Follow Us :              

Karpet Merah untuk Petani Kopi Jawa Tengah

  29 January 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 4355 
Kategori :
Bagikan :


Karpet Merah untuk Petani Kopi Jawa Tengah

29 January 2020 | 13:00:00 | dibaca : 4355
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG – Pada 2019, tercatat produksi kopi di Jawa Tengah mencapai 22,3 ribu ton. Sebanyak 15.139 ton dihasilkan dari perkebunan rakyat. Di era di mana minum kopi menjadi sebuah tren, Pemerintah Provinsi Jateng berupaya menciptakan akselerasi program agar petani kopi di Jawa Tengah turut merasakan manfaat dari tren tersebut.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan perkebunan kopi di Jawa Tengah seluas 32.397,47 hektare dengan hasil produksi kopi sebanyak 1.861,87 ton Arabica dan 20.538,07 ton Robusta. Dari hasil panen tersebut, sekitar 70 persennya merupakan sumbangsih dari petani perkebunan rakyat. 

"Dengan tren yang sedang marak sekarang ini, sudah saatnya kesejahteraan dirasakan petani kopi. Karena produksi kopi bergantung pada mereka, jangan sampai saat pasar kopi sedang melambung seperti ini mereka justru ditinggalkan," kata Suryo, Kamis (29/1/2020).

Apa yang dikatakan Suryo cukup beralasan, saat ini kedai kopi telah menjamur di manapun, sehingga meningkatkan total konsumsi domestik. Secara skala nasional, serapan kopi dalam negeri tahun 2019 mencapai 335.540 ton dari total produksi 720.000 ton. Padahal di 2021, lanjut Suryo, konsumsi domestik kopi Indonesia diperkirakan naik lagi menjadi 370.000 ton. 

Bahkan, berdasarkan riset independen Toffin, jumlah kedai kopi berjejaring di Indonesia hingga Agutus 2019 mencapai lebih dari 2.950 gerai, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan pada 2016, yang hanya 1.000 gerai. Di mana market value yang dihasilkan mencapai Rp 4,8 triliun market.

"Kalau yang ritel-ritel modern seperti itu kan pemainnya sudah banyak dan mapan. Maka kita membukakan jalan kepada petani kopi kita untuk masuk ke pasar lain yang tidak kalah besarnya. Namun yang kita ambil pasar Jawa Tengah dulu," ujar Suryo. 

Suryo menargetkan kopi petani jadi menu minuman utama di perhotelan di Jawa Tengah. Baik saat breakfast maupun sajian di kamar dan di cafe. Proses itu telah berjalan di beberapa hotel ternama, seperti seluruh hotel Dafam Grup di Jateng, Hotel Syariah Solo, Aston dan beberapa hotel lain telah teken kontrak langsung dengan petani kopi. 

"Kami yang menjamin kualitasnya. Dan kami jamin kontrak itu tidak melalui calo, clear antara petani dengan managemen hotel," tanda Suryo. 

Jaminan kualitas tersebut diberikan Suryo karena dinas yang dia pimpin telah membuat standarisasi kopi yang bakal dipasarkan. Setidaknya ada 20 Gapoktan (gabungan kelompok tani) yang membawahi ribuan petani kopi dari berbagai wilayah di Jateng yang dibina oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan. Seluruh Gapoktan tersebut mengeluarkan produk kopi robusta dengan kualitas setara, dan diberi label Kopi Jateng.

"Beberapa waktu lalu Pak Gubernur memerintahkan agar kopi petani kita bisa masuk ke cafe dan hotel. Maka kita langsung tancap gas upgrading SDM petani kopi dan menggandeng pemuda-pemuda setempat untuk melaksanakan perintah itu. Ini berjalan belum satu tahun tapi hasilnya sudah menggembirakan, walaupun begitu kami belum puas," kata Suryo. 

Kelompok Tani Argo Mulyo Tambi Wonosobo satu dari sekian kelompok tani Jateng yang telah meneken kontrak kerjasama dengan perhotelan. Kontrak pertama diteken untuk tiga bulan. Romadhon, Ketua kelompok tersebut mengatakan setiap bulan dia mengirim 20 kilogram kopi ke Dafam Hotel Wonosobo. 

"Jumlah itu kemungkinan besar akan meningkat pada bulan ke empat dan selanjutnya. Tinggal melihat respon customer nanti. Tapi langkah Pemprov Jateng ini sangat membantu petani," kata Romadhon.

Gayung bersambut. Gerakan yang dilakukan Pemprov Jateng tersebut langsung direspon positif oleh Pemerintah Kabupaten/kota yang memiliki komoditas kopi. Bahkan di Kabupaten Temanggung setiap Jumat telah ditetapkan sebagai ‘Hari Minum Kopi’ bagi masyarakat yang tinggal di Kota Tembakau. Imbauan itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Bupati bernomer 500/513/IX/2019 tentang Hari Minum Kopi.

"Ini salah satu upaya mempromosikan kopi Temanggung. Meningkatkan kualitas kopi Temanggung, sekaligus tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkopian baik petani, perajin maupun pedagang kopi Temanggung," kata Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq.


Bagikan :

SEMARANG – Pada 2019, tercatat produksi kopi di Jawa Tengah mencapai 22,3 ribu ton. Sebanyak 15.139 ton dihasilkan dari perkebunan rakyat. Di era di mana minum kopi menjadi sebuah tren, Pemerintah Provinsi Jateng berupaya menciptakan akselerasi program agar petani kopi di Jawa Tengah turut merasakan manfaat dari tren tersebut.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan perkebunan kopi di Jawa Tengah seluas 32.397,47 hektare dengan hasil produksi kopi sebanyak 1.861,87 ton Arabica dan 20.538,07 ton Robusta. Dari hasil panen tersebut, sekitar 70 persennya merupakan sumbangsih dari petani perkebunan rakyat. 

"Dengan tren yang sedang marak sekarang ini, sudah saatnya kesejahteraan dirasakan petani kopi. Karena produksi kopi bergantung pada mereka, jangan sampai saat pasar kopi sedang melambung seperti ini mereka justru ditinggalkan," kata Suryo, Kamis (29/1/2020).

Apa yang dikatakan Suryo cukup beralasan, saat ini kedai kopi telah menjamur di manapun, sehingga meningkatkan total konsumsi domestik. Secara skala nasional, serapan kopi dalam negeri tahun 2019 mencapai 335.540 ton dari total produksi 720.000 ton. Padahal di 2021, lanjut Suryo, konsumsi domestik kopi Indonesia diperkirakan naik lagi menjadi 370.000 ton. 

Bahkan, berdasarkan riset independen Toffin, jumlah kedai kopi berjejaring di Indonesia hingga Agutus 2019 mencapai lebih dari 2.950 gerai, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan pada 2016, yang hanya 1.000 gerai. Di mana market value yang dihasilkan mencapai Rp 4,8 triliun market.

"Kalau yang ritel-ritel modern seperti itu kan pemainnya sudah banyak dan mapan. Maka kita membukakan jalan kepada petani kopi kita untuk masuk ke pasar lain yang tidak kalah besarnya. Namun yang kita ambil pasar Jawa Tengah dulu," ujar Suryo. 

Suryo menargetkan kopi petani jadi menu minuman utama di perhotelan di Jawa Tengah. Baik saat breakfast maupun sajian di kamar dan di cafe. Proses itu telah berjalan di beberapa hotel ternama, seperti seluruh hotel Dafam Grup di Jateng, Hotel Syariah Solo, Aston dan beberapa hotel lain telah teken kontrak langsung dengan petani kopi. 

"Kami yang menjamin kualitasnya. Dan kami jamin kontrak itu tidak melalui calo, clear antara petani dengan managemen hotel," tanda Suryo. 

Jaminan kualitas tersebut diberikan Suryo karena dinas yang dia pimpin telah membuat standarisasi kopi yang bakal dipasarkan. Setidaknya ada 20 Gapoktan (gabungan kelompok tani) yang membawahi ribuan petani kopi dari berbagai wilayah di Jateng yang dibina oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan. Seluruh Gapoktan tersebut mengeluarkan produk kopi robusta dengan kualitas setara, dan diberi label Kopi Jateng.

"Beberapa waktu lalu Pak Gubernur memerintahkan agar kopi petani kita bisa masuk ke cafe dan hotel. Maka kita langsung tancap gas upgrading SDM petani kopi dan menggandeng pemuda-pemuda setempat untuk melaksanakan perintah itu. Ini berjalan belum satu tahun tapi hasilnya sudah menggembirakan, walaupun begitu kami belum puas," kata Suryo. 

Kelompok Tani Argo Mulyo Tambi Wonosobo satu dari sekian kelompok tani Jateng yang telah meneken kontrak kerjasama dengan perhotelan. Kontrak pertama diteken untuk tiga bulan. Romadhon, Ketua kelompok tersebut mengatakan setiap bulan dia mengirim 20 kilogram kopi ke Dafam Hotel Wonosobo. 

"Jumlah itu kemungkinan besar akan meningkat pada bulan ke empat dan selanjutnya. Tinggal melihat respon customer nanti. Tapi langkah Pemprov Jateng ini sangat membantu petani," kata Romadhon.

Gayung bersambut. Gerakan yang dilakukan Pemprov Jateng tersebut langsung direspon positif oleh Pemerintah Kabupaten/kota yang memiliki komoditas kopi. Bahkan di Kabupaten Temanggung setiap Jumat telah ditetapkan sebagai ‘Hari Minum Kopi’ bagi masyarakat yang tinggal di Kota Tembakau. Imbauan itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Bupati bernomer 500/513/IX/2019 tentang Hari Minum Kopi.

"Ini salah satu upaya mempromosikan kopi Temanggung. Meningkatkan kualitas kopi Temanggung, sekaligus tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkopian baik petani, perajin maupun pedagang kopi Temanggung," kata Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu