Follow Us :              

Hadapi Bencana, Ganjar Siapkan Dana Bantuan Tak Terduga Rp 23 Miliar

  20 December 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 393 
Kategori :
Bagikan :


Hadapi Bencana, Ganjar Siapkan Dana Bantuan Tak Terduga Rp 23 Miliar

20 December 2019 | 13:00:00 | dibaca : 393
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan sejumlah logistik maupun peralatan untuk mengantisipasi bencana yang terjadi di musim penghujan ini. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga telah menyiapkan Rp 23 miliar untuk bantuan tidak terduga. 

Saat memimpin rapat koordinasi mengantisipasi musim hujan di Gedung Gradhika Bhakti Pradja, Jumat (20/12/2019), Ganjar mengatakan seluruh pihak yang punya ranah kerja kebencanaan telah disiagakan. Termasuk peralatan yang bisa digunakan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. 

"Dan mereka pemangku kebencanaan ini sekarang semua standby. Dari TNI Polri, BPBD, Tagana. Relawan akan kita kerahkan untuk standby. PSDA dan BBWS semua standby, peralatannya pun semua distandby-kan," kata Ganjar. 

Untuk peralatan yang standby yakni 83 unit eskavator, 2 unit eskavator amfibi dan 17 unit buldozer. Melengkapi alat berat itu juga disiagakan 144 armada dump truk dan tronton, 20 water portable, 7 speed boat, 6 truck crane dan 6 armada mobil pump. 

Selain itu juga telah disiagakan 351.825 buah sandbag, 250 kilogram kawat bronjong, 6.853 kawat bronjong anyaman, 205 batang dolken, 145.949 lembar karung plastik, 2.349 geobag dan 5.640 geotekstil nonwoven.

"Logistik alhamdulillah standby semua. Sudah siap. Kami coba mengantisipasi musim hujan ini dengan mengerahkan kekuatan dari multisektor," imbuhnya. 

Terkait dana bantuan tidak terduga, telah disalurkan Rp 6 miliar untuk membantu korban bencana. Selain itu ada pula Dana Jateng Peduli Bencana Rp 623,2 juta dan Dana Merapi Rp 1,678 miliar. 

Untuk bahan pangan disiagakan cadangan beras dari Dinas Ketahanan Pangan sebanyak 246 ton, Dinas Sosial 200 ton, beras reguler 21.240 kg dan cadangan setiap kabupaten/kota 100 ton.

Lahan seluas 146.408 ha di Jawa Tengah yang sebagian besar membentang di wilayah Pantura masuk kategori daerah rawan banjir. Sementara untuk daerah rawan longsor berada di wilayah punggungan Jateng di eks karesidenan Kedu, Banyumas dan Pekalongan. 

"Peta ini perlu disebarkan ke masyarakat. Agar mereka tahu ‘ya saya hidup di tengah bencana maka saya harus siaga’. Seandainya terjadi hujan lebat dua tiga jam berturut-turut apa yang harus kita lakukan, ke mana dan apa yang harus dibawa," kata Ganjar. 

Memasuki musim penghujan ini bencana yang telah terjadi di Jawa Tengah adalah longsor, angin ribut dan banjir. Untuk longsor telah terjadi di tiga kabupaten, yakni Banjarnegara, Wonogiri dan Brebes. Sementara hampir seluruh wilayah 35 kabupaten/kota sudah diterjang angin ribut. Adapun banjir sempat menggenangi Kudus dan Banjarnegara dengan durasi singkat dan tidak meluas. 

"Kemarin sudah kami hitung paling tidak ini (bencana – Red) sampai Maret. Kesiapsiagaan kita diuji karena ini masih sedikit curah hujannya belum banyak. Yang kita perlu lakukan saat ini adalah pemasangan dan pemakaian early warning system," tandas Ganjar. 

Ganjar mempersilakan daerah-daerah yang rawan bencana tersebut untuk memasang dan memastikan kesiapan early warning system, baik yang modern maupun tradisional. Untuk yang tradisional Ganjar mempersilakan untuk menggunakan kentongan karena relatif sudah dipahami warga. 

"Kentongan diaktifkan lagi. Itu paling enak. Panjenengan tahu kapan kentongan mesti dipukul, masyarakat mesti tahu kapan mesti mengusir diri untuk menyelamatkan nyawa.”


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menyiapkan sejumlah logistik maupun peralatan untuk mengantisipasi bencana yang terjadi di musim penghujan ini. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga telah menyiapkan Rp 23 miliar untuk bantuan tidak terduga. 

Saat memimpin rapat koordinasi mengantisipasi musim hujan di Gedung Gradhika Bhakti Pradja, Jumat (20/12/2019), Ganjar mengatakan seluruh pihak yang punya ranah kerja kebencanaan telah disiagakan. Termasuk peralatan yang bisa digunakan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. 

"Dan mereka pemangku kebencanaan ini sekarang semua standby. Dari TNI Polri, BPBD, Tagana. Relawan akan kita kerahkan untuk standby. PSDA dan BBWS semua standby, peralatannya pun semua distandby-kan," kata Ganjar. 

Untuk peralatan yang standby yakni 83 unit eskavator, 2 unit eskavator amfibi dan 17 unit buldozer. Melengkapi alat berat itu juga disiagakan 144 armada dump truk dan tronton, 20 water portable, 7 speed boat, 6 truck crane dan 6 armada mobil pump. 

Selain itu juga telah disiagakan 351.825 buah sandbag, 250 kilogram kawat bronjong, 6.853 kawat bronjong anyaman, 205 batang dolken, 145.949 lembar karung plastik, 2.349 geobag dan 5.640 geotekstil nonwoven.

"Logistik alhamdulillah standby semua. Sudah siap. Kami coba mengantisipasi musim hujan ini dengan mengerahkan kekuatan dari multisektor," imbuhnya. 

Terkait dana bantuan tidak terduga, telah disalurkan Rp 6 miliar untuk membantu korban bencana. Selain itu ada pula Dana Jateng Peduli Bencana Rp 623,2 juta dan Dana Merapi Rp 1,678 miliar. 

Untuk bahan pangan disiagakan cadangan beras dari Dinas Ketahanan Pangan sebanyak 246 ton, Dinas Sosial 200 ton, beras reguler 21.240 kg dan cadangan setiap kabupaten/kota 100 ton.

Lahan seluas 146.408 ha di Jawa Tengah yang sebagian besar membentang di wilayah Pantura masuk kategori daerah rawan banjir. Sementara untuk daerah rawan longsor berada di wilayah punggungan Jateng di eks karesidenan Kedu, Banyumas dan Pekalongan. 

"Peta ini perlu disebarkan ke masyarakat. Agar mereka tahu ‘ya saya hidup di tengah bencana maka saya harus siaga’. Seandainya terjadi hujan lebat dua tiga jam berturut-turut apa yang harus kita lakukan, ke mana dan apa yang harus dibawa," kata Ganjar. 

Memasuki musim penghujan ini bencana yang telah terjadi di Jawa Tengah adalah longsor, angin ribut dan banjir. Untuk longsor telah terjadi di tiga kabupaten, yakni Banjarnegara, Wonogiri dan Brebes. Sementara hampir seluruh wilayah 35 kabupaten/kota sudah diterjang angin ribut. Adapun banjir sempat menggenangi Kudus dan Banjarnegara dengan durasi singkat dan tidak meluas. 

"Kemarin sudah kami hitung paling tidak ini (bencana – Red) sampai Maret. Kesiapsiagaan kita diuji karena ini masih sedikit curah hujannya belum banyak. Yang kita perlu lakukan saat ini adalah pemasangan dan pemakaian early warning system," tandas Ganjar. 

Ganjar mempersilakan daerah-daerah yang rawan bencana tersebut untuk memasang dan memastikan kesiapan early warning system, baik yang modern maupun tradisional. Untuk yang tradisional Ganjar mempersilakan untuk menggunakan kentongan karena relatif sudah dipahami warga. 

"Kentongan diaktifkan lagi. Itu paling enak. Panjenengan tahu kapan kentongan mesti dipukul, masyarakat mesti tahu kapan mesti mengusir diri untuk menyelamatkan nyawa.”


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu