Follow Us :              

Gus Yasin, Sang Komandan Satgas Penanggulangan Kemiskinan Jateng yang Rajin Turun ke Desa

  16 January 2020  |   15:00:00  |   dibaca : 693 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin, Sang Komandan Satgas Penanggulangan Kemiskinan Jateng yang Rajin Turun ke Desa

16 January 2020 | 15:00:00 | dibaca : 693
Kategori :
Bagikan :

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

SEMARANG – Jawa Tengah kembali menjadi buah bibir Nasional. Setelah menggegerkan jagad bisnis dengan berhasil membuat banyak perusahaan merelokasi pabriknya ke Jateng, kini provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo itu menjadi juara penurunan kemiskinan. 

Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Januari 2020 menyebut, total warga miskin yang berhasil dientaskan selama periode Maret hingga September 2019 sebanyak 63.830 orang. Jumlah ini paling besar dibanding 33 provinsi lain.

Di peringkat kedua ada Jawa Timur (56.250 jiwa), disusul Nusa Tenggara Barat (30.280 jiwa). Dihitung secara persentase, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah per September 2019 turun 0,22 persen menjadi 10,58 persen dibanding Maret 2019 sebesar 10,80 persen. Bahkan jika dihitung per Sepember 2018 ke September 2019, penurunannya mencapai 188.020 jiwa, dari 3,867 juta menjadi 3,679 juta orang.

Prestasi ini bukan kali pertama. Jateng juga pernah juara pada medio September 2017 hingga Maret 2018 berhasil menurunkan kemiskinan hingga 300.290 jiwa.

Ada dua faktor besar mengapa Jateng selalu menjadi juara. Pertama adalah program pembangunan terarah dari Gubernur Ganjar Pranowo dan pergerakan hebat Wakil Gubernur Taj Yasin sebagai komandan Satgas Penanggulangan Kemiskinan. 

Putera Almarhum KH Maemon Zubair itu rajin turun ke desa-desa pelosok Jateng. Dari pemberian bantuan RTLH dan jambanisasi keluarga miskin, bantuan dan pelatihan UMKM hingga meninjau pelaksanaan program Satu OPD Satu Desa Miskin. 

Cerita-cerita unik terjadi ketika Gus Yasin blusukan. Seperti ketika bertemu Samingun (65) warga RT 04 RW 03, Dusun Kalilo, Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Setelah dibangunkan jamban, bapak tiga anak itu meminta kepada Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin agar kluwung atau buis betonnya ditambah menjadi enam.

“Ini kluwung jatah dari pemerintah hanya tiga buah. Tolong mbok ditambah pak, biar septic tank jamban di rumah saya dapat menampung lebih lama hingga anak cucu dan cicit, pokoknya saya minta ditambah," kata Samingun. 

Menghadapi kengeyelan warga, Gus Yasin pun berusaha menjelaskan bahwa jatah kluwung memang hanya tiga. Selain karena keterbatasan anggaran, bantuan itu memang sebagai stimulan untuk warga. Sebab warga memiliki tanggung jawab sendiri untuk membuat kualitas hidup keluarganya menjadi lebih baik.

“Ya keinginan agar jamban bisa bertahan lama itu bagus sekali, tapi kita sebagai warga harus terlecut untuk berusaha sendiri, tidak hanya menggantungkan pada orang lain terus,” kata Gus Yasin.

Dengan ilmu agama yang mumpuni, Gus Yasin nampak menikmati perannya saat itu sebagai pemimpin daerah, pendakwah sekaligus motivator ulung. Pada situasi lain, Yasin juga seringkali menjadi konsultan bisnis bagi pelaku UMKM dan pengurus unit usaha di pondok pesantren.

Tapi namanya tokoh, kehadirannya di tengah warga seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Saat meninjau program RTLH di Desa Gebugan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Gus Yasin malah ditodong memberikan hadiah nama bagi penerima program yang istrinya baru saja melahirkan. Anak kedua pasangan Karsimin (39) dan Mukanah (31) oleh Gus Yasin diberikan nama Karimah. Karimah menurut Gus Yasin, berarti mulia. 

"Saya kasih nama Karimah yang artinya mulia. Semoga anak yang cantik ini menjadi orang mulia, soleha, dan baik hati kepada semua," ucap Taj Yasin usai mendoakan dan mengecup kening bayi Karimah.

Selain RTLH, bantuan jamban, ada pula program ekotren. Ekotren adalah program pengurangan angka kemiskinan yang menyesuaikan ekonomi tren masa kini. Caranya dengan mendorong geliat usaha masyarakat di kawasan pedesaan, khususnya lingkungan masjid dan pondok pesantren. 

"Sentra kulakan akan dibangun di beberapa lokasi yang strategis, seperti di seputaran masjid atau pondok pesantren," ujar pria kelahiran Rembang 2 Juli 1983 itu.

Satu sentra kulakan, kata Gus Yasin, setidaknya akan membawahi 100 warung kecil di sekitar lokasi inti. Sedangkan satu sentra kulakan paling tidak akan mempekerjakan lima orang. 

"Dengan begitu, paling tidak dari sisi perekonomian, satu sentra kulakan bisa membantu 105 orang. Itu baru satu, kami ingin bangun 100-500 sentra kulakan di seluruh wilayah di Jateng," jelas suami Nawal Nur Arafah itu.

Sasaran Satgas Penanggulangan Kemiskinan lainnya adalah guru guru ngaji, guru madrasah diniyah dan TPQ. Sebelumnya, Pemprov telah memberikan insentif bagi mereka sebesar Rp 1,2 juta per tahun. Terbaru, para guru ngaji itu akan diberikan perlindungan tenaga kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan.

Dijelaskan, Pemprov akan menanggung premi BPJS senilai Rp 8.100 selama satu tahun. Ada sebanyak 169 ribu guru ngaji, madin dan TPQ pada 2019 dan 211 ribu pada 2020. 

"Perlindungan yang kami diberikan berupa kecelakaan kerja dan meninggal," tandasnya.

Selain itu, Satgas juga memperbaiki data warga miskin penerima bantuan. Selama ini banyak warga yang sudah mampu masih menerima bantuan karena data yang masih kacau balau.

"Upaya yang kami lakukan juga tidak hanya di pemerintah, tetapi juga melibatkan dunia industri dan perguruan tinggi. Penangangannya tiap daerah juga berbeda-beda. Ditelaah, dipelajari, sehingga memunculkan penanganan yang akurat. Koordinasi dengan kabupaten dan kota juga intensif," tandasnya.

Penambahan jumlah SMK di Jateng juga diharapkan terealisasi mulai 2020. Karena dengan berdirinya SMK yang akan bekerjasama dengan dunia industri, lulusannya mampu mengentaskan kemiskinan keluarganya. Karena, sejak 2018 siswa SMK disiapkan bekerja di perusahaan yang ada di Jateng, luar Jateng, bahkan luar negeri, karena telah bekerjasama dengan Jepang dan Korea.


Bagikan :

SEMARANG – Jawa Tengah kembali menjadi buah bibir Nasional. Setelah menggegerkan jagad bisnis dengan berhasil membuat banyak perusahaan merelokasi pabriknya ke Jateng, kini provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo itu menjadi juara penurunan kemiskinan. 

Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Januari 2020 menyebut, total warga miskin yang berhasil dientaskan selama periode Maret hingga September 2019 sebanyak 63.830 orang. Jumlah ini paling besar dibanding 33 provinsi lain.

Di peringkat kedua ada Jawa Timur (56.250 jiwa), disusul Nusa Tenggara Barat (30.280 jiwa). Dihitung secara persentase, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah per September 2019 turun 0,22 persen menjadi 10,58 persen dibanding Maret 2019 sebesar 10,80 persen. Bahkan jika dihitung per Sepember 2018 ke September 2019, penurunannya mencapai 188.020 jiwa, dari 3,867 juta menjadi 3,679 juta orang.

Prestasi ini bukan kali pertama. Jateng juga pernah juara pada medio September 2017 hingga Maret 2018 berhasil menurunkan kemiskinan hingga 300.290 jiwa.

Ada dua faktor besar mengapa Jateng selalu menjadi juara. Pertama adalah program pembangunan terarah dari Gubernur Ganjar Pranowo dan pergerakan hebat Wakil Gubernur Taj Yasin sebagai komandan Satgas Penanggulangan Kemiskinan. 

Putera Almarhum KH Maemon Zubair itu rajin turun ke desa-desa pelosok Jateng. Dari pemberian bantuan RTLH dan jambanisasi keluarga miskin, bantuan dan pelatihan UMKM hingga meninjau pelaksanaan program Satu OPD Satu Desa Miskin. 

Cerita-cerita unik terjadi ketika Gus Yasin blusukan. Seperti ketika bertemu Samingun (65) warga RT 04 RW 03, Dusun Kalilo, Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Setelah dibangunkan jamban, bapak tiga anak itu meminta kepada Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin agar kluwung atau buis betonnya ditambah menjadi enam.

“Ini kluwung jatah dari pemerintah hanya tiga buah. Tolong mbok ditambah pak, biar septic tank jamban di rumah saya dapat menampung lebih lama hingga anak cucu dan cicit, pokoknya saya minta ditambah," kata Samingun. 

Menghadapi kengeyelan warga, Gus Yasin pun berusaha menjelaskan bahwa jatah kluwung memang hanya tiga. Selain karena keterbatasan anggaran, bantuan itu memang sebagai stimulan untuk warga. Sebab warga memiliki tanggung jawab sendiri untuk membuat kualitas hidup keluarganya menjadi lebih baik.

“Ya keinginan agar jamban bisa bertahan lama itu bagus sekali, tapi kita sebagai warga harus terlecut untuk berusaha sendiri, tidak hanya menggantungkan pada orang lain terus,” kata Gus Yasin.

Dengan ilmu agama yang mumpuni, Gus Yasin nampak menikmati perannya saat itu sebagai pemimpin daerah, pendakwah sekaligus motivator ulung. Pada situasi lain, Yasin juga seringkali menjadi konsultan bisnis bagi pelaku UMKM dan pengurus unit usaha di pondok pesantren.

Tapi namanya tokoh, kehadirannya di tengah warga seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Saat meninjau program RTLH di Desa Gebugan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Gus Yasin malah ditodong memberikan hadiah nama bagi penerima program yang istrinya baru saja melahirkan. Anak kedua pasangan Karsimin (39) dan Mukanah (31) oleh Gus Yasin diberikan nama Karimah. Karimah menurut Gus Yasin, berarti mulia. 

"Saya kasih nama Karimah yang artinya mulia. Semoga anak yang cantik ini menjadi orang mulia, soleha, dan baik hati kepada semua," ucap Taj Yasin usai mendoakan dan mengecup kening bayi Karimah.

Selain RTLH, bantuan jamban, ada pula program ekotren. Ekotren adalah program pengurangan angka kemiskinan yang menyesuaikan ekonomi tren masa kini. Caranya dengan mendorong geliat usaha masyarakat di kawasan pedesaan, khususnya lingkungan masjid dan pondok pesantren. 

"Sentra kulakan akan dibangun di beberapa lokasi yang strategis, seperti di seputaran masjid atau pondok pesantren," ujar pria kelahiran Rembang 2 Juli 1983 itu.

Satu sentra kulakan, kata Gus Yasin, setidaknya akan membawahi 100 warung kecil di sekitar lokasi inti. Sedangkan satu sentra kulakan paling tidak akan mempekerjakan lima orang. 

"Dengan begitu, paling tidak dari sisi perekonomian, satu sentra kulakan bisa membantu 105 orang. Itu baru satu, kami ingin bangun 100-500 sentra kulakan di seluruh wilayah di Jateng," jelas suami Nawal Nur Arafah itu.

Sasaran Satgas Penanggulangan Kemiskinan lainnya adalah guru guru ngaji, guru madrasah diniyah dan TPQ. Sebelumnya, Pemprov telah memberikan insentif bagi mereka sebesar Rp 1,2 juta per tahun. Terbaru, para guru ngaji itu akan diberikan perlindungan tenaga kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan.

Dijelaskan, Pemprov akan menanggung premi BPJS senilai Rp 8.100 selama satu tahun. Ada sebanyak 169 ribu guru ngaji, madin dan TPQ pada 2019 dan 211 ribu pada 2020. 

"Perlindungan yang kami diberikan berupa kecelakaan kerja dan meninggal," tandasnya.

Selain itu, Satgas juga memperbaiki data warga miskin penerima bantuan. Selama ini banyak warga yang sudah mampu masih menerima bantuan karena data yang masih kacau balau.

"Upaya yang kami lakukan juga tidak hanya di pemerintah, tetapi juga melibatkan dunia industri dan perguruan tinggi. Penangangannya tiap daerah juga berbeda-beda. Ditelaah, dipelajari, sehingga memunculkan penanganan yang akurat. Koordinasi dengan kabupaten dan kota juga intensif," tandasnya.

Penambahan jumlah SMK di Jateng juga diharapkan terealisasi mulai 2020. Karena dengan berdirinya SMK yang akan bekerjasama dengan dunia industri, lulusannya mampu mengentaskan kemiskinan keluarganya. Karena, sejak 2018 siswa SMK disiapkan bekerja di perusahaan yang ada di Jateng, luar Jateng, bahkan luar negeri, karena telah bekerjasama dengan Jepang dan Korea.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu