Follow Us :              

Kunjungi Komunitas Tionghoa Jelang Imlek, Ganjar Dapat Kenduri Berkat

  24 January 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 1939 
Kategori :
Bagikan :


Kunjungi Komunitas Tionghoa Jelang Imlek, Ganjar Dapat Kenduri Berkat

24 January 2020 | 13:00:00 | dibaca : 1939
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG – Kenduri ternyata bukan saja tradisi warga muslim. Bagi warga Tionghoa, kenduri dan memberi bingkisan makanan kepada tamu juga merupakan sebuah tradisi yang terus dirawat. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpendapat, proses akulturasi budaya bisa dilakukan oleh agama apapun sebagai bibit-bibit toleransi. 

Jumat (24/1/2020), Ganjar menghadiri jamuan makan siang yang digelar Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong di Jalan Gang Pinggir Pecinan Semarang. Berbagai olahan daging ayam menjadi menu utama, bersanding dengan tumpeng nasi kuning serta kudapan khas Imlek sebagai pelengkap. 

"Orang Tionghoa juga melakukan kenduren (kenduri). Makan bersama keluarga, tetangga atau teman," kata Harjanto Halim, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis). 

Harjanto mengatakan, hidangan olahan daging ayam tersebut bukan disajikan lantaran Ganjar akan datang. Menurutnya, kelompok sosial yang telah berdiri sejak 1876 itu memiliki tiga pengurus yang adalah pemeluk Islam. Maka, nyaris tidak ada lagi sajian daging babi di meja makan pun di altar gedung perkumpulan yang berbasis di Pecinan Semarang ini. 

Terlebih, sejak 2013, Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma memasang sinchi atau papan nama KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di altar. Sinchi Gus Dur tampak paling besar dibandingkan sinchi leluhur lainnya. 

Untuk menghormati Gus Dur, perkumpulan mengganti sajian daging babi dengan daging kambing. "Sajian daging babi kami ganti dengan daging kambing. Ini bentuk penghormatan kami kepada Gus Dur, satu-satunya muslim yang namanya berada di altar ini," imbuh Harjanto. 

Ganjar tiba di gedung bernama Rasa Dharma itu setelah melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid An Nur Diponegoro, yang menjadi satu-satunya masjid di kawasan Pecinan. Begitu tiba, Ganjar langsung diajak Harjanto Halim untuk menengok altar, sinchi, prasasti doa untuk Gus Dur dan berbagai hidangan yang tersedia di depan altar. 

Setelah berkeliling dan berfoto di dalam gedung Rasa Dharma tersebut, Ganjar lantas dipersilakan santap siang. Meski sempat beralasan sudah kenyang, Ganjar justru dengan lahap makan berbagai hidangan olahan daging ayam, seperti sup dan ayam bakar. 

Ketika hendak berpamitan, beberapa ibu memanggil dan menghentikan langkah Ganjar. Ternyata, ibu-ibu itu ingin membawakan Tenongan atau bingkisan berisi makanan untuk Ganjar. Menurut mereka, setiap kudapan dalam tenong itu memiliki makna dan doa untuk yang diberi. 

"Di dalam ini semuanya bermakna. Jajanan manis biar hidupnya manis, kue lapis biar rizkinya berlapis, kue keranjang biar rizkinya masuk ke keranjang," kata ibu-ibu pengurus Rasa Dharma itu. 

Mendengar penjelasan itu, Ganjar pun langsung nyeletuk. "Yang jelas ini membikin kenyang. Inilah cara yang sebenarnya bertoleransi, ternyata bukan hanya Jawa atau Islam, Tionghoa juga ada kenduri, pulang membawa berkat," kata Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG – Kenduri ternyata bukan saja tradisi warga muslim. Bagi warga Tionghoa, kenduri dan memberi bingkisan makanan kepada tamu juga merupakan sebuah tradisi yang terus dirawat. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpendapat, proses akulturasi budaya bisa dilakukan oleh agama apapun sebagai bibit-bibit toleransi. 

Jumat (24/1/2020), Ganjar menghadiri jamuan makan siang yang digelar Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong di Jalan Gang Pinggir Pecinan Semarang. Berbagai olahan daging ayam menjadi menu utama, bersanding dengan tumpeng nasi kuning serta kudapan khas Imlek sebagai pelengkap. 

"Orang Tionghoa juga melakukan kenduren (kenduri). Makan bersama keluarga, tetangga atau teman," kata Harjanto Halim, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis). 

Harjanto mengatakan, hidangan olahan daging ayam tersebut bukan disajikan lantaran Ganjar akan datang. Menurutnya, kelompok sosial yang telah berdiri sejak 1876 itu memiliki tiga pengurus yang adalah pemeluk Islam. Maka, nyaris tidak ada lagi sajian daging babi di meja makan pun di altar gedung perkumpulan yang berbasis di Pecinan Semarang ini. 

Terlebih, sejak 2013, Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma memasang sinchi atau papan nama KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di altar. Sinchi Gus Dur tampak paling besar dibandingkan sinchi leluhur lainnya. 

Untuk menghormati Gus Dur, perkumpulan mengganti sajian daging babi dengan daging kambing. "Sajian daging babi kami ganti dengan daging kambing. Ini bentuk penghormatan kami kepada Gus Dur, satu-satunya muslim yang namanya berada di altar ini," imbuh Harjanto. 

Ganjar tiba di gedung bernama Rasa Dharma itu setelah melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid An Nur Diponegoro, yang menjadi satu-satunya masjid di kawasan Pecinan. Begitu tiba, Ganjar langsung diajak Harjanto Halim untuk menengok altar, sinchi, prasasti doa untuk Gus Dur dan berbagai hidangan yang tersedia di depan altar. 

Setelah berkeliling dan berfoto di dalam gedung Rasa Dharma tersebut, Ganjar lantas dipersilakan santap siang. Meski sempat beralasan sudah kenyang, Ganjar justru dengan lahap makan berbagai hidangan olahan daging ayam, seperti sup dan ayam bakar. 

Ketika hendak berpamitan, beberapa ibu memanggil dan menghentikan langkah Ganjar. Ternyata, ibu-ibu itu ingin membawakan Tenongan atau bingkisan berisi makanan untuk Ganjar. Menurut mereka, setiap kudapan dalam tenong itu memiliki makna dan doa untuk yang diberi. 

"Di dalam ini semuanya bermakna. Jajanan manis biar hidupnya manis, kue lapis biar rizkinya berlapis, kue keranjang biar rizkinya masuk ke keranjang," kata ibu-ibu pengurus Rasa Dharma itu. 

Mendengar penjelasan itu, Ganjar pun langsung nyeletuk. "Yang jelas ini membikin kenyang. Inilah cara yang sebenarnya bertoleransi, ternyata bukan hanya Jawa atau Islam, Tionghoa juga ada kenduri, pulang membawa berkat," kata Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu