Follow Us :              

Diprotes Petani Patiayam, Ganjar Justru Senang

  15 January 2020  |   10:30:00  |   dibaca : 613 
Kategori :
Bagikan :


Diprotes Petani Patiayam, Ganjar Justru Senang

15 January 2020 | 10:30:00 | dibaca : 613
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

KUDUS - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diprotes oleh petani dari Pegunungan Patiayam Kabupaten Kudus. Bukannya marah, pria yang identik dengan rambut putihnya ini justru bangga dan senang melihat warganya ngambek.

Peristiwa itu terjadi saat Ganjar bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menanam pohon di Pegunungan Patiayam Kabupaten Kudus, Rabu (15/1/2020). Dalam kesempatan itu sejumlah masyarakat seperti petani, pelajar, komunitas dan organisasi masyarakat dilibatkan dalam upaya pengembalian fungsi lahan hijau di pegunungan itu.

Di tengah acara penanaman, Ganjar menyempatkan diri untuk berdialog dengan petani yang menggarap kawasan pegunungan Patiayam. Diketahui, kawasan itu merupakan lahan milik Perhutani yang dikelola masyarakat. 

Tiba-tiba, seorang petani bernama Huda (65) langsung menerobos ke tengah kerumunan. Sambil mengacungkan tangan dan berteriak, dia memanggil nama Ganjar.

"Pak saya mau protes. Tadi pagi saya melubangi 45 lubang, tapi kok cuma 25 yang diisi," protes Huda.

Perhatian Ganjar langsung tertuju pada pria paruh baya itu. Ganjar masih belum paham, apa yang dimaksud Huda kala itu.

"Lubang opo? Kene-kene ngomong sing cetha (lubang apa, sini bilang yang jelas - Red)," ujar Ganjar.

Menjawab pertanyaan Ganjar, Huda menerangkan sudah membuat 45 lubang sejak pagi untuk ditanami pohon. Namun saat Ganjar datang dan melakukan penanaman pohon bersama masyarakat, dia melihat ada beberapa lubang yang belum ditanami.

"Saya sampai hitung pak, kurang 15 lubang. Ini gimana pak, saya sudah capek nglubangi tanahnya lho," cerocos Huda.

Ganjar langsung menepuk pundak Huda sambil tertawa. Ia bangga melihat Huda yang bersemangat menanam pohon di kawasan pegunungan Patiayam yang memang sudah gundul itu.

"Sampeyan hebat, semangat menanamnya tinggi sekali. Toss dulu," ucap Ganjar sambil menjulurkan tangan ke Huda.

Ganjar pun langsung meminta meminta Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus untuk segera mengirim bibit pohon ke ladang Huda. Tidak boleh ditunda, Ganjar meminta hari itu juga segera dikirim.

"Hari ini harus dikirim, biar ditanam sama Pak Huda. Kasihan sudah capek membuat lubang ya pak. Telpon sekarang pegawainya untuk kirim, biar saya dengarkan. Saya ndak mau nanti ketika saya pulang, pohon belum dikirim," tandas Ganjar.

Dalam kegiatan itu, Ganjar mengajak seluruh masyarakat untuk giat menanam. Minimal hingga tiga bulan ke depan, kegiatan penanaman pohon di hutan yang rusak dapat disegerakan.

"Ini waktunya menanam, paling tidak sampai tiga bulan ke depan. Kerahkan semua masyarakat untuk menanam khususnya di lahan-lahan gundul," perintah Ganjar.

Ganjar mengatakan, mengembalikan keseimbangan ekosistem di kawasan hulu menjadi cara ampuh untuk mencegah bencana terutama banjir. Menurutnya, banjir yang terjadi selama ini dikarenakan tingginya sedimentasi sungai.

"Dari mana sedimentasi itu, ya dari kawasan hulu ini. Karena gundul, maka tanah dari perbukitan lari ke sungai sehingga menimbulkan sedimentasi. Hasilnya, sungai penuh sedimentasi dan air pasti meluap. Bagaimana cara mencegahnya, ya dengan reboisasi," pungkas Ganjar.


Bagikan :

KUDUS - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diprotes oleh petani dari Pegunungan Patiayam Kabupaten Kudus. Bukannya marah, pria yang identik dengan rambut putihnya ini justru bangga dan senang melihat warganya ngambek.

Peristiwa itu terjadi saat Ganjar bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menanam pohon di Pegunungan Patiayam Kabupaten Kudus, Rabu (15/1/2020). Dalam kesempatan itu sejumlah masyarakat seperti petani, pelajar, komunitas dan organisasi masyarakat dilibatkan dalam upaya pengembalian fungsi lahan hijau di pegunungan itu.

Di tengah acara penanaman, Ganjar menyempatkan diri untuk berdialog dengan petani yang menggarap kawasan pegunungan Patiayam. Diketahui, kawasan itu merupakan lahan milik Perhutani yang dikelola masyarakat. 

Tiba-tiba, seorang petani bernama Huda (65) langsung menerobos ke tengah kerumunan. Sambil mengacungkan tangan dan berteriak, dia memanggil nama Ganjar.

"Pak saya mau protes. Tadi pagi saya melubangi 45 lubang, tapi kok cuma 25 yang diisi," protes Huda.

Perhatian Ganjar langsung tertuju pada pria paruh baya itu. Ganjar masih belum paham, apa yang dimaksud Huda kala itu.

"Lubang opo? Kene-kene ngomong sing cetha (lubang apa, sini bilang yang jelas - Red)," ujar Ganjar.

Menjawab pertanyaan Ganjar, Huda menerangkan sudah membuat 45 lubang sejak pagi untuk ditanami pohon. Namun saat Ganjar datang dan melakukan penanaman pohon bersama masyarakat, dia melihat ada beberapa lubang yang belum ditanami.

"Saya sampai hitung pak, kurang 15 lubang. Ini gimana pak, saya sudah capek nglubangi tanahnya lho," cerocos Huda.

Ganjar langsung menepuk pundak Huda sambil tertawa. Ia bangga melihat Huda yang bersemangat menanam pohon di kawasan pegunungan Patiayam yang memang sudah gundul itu.

"Sampeyan hebat, semangat menanamnya tinggi sekali. Toss dulu," ucap Ganjar sambil menjulurkan tangan ke Huda.

Ganjar pun langsung meminta meminta Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus untuk segera mengirim bibit pohon ke ladang Huda. Tidak boleh ditunda, Ganjar meminta hari itu juga segera dikirim.

"Hari ini harus dikirim, biar ditanam sama Pak Huda. Kasihan sudah capek membuat lubang ya pak. Telpon sekarang pegawainya untuk kirim, biar saya dengarkan. Saya ndak mau nanti ketika saya pulang, pohon belum dikirim," tandas Ganjar.

Dalam kegiatan itu, Ganjar mengajak seluruh masyarakat untuk giat menanam. Minimal hingga tiga bulan ke depan, kegiatan penanaman pohon di hutan yang rusak dapat disegerakan.

"Ini waktunya menanam, paling tidak sampai tiga bulan ke depan. Kerahkan semua masyarakat untuk menanam khususnya di lahan-lahan gundul," perintah Ganjar.

Ganjar mengatakan, mengembalikan keseimbangan ekosistem di kawasan hulu menjadi cara ampuh untuk mencegah bencana terutama banjir. Menurutnya, banjir yang terjadi selama ini dikarenakan tingginya sedimentasi sungai.

"Dari mana sedimentasi itu, ya dari kawasan hulu ini. Karena gundul, maka tanah dari perbukitan lari ke sungai sehingga menimbulkan sedimentasi. Hasilnya, sungai penuh sedimentasi dan air pasti meluap. Bagaimana cara mencegahnya, ya dengan reboisasi," pungkas Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu