Follow Us :              

Akhir Tahun, Jateng Surplus Daging dan Beras

  03 December 2019  |   10:40:00  |   dibaca : 531 
Kategori :
Bagikan :


Akhir Tahun, Jateng Surplus Daging dan Beras

03 December 2019 | 10:40:00 | dibaca : 531
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Menjelang natal dan tahun baru sejumlah komoditas pangan di Jawa Tengah mengalami surplus. Jawa Tengah pun siap untuk menyuplai daerah lain yang defisit bahan pangan menjelang natal dan tahun baru. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Agus Suryanto mengatakan komoditas yang surplus, di antaranya beras. Agus mengatakan, produksi beras di Jawa Tengah mencapai 6,9 juta ton per tahun. Sedangkan konsumsi beras masyarakat hanya 3,2 juta ton per tahun. Ini membuat ada kelebihan produksi sebanyak 3,6 juta ton. 

Daging juga menjadi komoditas yang surplus produksi. Per tahunnya, provinsi ini memiliki jumlah sapi potong 1,6 juta ekor, kambing 4 juta dan domba 2 juta ekor. Dengan jumlah tersebut, Jawa Tengah menjadi salah satu daerah penyangga kebutuhan daging di Jabodetabek, dengan jumlah suplai hingga 70 ribu ekor per tahun.

Pada libur natal dan tahun baru mendatang, tingkat konsumsi masyarakat Jawa Tengah diprediksi meningkat 5 persen. Meski demikian, kenaikan tersebut masih terkover dengan ketersediaan produksi yang ada.

"Kami menjamin setiap individu masyarakat di Jawa Tengah agar tidak kekurangan pangan. Pendekatannya bukan hanya pada kelompok maupun kepala keluarga, tapi individu," kata Agus, Selasa (3/12).

Dengan tingginya jumlah produksi, Agus menambahkan, Jawa Tengah siap untuk menyuplai daerah lain yang kekurangan bahan pangan saat penghujung tahun. “Kecuali kedelai, karena untuk kedelai kami defisit sampai 200 ribu ton," katanya. 

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang libur natal dan tahun baru, Pemprov Jateng telah memperlebar kran distribusi bahan pangan ke seluruh daerah. "Kami memiliki 200 lembaga usaha pangan masyarakat ditambah 850 toko tani. Ini untuk mengatasi distribusi tersalur dan menstabilkan harga. Sebagai contoh, jika harga beras di toko mencapai Rp 9.500, di toko tani harga beras hanya Rp 8.800," katanya. 

Pihaknya juga akan merutinkan operasi pasar untuk mengantisipasi lonjakan harga dan oknum-oknum yang ingin bermain curang. “Karena biasanya dengan harga yang diharapkan stabil, kualitas justru turun karena dimanfaatkan pihak yang mencari keuntungan yang terlampau besar,” ujarnya.


Bagikan :

SEMARANG - Menjelang natal dan tahun baru sejumlah komoditas pangan di Jawa Tengah mengalami surplus. Jawa Tengah pun siap untuk menyuplai daerah lain yang defisit bahan pangan menjelang natal dan tahun baru. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Agus Suryanto mengatakan komoditas yang surplus, di antaranya beras. Agus mengatakan, produksi beras di Jawa Tengah mencapai 6,9 juta ton per tahun. Sedangkan konsumsi beras masyarakat hanya 3,2 juta ton per tahun. Ini membuat ada kelebihan produksi sebanyak 3,6 juta ton. 

Daging juga menjadi komoditas yang surplus produksi. Per tahunnya, provinsi ini memiliki jumlah sapi potong 1,6 juta ekor, kambing 4 juta dan domba 2 juta ekor. Dengan jumlah tersebut, Jawa Tengah menjadi salah satu daerah penyangga kebutuhan daging di Jabodetabek, dengan jumlah suplai hingga 70 ribu ekor per tahun.

Pada libur natal dan tahun baru mendatang, tingkat konsumsi masyarakat Jawa Tengah diprediksi meningkat 5 persen. Meski demikian, kenaikan tersebut masih terkover dengan ketersediaan produksi yang ada.

"Kami menjamin setiap individu masyarakat di Jawa Tengah agar tidak kekurangan pangan. Pendekatannya bukan hanya pada kelompok maupun kepala keluarga, tapi individu," kata Agus, Selasa (3/12).

Dengan tingginya jumlah produksi, Agus menambahkan, Jawa Tengah siap untuk menyuplai daerah lain yang kekurangan bahan pangan saat penghujung tahun. “Kecuali kedelai, karena untuk kedelai kami defisit sampai 200 ribu ton," katanya. 

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang libur natal dan tahun baru, Pemprov Jateng telah memperlebar kran distribusi bahan pangan ke seluruh daerah. "Kami memiliki 200 lembaga usaha pangan masyarakat ditambah 850 toko tani. Ini untuk mengatasi distribusi tersalur dan menstabilkan harga. Sebagai contoh, jika harga beras di toko mencapai Rp 9.500, di toko tani harga beras hanya Rp 8.800," katanya. 

Pihaknya juga akan merutinkan operasi pasar untuk mengantisipasi lonjakan harga dan oknum-oknum yang ingin bermain curang. “Karena biasanya dengan harga yang diharapkan stabil, kualitas justru turun karena dimanfaatkan pihak yang mencari keuntungan yang terlampau besar,” ujarnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu