Follow Us :              

Impor Jateng 2019 Naik 0,22 Persen

  17 December 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 461 
Kategori :
Bagikan :


Impor Jateng 2019 Naik 0,22 Persen

17 December 2019 | 09:00:00 | dibaca : 461
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Nilai impor Jawa Tengah  terus mengalami kenaikan setiap tahun. Pada periode Januari - September 2019 tercatat naik 0,22 persen dari periode yang sama pada 2018, yaitu 6,564 miliar USD menjadi 6,579 miliar USD. 

Ketua Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI) Jawa Tengah Budiatmoko menyebutkan, kenaikan impor Jawa Tengah pada 2019, didominasi impor mesin pesawat mekanik dan peralatan listrik dengan total 2,2 miliar USD. Selain itu impor produk tekstil serta plastik dan barang dari plastik yang masing-masing menyumbang angka 22,4% dan 6,2%. 

"Hingga saat ini, negara asal impor ke Jawa Tengah didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat," kata Budiatmoko saat Musyawarah Daerah VI Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI) Jawa Tengah 2019 di MG Setos Hotel Semarang, Selasa (17/12/2019).

GINSI Jawa Tengah, lanjut dia, selalu berupaya untuk berperan aktif dalam meningkatkan profesionalisme anggota dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah, khususnya di Jawa Tengah. Yaitu melalui peningkatan pajak dalam rangka impor dan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang belum dapat dipenuhi atau diproduksi dalam negeri.

Ia pun berharap adanya peningkatan sinergi dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), serta stakeholder lainnya supaya mendukung kegiatan GINSI dan mendorong setiap importir yang ada di Jawa Tengah masuk menjadi bagian dari anggota GINSI. 

"Sehingga importir lebih terkoordinir lebih baik lebih dan tujuan akhirnya akan membantu pemerintah Jawa Tengah dalam meningkatkan perekonomian daerah. Momen Musda GINSI ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk dalam menyusun langkah kebijakan yang ditempuh di Jawa Tengah," terangnya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan GINSI. Fungsi dari GINSI antara lain bersinergi dengan para pelaku usaha di berbagai sektor baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, tidak kalah penting adalah harus bersinergi dengan pemerintah pemerintah provinsi maupun tingkat kabupaten atau kota, sehingga stabilitas ekonomi bisa terjaga dengan baik.

"Saya yakin GINSI juga memiliki Nawacita yang sama, yaitu bagaimana membuat perekonomian berputar dan berjalan dengan baik, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tujuh persen sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan kemiskinan di Jateng dapat berkurang," katanya.

Menurutnya, sebuah negara tidak bisa lepas dengan negara lain, sehingga jika hanya menggenjot sektor perdagangan maka perekonomian tidak bisa berjalan dengan baik. Negara butuh impor untuk mendatangkan barang-barang dari luar negeri yang memang tidak tersedia atau tidak diproduksi di dalam negeri. 

"Kita kaji dahulu, di Jateng ada tidak barang-barang yang dibutuhkan itu. Kalau tidak ada, maka kita wajib mendatangkan dari negara lain guna keberlangsungan roda ekonomi di daerah," jelasnya.

Nawacita yang sudah dibangun selama ini kata Wagub, dapat lebih dioptimalkan dan mengarah pengentasan kemiskinan. Apalagi hubungan baik dengan pemerintah yang selama ini terjalin baik baik antara lain melalui hubungan dengan Pelindo, BUMD, serta BUMN maupun perusahaan swasta. Sinergi antarpengusaha dan antarpedagang yang ada di Jawa Tengah tersebut menunjukkan bahwa regulasi atau hubungan baik di sebuah kawasan.


Bagikan :

SEMARANG - Nilai impor Jawa Tengah  terus mengalami kenaikan setiap tahun. Pada periode Januari - September 2019 tercatat naik 0,22 persen dari periode yang sama pada 2018, yaitu 6,564 miliar USD menjadi 6,579 miliar USD. 

Ketua Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI) Jawa Tengah Budiatmoko menyebutkan, kenaikan impor Jawa Tengah pada 2019, didominasi impor mesin pesawat mekanik dan peralatan listrik dengan total 2,2 miliar USD. Selain itu impor produk tekstil serta plastik dan barang dari plastik yang masing-masing menyumbang angka 22,4% dan 6,2%. 

"Hingga saat ini, negara asal impor ke Jawa Tengah didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat," kata Budiatmoko saat Musyawarah Daerah VI Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI) Jawa Tengah 2019 di MG Setos Hotel Semarang, Selasa (17/12/2019).

GINSI Jawa Tengah, lanjut dia, selalu berupaya untuk berperan aktif dalam meningkatkan profesionalisme anggota dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah, khususnya di Jawa Tengah. Yaitu melalui peningkatan pajak dalam rangka impor dan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang belum dapat dipenuhi atau diproduksi dalam negeri.

Ia pun berharap adanya peningkatan sinergi dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), serta stakeholder lainnya supaya mendukung kegiatan GINSI dan mendorong setiap importir yang ada di Jawa Tengah masuk menjadi bagian dari anggota GINSI. 

"Sehingga importir lebih terkoordinir lebih baik lebih dan tujuan akhirnya akan membantu pemerintah Jawa Tengah dalam meningkatkan perekonomian daerah. Momen Musda GINSI ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk dalam menyusun langkah kebijakan yang ditempuh di Jawa Tengah," terangnya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan GINSI. Fungsi dari GINSI antara lain bersinergi dengan para pelaku usaha di berbagai sektor baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, tidak kalah penting adalah harus bersinergi dengan pemerintah pemerintah provinsi maupun tingkat kabupaten atau kota, sehingga stabilitas ekonomi bisa terjaga dengan baik.

"Saya yakin GINSI juga memiliki Nawacita yang sama, yaitu bagaimana membuat perekonomian berputar dan berjalan dengan baik, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tujuh persen sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan kemiskinan di Jateng dapat berkurang," katanya.

Menurutnya, sebuah negara tidak bisa lepas dengan negara lain, sehingga jika hanya menggenjot sektor perdagangan maka perekonomian tidak bisa berjalan dengan baik. Negara butuh impor untuk mendatangkan barang-barang dari luar negeri yang memang tidak tersedia atau tidak diproduksi di dalam negeri. 

"Kita kaji dahulu, di Jateng ada tidak barang-barang yang dibutuhkan itu. Kalau tidak ada, maka kita wajib mendatangkan dari negara lain guna keberlangsungan roda ekonomi di daerah," jelasnya.

Nawacita yang sudah dibangun selama ini kata Wagub, dapat lebih dioptimalkan dan mengarah pengentasan kemiskinan. Apalagi hubungan baik dengan pemerintah yang selama ini terjalin baik baik antara lain melalui hubungan dengan Pelindo, BUMD, serta BUMN maupun perusahaan swasta. Sinergi antarpengusaha dan antarpedagang yang ada di Jawa Tengah tersebut menunjukkan bahwa regulasi atau hubungan baik di sebuah kawasan.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu