Follow Us :              

Bola dari Ganjar Luluhkan Hati Bocah dengan Down Syndrome

  27 February 2020  |   12:30:00  |   dibaca : 1314 
Kategori :
Bagikan :


Bola dari Ganjar Luluhkan Hati Bocah dengan Down Syndrome

27 February 2020 | 12:30:00 | dibaca : 1314
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Meski usianya sudah 12 tahun, namun tingkah Dimas Adi Saputra masih seperti anak-anak. Didampingi ibunya, Detty Supriastuti, Dimas malu-malu saat bertemu orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Dimas merupakan salah satu anak pengidap down syndrome di Jawa Tengah. Ia datang bersama ibunya yang menjadi ketua Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Jateng dan beberapa pengurus POTADS lainnya untuk beraudiensi dengan Ganjar.

Awalnya, Dimas hanya ngelendot di kaki ibunya dan tidak mau duduk sendiri. Namun bukan Ganjar namanya jika tidak mampu merayu anak-anak. Ia pun langsung mendatangi Dimas dan memintanya duduk di sampingnya.

Ganjar kemudian membisiki stafnya untuk mengambilkan bola dan mainan tradisional. Setelah diberikan, Dimas nampak sumringah dan langsung akrab dengan Ganjar.

"Kamu suka bola tidak, wah ternyata suka. Ayo tos dulu," kata Ganjar disambut senyum Dimas yang dengan santainya duduk bersila di atas kursi.

Dimas pun mulai berani menatap Ganjar dan tersenyum. Bahkan, ia langsung berani bercerita hal-hal yang dialaminya. Dengan bahasa terbata, Dimas menceritakan pengalamannya potong rambut dan menangis. Alasannya, potongannya tidak sesuai yang diharapkan.

"Oh potong rambut, bagus ya. Kenapa menangis, kalau salah kan dibetulkan bisa. Kamu hebat lho," puji Ganjar.

Keseruan-keseruan lainnya terjadi saat Dimas diminta ibundanya memberikan syal kepada Ganjar. Bukannya dipakaikan kepada orang nomor satu di Jateng itu, Dimas justru mengenakannya sendiri.

Ganjar pun mengajak Dimas dan para pengurus POTADS untuk ngevlog. Lewat media itu, Ganjar memberikan semangat kepada orang tua yang memiliki anak dengan down syndrome.

"Mereka anak-anak hebat yang harus terus didampingi," katanya.

*Sampaikan Masukan*

POTADS merupakan sebuah yayasan yang berpusat di Jakarta. POTADS Jawa Tengah merupakan cabang kesepuluh dan kini beranggotakan beranggotakan 250 orang tua yang memiliki anak down syndrome. 

Dengan banyaknya anggota POTADS di Jawa Tengah, mereka meminta Pemprov Jawa Tengah memberikan perhatian khusus kepada anak dengan down syndrome khususnya di sektor pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja.

"Tiga hal itu sangat kami butuhkan. Kami berharap pemerintah dapat memenuhi usulan kami itu agar kami mendapat kemudahan," ucap Humas POTADS Jateng, Margaritifera Listyakusumadewi.

Dirinya menerangkan, di bidang kesehatan misalnya, selama ini anggotanya merasa kesulitan saat harus periksa ke rumah sakit. Karena banyak yang menggunakan BPJS, mereka harus mengantre lama.

Di bidang pendidikan, selama ini banyak anak dengan down syndrome tidak dapat bersekolah di sekolah umum. Untuk itu, dirinya minta agar pemerintah mengupayakan ketersediaan sekolah inklusi lengkap dengan pendamping dan sarana prasarananya.

"Soal lapangan pekerjaan, sebenarnya anak-anak kami bisa dilatih untuk melakukan pekerjaan ringan. Selama ini, kami kesulitan mendapatkan akses itu. Itu yang kami harap dari pemerintah agar memenuhinya," pungkas Margaritifera.

Ganjar menegaskan bahwa pembangunan di Jawa Tengah berkonsep menyeluruh. Tidak boleh ada pihak yang tidak diakomodir dalam pembangunan itu.

"Konsep No One Left Behind selalu kami terapkan. Untuk itu kami selalu membuka diri menerima usulan dari berbagai pihak, agar kebijakan yang kami ambil tidak salah," ucap Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG - Meski usianya sudah 12 tahun, namun tingkah Dimas Adi Saputra masih seperti anak-anak. Didampingi ibunya, Detty Supriastuti, Dimas malu-malu saat bertemu orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Dimas merupakan salah satu anak pengidap down syndrome di Jawa Tengah. Ia datang bersama ibunya yang menjadi ketua Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Jateng dan beberapa pengurus POTADS lainnya untuk beraudiensi dengan Ganjar.

Awalnya, Dimas hanya ngelendot di kaki ibunya dan tidak mau duduk sendiri. Namun bukan Ganjar namanya jika tidak mampu merayu anak-anak. Ia pun langsung mendatangi Dimas dan memintanya duduk di sampingnya.

Ganjar kemudian membisiki stafnya untuk mengambilkan bola dan mainan tradisional. Setelah diberikan, Dimas nampak sumringah dan langsung akrab dengan Ganjar.

"Kamu suka bola tidak, wah ternyata suka. Ayo tos dulu," kata Ganjar disambut senyum Dimas yang dengan santainya duduk bersila di atas kursi.

Dimas pun mulai berani menatap Ganjar dan tersenyum. Bahkan, ia langsung berani bercerita hal-hal yang dialaminya. Dengan bahasa terbata, Dimas menceritakan pengalamannya potong rambut dan menangis. Alasannya, potongannya tidak sesuai yang diharapkan.

"Oh potong rambut, bagus ya. Kenapa menangis, kalau salah kan dibetulkan bisa. Kamu hebat lho," puji Ganjar.

Keseruan-keseruan lainnya terjadi saat Dimas diminta ibundanya memberikan syal kepada Ganjar. Bukannya dipakaikan kepada orang nomor satu di Jateng itu, Dimas justru mengenakannya sendiri.

Ganjar pun mengajak Dimas dan para pengurus POTADS untuk ngevlog. Lewat media itu, Ganjar memberikan semangat kepada orang tua yang memiliki anak dengan down syndrome.

"Mereka anak-anak hebat yang harus terus didampingi," katanya.

*Sampaikan Masukan*

POTADS merupakan sebuah yayasan yang berpusat di Jakarta. POTADS Jawa Tengah merupakan cabang kesepuluh dan kini beranggotakan beranggotakan 250 orang tua yang memiliki anak down syndrome. 

Dengan banyaknya anggota POTADS di Jawa Tengah, mereka meminta Pemprov Jawa Tengah memberikan perhatian khusus kepada anak dengan down syndrome khususnya di sektor pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja.

"Tiga hal itu sangat kami butuhkan. Kami berharap pemerintah dapat memenuhi usulan kami itu agar kami mendapat kemudahan," ucap Humas POTADS Jateng, Margaritifera Listyakusumadewi.

Dirinya menerangkan, di bidang kesehatan misalnya, selama ini anggotanya merasa kesulitan saat harus periksa ke rumah sakit. Karena banyak yang menggunakan BPJS, mereka harus mengantre lama.

Di bidang pendidikan, selama ini banyak anak dengan down syndrome tidak dapat bersekolah di sekolah umum. Untuk itu, dirinya minta agar pemerintah mengupayakan ketersediaan sekolah inklusi lengkap dengan pendamping dan sarana prasarananya.

"Soal lapangan pekerjaan, sebenarnya anak-anak kami bisa dilatih untuk melakukan pekerjaan ringan. Selama ini, kami kesulitan mendapatkan akses itu. Itu yang kami harap dari pemerintah agar memenuhinya," pungkas Margaritifera.

Ganjar menegaskan bahwa pembangunan di Jawa Tengah berkonsep menyeluruh. Tidak boleh ada pihak yang tidak diakomodir dalam pembangunan itu.

"Konsep No One Left Behind selalu kami terapkan. Untuk itu kami selalu membuka diri menerima usulan dari berbagai pihak, agar kebijakan yang kami ambil tidak salah," ucap Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu