Follow Us :              

Ganjar: Penegakan Hukum Belum Penuhi Amanat Reformasi

  26 January 2020  |   12:00:00  |   dibaca : 568 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar: Penegakan Hukum Belum Penuhi Amanat Reformasi

26 January 2020 | 12:00:00 | dibaca : 568
Kategori :
Bagikan :

Foto : Adi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Adi (Humas Jateng)

Padang - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengakui penegakan hukum hari ini belum memenuhi amanat reformasi 1998. Indikasinya, masih banyak protes masyarakat pada proses penegakan hukum. 

Hal itu dikatakan Ganjar ketika menjawab pertanyaan pelajar pada acara Gadjahmada Education Roadshow di Universitas Negeri Padang, Minggu (26/1/2020).

"Belum. Lha wong belum, semua masih protes. Nunggu kamu mungkin kalau lulus," kata Ganjar menjawab pertanyaan dari Charrelle, pelajar SMA Negeri 10 Padang. 

Acara tersebut menghadirkan sejumlah alumni Universitas Gadjahmada yang berprestasi. Hadir pula Walikota Pariaman Genius Umar yang juga lulusan magister UGM.

Charelle dan sekitar 500 pelajar yang menyesaki gedung auditorium awalnya menyimak paparan Ganjar tentang pentingnya pendidikan antikorupsi. Gubernur berambut putih itu menjelaskan beberapa metodenya untuk membuat Jateng membudayakan antikorupsi, di antaranya dengan digitalisasi sistem pengelolaan keuangan, survei pemetaan rawan korupsi dan mitigasi korupsi. 

Tak bisa dilupakan juga pelibatan pelajar dan masyarakat dalam gerakan antikorupsi. Sampai sekarang Jateng adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki Peraturan Gubernur tentang Pendidikan Antikorupsi. 

"Pendidikan antikorupsi ini menggandeng KPK. Ada 367 SMA di Jateng yang terapkan dalam kurikulum," jelas alumni Fakultas Hukum UGM itu. 

Dalam pelaksanaan gerakan antikorupsi, lanjut Ganjar, paling penting adalah peran pemimpin. Gubernur, bupati, walikota harusnya bisa menjadi teladan bagi pejabat di bawahnya untuk menolak gratifikasi dan tidak melakukan korupsi. 

Di tengah penjelasan Ganjar, seorang siswa bernama Rifky Arif menanggapi. "Tapi kalau gubernur bersikap keras melawan korupsi, pasti ada tekanan dari berbagai pihak, bagaimana dengan bapak?" tanyanya. 

Menurut Ganjar, tekanan dalam setiap pekerjaan pasti ada. "Ada, tekanan-tekanan itu saya anggap ujian. Kalau kita bismilah, berintegritas insyaallah tak akan ada takutnya. Nanti ada seninya, apakah menghadapinya frontal, muter dulu atau sambil senyum-senyum," jawab Ganjar yang saat ini juga menjabat Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjahmada (Kagama).


Bagikan :

Padang - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengakui penegakan hukum hari ini belum memenuhi amanat reformasi 1998. Indikasinya, masih banyak protes masyarakat pada proses penegakan hukum. 

Hal itu dikatakan Ganjar ketika menjawab pertanyaan pelajar pada acara Gadjahmada Education Roadshow di Universitas Negeri Padang, Minggu (26/1/2020).

"Belum. Lha wong belum, semua masih protes. Nunggu kamu mungkin kalau lulus," kata Ganjar menjawab pertanyaan dari Charrelle, pelajar SMA Negeri 10 Padang. 

Acara tersebut menghadirkan sejumlah alumni Universitas Gadjahmada yang berprestasi. Hadir pula Walikota Pariaman Genius Umar yang juga lulusan magister UGM.

Charelle dan sekitar 500 pelajar yang menyesaki gedung auditorium awalnya menyimak paparan Ganjar tentang pentingnya pendidikan antikorupsi. Gubernur berambut putih itu menjelaskan beberapa metodenya untuk membuat Jateng membudayakan antikorupsi, di antaranya dengan digitalisasi sistem pengelolaan keuangan, survei pemetaan rawan korupsi dan mitigasi korupsi. 

Tak bisa dilupakan juga pelibatan pelajar dan masyarakat dalam gerakan antikorupsi. Sampai sekarang Jateng adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki Peraturan Gubernur tentang Pendidikan Antikorupsi. 

"Pendidikan antikorupsi ini menggandeng KPK. Ada 367 SMA di Jateng yang terapkan dalam kurikulum," jelas alumni Fakultas Hukum UGM itu. 

Dalam pelaksanaan gerakan antikorupsi, lanjut Ganjar, paling penting adalah peran pemimpin. Gubernur, bupati, walikota harusnya bisa menjadi teladan bagi pejabat di bawahnya untuk menolak gratifikasi dan tidak melakukan korupsi. 

Di tengah penjelasan Ganjar, seorang siswa bernama Rifky Arif menanggapi. "Tapi kalau gubernur bersikap keras melawan korupsi, pasti ada tekanan dari berbagai pihak, bagaimana dengan bapak?" tanyanya. 

Menurut Ganjar, tekanan dalam setiap pekerjaan pasti ada. "Ada, tekanan-tekanan itu saya anggap ujian. Kalau kita bismilah, berintegritas insyaallah tak akan ada takutnya. Nanti ada seninya, apakah menghadapinya frontal, muter dulu atau sambil senyum-senyum," jawab Ganjar yang saat ini juga menjabat Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjahmada (Kagama).


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu