Follow Us :              

Menjaga Kesucian Kebun Kopi Tambi

  29 January 2020  |   10:00:00  |   dibaca : 2956 
Kategori :
Bagikan :


Menjaga Kesucian Kebun Kopi Tambi

29 January 2020 | 10:00:00 | dibaca : 2956
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

WONOSOBO – Sejak 2010, lahan perkebunan kopi Tambi Wonosobo disucikan oleh penduduk setempat. Bukan karena alasan mistis, melainkan untuk menjaga agar kebun kopi seluas 42 hektare ini bebas dari kepentingan pribadi.

Kebun kopi Tambi semula adalah lahan yang gundul total. Pada 2006, kelompok Tani Hutan Argo Mulyo berinisiatif untuk menanam bibit pohon kopi di lahan yang berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu. Tujuannya, selain menghijaukan lahan gundul juga untuk memetik manfaat dari bibit pohon kopi yang ditanam.

Proses penanaman dilakukan secara gotong royong oleh para petani. Para petani dibagi dalam 6 kelompok berisi 10 orang. Bersama, mereka menanam setiap hektare lahan dengan 1.600 bibit pohon kopi. 

"Seluruh petani di sini gotong royong menanami kopi seluruh lahan itu," kata Romadhon, Ketua Kelompok Tani Argo Mulyo, Rabu (29/1/2020).

Berkat kerja keras para petani, lahan gundul telah bermetamorfosis menjadi kebun kopi yang rimbun dan sejuk. Kebun kopi yang berada di ketinggian yang sama dengan kebun kopi Malabar ini menghasilkan tiga varian kopi andalan, yakni kopi luwak, wine dan full wash. Setiap musim panen tiba, hasil panen kopi mencapai 12 ton sekali panen. 

Hasil panenan tidak diolah sendiri. Para petani bekerja sama dengan roastery untuk mengolah biji kopi. Kopi yang telah diolah di roastery selanjutnya dipasarkan oleh para pemuda setempat dengan cara membuka kedai kopi maupun dijual di toko online. 

"Semua keuntungan untuk warga. Tidak ada yang memonopoli dan semuanya saling mengetahui prosesnya. Perkebunan kopi itu sudah jadi wilayah suci, jadi kami tidak ingin mengotorinya dengan saling tipu maupun mengeruk untung sendiri," katanya. 

Petani lainnya, Murtadho, mengatakan setelah memetik manfaat dari pohon kopi, masyarakat rela melakukan apapun untuk menjaga gunung tetap lestari. 

"Masyarakat di sini sangat bergantung pada gunung. Selain kopi juga ada teh dan sayuran. Untuk kopi memang kami harus memberikan perawatan lebih banyak karena hasilnya pun juga lebih. Satu kali panen saya bisa mendapat omzet Rp 20 juta," tutur Murtadho. 

Bayu, seorang pemuda setempat mengatakan, kopi Tambi telah mengantongi skor 8,6 dari para pencicip kopi. Skor yang terbilang tinggi ini menandakan kopi Tambi tak kalah kualitasnya dari kopi daerah lain di Tanah Air. Kopi Tambi kini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Nusantara, misalnya Semarang, Yogyakarta, Batam, bahkan Eropa.

Executive Chef Hotel Dafam Andi Darmawan mengatakan kopi Tambi memiliki karakteristik lembut dan beraroma buah (fruity). Keunikan rasa kopi Tambi inilah yang memikat pengelola Hotel Dafam untuk menjadikan kopi Tambi sebagai sajian kopi andalan di resto Hotel Dafam.

"Kopi Tambi cocok diminum setelah sarapan. Untuk yang jenis specialty rasanya lebih kenceng dan lebih jos," kata Andi.


Bagikan :

WONOSOBO – Sejak 2010, lahan perkebunan kopi Tambi Wonosobo disucikan oleh penduduk setempat. Bukan karena alasan mistis, melainkan untuk menjaga agar kebun kopi seluas 42 hektare ini bebas dari kepentingan pribadi.

Kebun kopi Tambi semula adalah lahan yang gundul total. Pada 2006, kelompok Tani Hutan Argo Mulyo berinisiatif untuk menanam bibit pohon kopi di lahan yang berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu. Tujuannya, selain menghijaukan lahan gundul juga untuk memetik manfaat dari bibit pohon kopi yang ditanam.

Proses penanaman dilakukan secara gotong royong oleh para petani. Para petani dibagi dalam 6 kelompok berisi 10 orang. Bersama, mereka menanam setiap hektare lahan dengan 1.600 bibit pohon kopi. 

"Seluruh petani di sini gotong royong menanami kopi seluruh lahan itu," kata Romadhon, Ketua Kelompok Tani Argo Mulyo, Rabu (29/1/2020).

Berkat kerja keras para petani, lahan gundul telah bermetamorfosis menjadi kebun kopi yang rimbun dan sejuk. Kebun kopi yang berada di ketinggian yang sama dengan kebun kopi Malabar ini menghasilkan tiga varian kopi andalan, yakni kopi luwak, wine dan full wash. Setiap musim panen tiba, hasil panen kopi mencapai 12 ton sekali panen. 

Hasil panenan tidak diolah sendiri. Para petani bekerja sama dengan roastery untuk mengolah biji kopi. Kopi yang telah diolah di roastery selanjutnya dipasarkan oleh para pemuda setempat dengan cara membuka kedai kopi maupun dijual di toko online. 

"Semua keuntungan untuk warga. Tidak ada yang memonopoli dan semuanya saling mengetahui prosesnya. Perkebunan kopi itu sudah jadi wilayah suci, jadi kami tidak ingin mengotorinya dengan saling tipu maupun mengeruk untung sendiri," katanya. 

Petani lainnya, Murtadho, mengatakan setelah memetik manfaat dari pohon kopi, masyarakat rela melakukan apapun untuk menjaga gunung tetap lestari. 

"Masyarakat di sini sangat bergantung pada gunung. Selain kopi juga ada teh dan sayuran. Untuk kopi memang kami harus memberikan perawatan lebih banyak karena hasilnya pun juga lebih. Satu kali panen saya bisa mendapat omzet Rp 20 juta," tutur Murtadho. 

Bayu, seorang pemuda setempat mengatakan, kopi Tambi telah mengantongi skor 8,6 dari para pencicip kopi. Skor yang terbilang tinggi ini menandakan kopi Tambi tak kalah kualitasnya dari kopi daerah lain di Tanah Air. Kopi Tambi kini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Nusantara, misalnya Semarang, Yogyakarta, Batam, bahkan Eropa.

Executive Chef Hotel Dafam Andi Darmawan mengatakan kopi Tambi memiliki karakteristik lembut dan beraroma buah (fruity). Keunikan rasa kopi Tambi inilah yang memikat pengelola Hotel Dafam untuk menjadikan kopi Tambi sebagai sajian kopi andalan di resto Hotel Dafam.

"Kopi Tambi cocok diminum setelah sarapan. Untuk yang jenis specialty rasanya lebih kenceng dan lebih jos," kata Andi.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu