerintah. Salah satunya adalah Natalia Desi, dari Balai PSDA Bodri Guto yang masuk di Sidang Komisi V. Dia mengatakan persoalan mendasar yang mesti dilakukan adalah edukasi persampahan terhadap masyarakat. Terutama soal pemanfaatan yang bukan sekadar persoalan komersial. 

"Kalau kita pahami lebih ke lingkungan. Kalau itu sudah dipegang aspek lain akan menyusul. Gerakan lebih dari hati. Sekarang kan influencer banyak yang bergerak di situ. Lebih peka terhadap sampah saja. Semoga seperti warga desa Kesongo. Gerakan peduli lingkungan," katanya. 

Apa yang telah jadi budaya di Desa Kesongo memang jadi alasan mendasar dipilihnya desa tersebut jadi tuan rumah Kongres Sampah. Karena mereka memilah sampah sejak dalam rumah. Untuk itu Ganjar berharap desa lain untuk meniru apa yang telah dilakukan desa yang terletak di antara Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo itu. Bahkan dia berjanji bakal mengunjungi desa yang menerapkan hal serupa. 

"Jika ada yang mendeklarasikan desa bersih, saya kunjungi. Tolong dilist desa itu. Gerakan ini akan kita dengungkan terus menerus," katanya. 

Ganjar mengatakan, ini merupakan upaya awal untuk menuntaskan persoalan sampah di Jawa Tengah bahkan Tanah Air. Selain di bertempat di desa yang telah membudayakan pengelolaan sampah secara baik, semua elemen masyarakat juga dilibatkan dan bakal dijadikan rujukan menerbitkan kebijakan. 

"Ini baru awal untuk menghimpun seluruh pemikiran. Dan hasil dari ini akan kita jadikan regulasi agar daerah kita jadi bersih. Mari kita duduk bersama menyelesaikan persoalan ini agar kehidupan lebih baik menyambut pembangunan berkelanjutan," katanya.


Bagikan :

KABUPATEN SEMARANG - Sidang komisi sesi I dalam Kongres Sampah mengeluarkan empat rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain persoalan anggaran, rekomendasi kelima komisi tersebut menitikberatkan pada edukasi persampahan terhadap masyarakat.

Kongres Sampah yang berlangsung di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Sabtu - Minggu (12-13/10/2019) terbagi dalam lima komisi. Setiap komisi melakukan pembahasan isu-isu yang berbeda secara mendalam. Setelah itu setiap komisi mengeluarkan rekomendasi. 

"Pada sidang komisi sesi pertama ini ada empat rekomendasi yang kami berikan. Soal edukasi persampahan terutama soal pemilahan, alat angkut, fasilitas termasuk TPA yang representatif dan dukungan anggaran dari pemerintah," kata Putut Yulianto, panitia Kongres Sampah, Sabtu (12/10/2019). 

Keempat rekomendasi tersebut dikeluarkan beserta turunannya yang dihasilkan oleh lima komisi yang membahas isu berbeda. Komisi I, Sampah Sebagai Komoditas Ramah Lingkungan. Komisi II, Pengembangan Ilmu dan Teknologi Penanganan Sampah. Komisi III, Regulasi, Kebijakan dan Program Penanganan Sampah yang Ramah Lingkungan. Komisi IV, Penguatan Konsolidasi dan Sinergi Pemangku Kepentingan Persampahan. Komisi V, Gerakan Anti Sampah Non-Organik.

"Sidang komisi ini masih akan berlanjut sampai besok dan akan memberikan rekomendasi final pada Gubernur Jawa Tengah untuk kemudian diterbitkan dalam kebijakan," katanya. 

Lima Komisi tersebut anggotanya terdiri dari akademisi, aktivis, pengusaha dan dari unsur pemerintah. Salah satunya adalah Natalia Desi, dari Balai PSDA Bodri Guto yang masuk di Sidang Komisi V. Dia mengatakan persoalan mendasar yang mesti dilakukan adalah edukasi persampahan terhadap masyarakat. Terutama soal pemanfaatan yang bukan sekadar persoalan komersial. 

"Kalau kita pahami lebih ke lingkungan. Kalau itu sudah dipegang aspek lain akan menyusul. Gerakan lebih dari hati. Sekarang kan influencer banyak yang bergerak di situ. Lebih peka terhadap sampah saja. Semoga seperti warga desa Kesongo. Gerakan peduli lingkungan," katanya. 

Apa yang telah jadi budaya di Desa Kesongo memang jadi alasan mendasar dipilihnya desa tersebut jadi tuan rumah Kongres Sampah. Karena mereka memilah sampah sejak dalam rumah. Untuk itu Ganjar berharap desa lain untuk meniru apa yang telah dilakukan desa yang terletak di antara Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo itu. Bahkan dia berjanji bakal mengunjungi desa yang menerapkan hal serupa. 

"Jika ada yang mendeklarasikan desa bersih, saya kunjungi. Tolong dilist desa itu. Gerakan ini akan kita dengungkan terus menerus," katanya. 

Ganjar mengatakan, ini merupakan upaya awal untuk menuntaskan persoalan sampah di Jawa Tengah bahkan Tanah Air. Selain di bertempat di desa yang telah membudayakan pengelolaan sampah secara baik, semua elemen masyarakat juga dilibatkan dan bakal dijadikan rujukan menerbitkan kebijakan. 

"Ini baru awal untuk menghimpun seluruh pemikiran. Dan hasil dari ini akan kita jadikan regulasi agar daerah kita jadi bersih. Mari kita duduk bersama menyelesaikan persoalan ini agar kehidupan lebih baik menyambut pembangunan berkelanjutan," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu