Follow Us :              

Bantu Deradikalisasi, Eks Anggota ISIS Beri Ganjar Buku 300 Hari Di Suriah

  09 March 2020  |   08:30:00  |   dibaca : 1151 
Kategori :
Bagikan :


Bantu Deradikalisasi, Eks Anggota ISIS Beri Ganjar Buku 300 Hari Di Suriah

09 March 2020 | 08:30:00 | dibaca : 1151
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Buku berjudul 300 Hari di Bumi Syam; Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS selalu dipegang Febri Ramdani saat tiba di kediaman Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Senin (9/3/2020). Datang jauh-jauh dari Jakarta, Febri hanya ingin memberikan buku yang tidak lain berisi kisah perjalanannya ketika menjadi anggota ISIS di Suriah, 2016 silam.

Kepada Ganjar, Febri menerangkan bahwa ia berangkat ke Suriah untuk menyusul keluarga besarnya. Di sana, ia menyaksikan bagaimana kengerian yang terjadi akibat perang saudara.

"Saya lihat negara itu hancur. Suara bom bisa terdengar ratusan kali dalam sehari. Saya juga pernah ditangkap dan ditahan selama satu bulan oleh salah satu faksi di sana," ucapnya.

Keputusan Febri untuk berangkat ke Suriah karena ingin menyusul keluarganya. Sebelum ia berangkat, keluarga besarnya sudah lebih dulu terpengaruh propaganda ISIS dan berangkat ke Suriah.

"Selama lima bulan saya mencari keluarga di sana. Saat ketemu, ada beberapa saudara saya yang sudah meninggal karena dipaksa berperang," tambahnya.

Apa yang dilihat Febri di Suriah ternyata jauh dari propaganda yang ditawarkan ISIS. Saat propaganda berlangsung, ISIS memberikan janji bahwa semua yang mau hijrah ke daerah itu akan mendapat fasilitas termasuk gaji, tunjangan dan lainnya.

"Namun faktanya itu tidak ada sama sekali. Kami dipaksa mengikuti kegiatan militer dan berperang, sementara yang perempuan dipaksa menikah. Semuanya berbalik 180 derajat," tegasnya.

Kondisi itulah yang membuat Febri sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha kabur dan berhasil pulang ke Indonesia.

"Saya catat semua pengalaman saya itu dalam buku ini, agar saya bisa sharing pengalaman dan mengedukasi kepada masyarakat, bahwa propaganda ISIS itu semuanya tidak benar," tegasnya.

Febri melihat bahwa Ganjar selama ini sangat konsen terhadap upaya deradikalisasi. Upaya-upaya pencegahan paham radikal sangat kuat dilakukan di Jawa Tengah.

Untuk itu, dirinya ingin berbagi pengalaman dan memberikan buku tersebut kepada Ganjar. Tujuannya agar upaya deradikalisasi yang dilakukan Ganjar dapat lebih efektif.

"Saya harap buku ini bisa membuat upaya deradikalisasi yang dilakukan Pak Ganjar bisa lebih mengena. Karena sebenarnya, faktor utama orang berangkat ke Suriah itu tidak semata ingin berperang, namun ada faktor ekonomi, politik dan lainnya," pungkasnya.

Tak hanya sendiri, dalam kesempatan itu Febri didampingi dua eks narapidana terorisme di Jawa Tengah, Nur alias Hariyanto dan Badawi Rahman alias Yusril. Keduanya adalah mantan narapindana kasus terorisme yang telah menjalani hukuman di Nusakambangan.

Nur merupakan warga Semarang yang dipenjara karena kasus Poso. Adapun Badawi adalah pembuat senjata untuk para teroris di Indonesia.

Kepada Ganjar, kedua eks Napiter itu juga membagikan pengalamannya bisa bergabung dengan kelompok radikal. Keduanya mengatakan bahwa terpikat dengan propaganda yang dilakukan melalui kajian-kajian di masjid oleh kelompok-kelompok itu.

"Mereka sering menggelar pengajian di masjid, kemudian semakin intim menyambangi rumah untuk menanamkan paham radikal. Ini yang harus diwaspadai, karena mereka sangat terorganisir," jelas Badawi.

Ganjar mengaku sangat senang mendapat kunjungan tamu-tamunya itu. Pengalaman yang diberikan sangat berguna sebagai benteng untuk mencegah masyarakat terlibat dalam gerakan radikalisme.

"Saya memang butuh banyak cerita, pengalaman dari orang-orang yang pernah terlibat. Dari cerita dan pengalaman itu, saya bisa mengerti metode yang mereka gunakan, cara mempengaruhi hingga apa yang harus dilakukan untuk menangkal," kata Ganjar.

Selama ini lanjut dia, dirinya memang selalu menggandeng para kombatan yang pernah terlibat gerakan radikalisme untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan begitu menurutnya, masyarakat dapat paham bahwa apa yang dilakukan itu adalah salah.

"Saya memang ingin teman-teman ini membantu kami dalam upaya deradikalisasi. Sampaikan pada masyarakat, bahwa apa yang pernah dilakukan itu salah, dan masyarakat diberikan warning bagaimana paham-paham ini masuk dalam kehidupan mereka sehari-hari," tutup Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG - Buku berjudul 300 Hari di Bumi Syam; Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS selalu dipegang Febri Ramdani saat tiba di kediaman Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Senin (9/3/2020). Datang jauh-jauh dari Jakarta, Febri hanya ingin memberikan buku yang tidak lain berisi kisah perjalanannya ketika menjadi anggota ISIS di Suriah, 2016 silam.

Kepada Ganjar, Febri menerangkan bahwa ia berangkat ke Suriah untuk menyusul keluarga besarnya. Di sana, ia menyaksikan bagaimana kengerian yang terjadi akibat perang saudara.

"Saya lihat negara itu hancur. Suara bom bisa terdengar ratusan kali dalam sehari. Saya juga pernah ditangkap dan ditahan selama satu bulan oleh salah satu faksi di sana," ucapnya.

Keputusan Febri untuk berangkat ke Suriah karena ingin menyusul keluarganya. Sebelum ia berangkat, keluarga besarnya sudah lebih dulu terpengaruh propaganda ISIS dan berangkat ke Suriah.

"Selama lima bulan saya mencari keluarga di sana. Saat ketemu, ada beberapa saudara saya yang sudah meninggal karena dipaksa berperang," tambahnya.

Apa yang dilihat Febri di Suriah ternyata jauh dari propaganda yang ditawarkan ISIS. Saat propaganda berlangsung, ISIS memberikan janji bahwa semua yang mau hijrah ke daerah itu akan mendapat fasilitas termasuk gaji, tunjangan dan lainnya.

"Namun faktanya itu tidak ada sama sekali. Kami dipaksa mengikuti kegiatan militer dan berperang, sementara yang perempuan dipaksa menikah. Semuanya berbalik 180 derajat," tegasnya.

Kondisi itulah yang membuat Febri sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha kabur dan berhasil pulang ke Indonesia.

"Saya catat semua pengalaman saya itu dalam buku ini, agar saya bisa sharing pengalaman dan mengedukasi kepada masyarakat, bahwa propaganda ISIS itu semuanya tidak benar," tegasnya.

Febri melihat bahwa Ganjar selama ini sangat konsen terhadap upaya deradikalisasi. Upaya-upaya pencegahan paham radikal sangat kuat dilakukan di Jawa Tengah.

Untuk itu, dirinya ingin berbagi pengalaman dan memberikan buku tersebut kepada Ganjar. Tujuannya agar upaya deradikalisasi yang dilakukan Ganjar dapat lebih efektif.

"Saya harap buku ini bisa membuat upaya deradikalisasi yang dilakukan Pak Ganjar bisa lebih mengena. Karena sebenarnya, faktor utama orang berangkat ke Suriah itu tidak semata ingin berperang, namun ada faktor ekonomi, politik dan lainnya," pungkasnya.

Tak hanya sendiri, dalam kesempatan itu Febri didampingi dua eks narapidana terorisme di Jawa Tengah, Nur alias Hariyanto dan Badawi Rahman alias Yusril. Keduanya adalah mantan narapindana kasus terorisme yang telah menjalani hukuman di Nusakambangan.

Nur merupakan warga Semarang yang dipenjara karena kasus Poso. Adapun Badawi adalah pembuat senjata untuk para teroris di Indonesia.

Kepada Ganjar, kedua eks Napiter itu juga membagikan pengalamannya bisa bergabung dengan kelompok radikal. Keduanya mengatakan bahwa terpikat dengan propaganda yang dilakukan melalui kajian-kajian di masjid oleh kelompok-kelompok itu.

"Mereka sering menggelar pengajian di masjid, kemudian semakin intim menyambangi rumah untuk menanamkan paham radikal. Ini yang harus diwaspadai, karena mereka sangat terorganisir," jelas Badawi.

Ganjar mengaku sangat senang mendapat kunjungan tamu-tamunya itu. Pengalaman yang diberikan sangat berguna sebagai benteng untuk mencegah masyarakat terlibat dalam gerakan radikalisme.

"Saya memang butuh banyak cerita, pengalaman dari orang-orang yang pernah terlibat. Dari cerita dan pengalaman itu, saya bisa mengerti metode yang mereka gunakan, cara mempengaruhi hingga apa yang harus dilakukan untuk menangkal," kata Ganjar.

Selama ini lanjut dia, dirinya memang selalu menggandeng para kombatan yang pernah terlibat gerakan radikalisme untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan begitu menurutnya, masyarakat dapat paham bahwa apa yang dilakukan itu adalah salah.

"Saya memang ingin teman-teman ini membantu kami dalam upaya deradikalisasi. Sampaikan pada masyarakat, bahwa apa yang pernah dilakukan itu salah, dan masyarakat diberikan warning bagaimana paham-paham ini masuk dalam kehidupan mereka sehari-hari," tutup Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu