Follow Us :              

Kasus Positif Covid-19 Nihil, Ganjar Minta Kota Tegal Tak Longgarkan PSBB

  07 May 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 842 
Kategori :
Bagikan :


Kasus Positif Covid-19 Nihil, Ganjar Minta Kota Tegal Tak Longgarkan PSBB

07 May 2020 | 13:00:00 | dibaca : 842
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

TEGAL - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Pemerintah Kota Tegal tidak terburu-buru merelaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di wilayahnya. 

Meskipun PSBB di Kota Tegal efektif mencegah persebaran kasus covid-19, namun kota ini berada di antara Kabupaten Tegal, Brebes, dan Pemalang, yang merupakan zona merah baru di Jawa Tengah. 

Untuk itu, Ganjar menginstruksikan Pemkot Tegal untuk memberlakukan protokol kesehatan misalnya mengatur jarak, mewajibkan penggunaan masker, dan memberlakukan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. 

"Saya ingatkan, Kota Tegal ini kiri kanannya dekat dengan daerah yang masih merah seperti Brebes, Kabupaten Tegal dan Pemalang. Dikhawatirkan ada interaksi antara masyarakat, sehingga ini harus dijaga dengan baik. Saya minta pada warga Tegal, tolong kalau tidak penting jangan keluar rumah, kalau terpaksa harus pakai masker dan tetap jaga jarak," kata Ganjar seusai bertemu dengan Wakil Wali Kota Tegal, M Jumadi, Kamis (7/5/2020). 

Ganjar pun mengapresiasi capaian dari penerapan PSBB di Kota Tegal, yang berhasil membuat kota ini terbebas dari covid-19. Ia berharap, capaian itu tidak membuat Pemkot Tegal dan masyarakat berpuas diri, mengingat pandemi covid-19 belum berlalu. 

"Hari ini Kota Tegal yang positif covid nol, jadi sebenarnya Kota Tegal bisa disebut kembali hijau. Memang awalnya banyak orang protes dan marah-marah, tapi sekarang kita mendapat hasil yang bagus. Tidak mudah untuk mempertahankan ini, butuh disiplin dan bantuan masyarakat untuk bersama-sama sadar pentingnya melaksanakan aturan," katanya. 

Jumadi mengatakan, di awal penerapan PSBB banyak masyarakat yang protes dan masih melanggar protokol kesehatan. Setelah berjalan beberapa minggu, masyarakat mulai terbiasa dan hidup lebih disiplin. 

"Awalnya pelanggaran masyarakat baik yang tidak pakai masker, berkerumun dan lainnya masih tinggi. Namun di minggu kedua PSBB, jumlahnya terus menurun dan masyarakat semakin tertib. Saat ini Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP), grafiknya juga terus melandai," kata Jumadi.

Meski demikian, Jumadi tak menampik bahwa pihaknya masih menemui kendala lantaran banyaknya pemudik yang datang dari zona merah. Selain itu, aktivitas keagamaan di beberapa rumah ibadah masih terus berjalan. 

"Kami akan terus berupaya agar penerapan PSBB ini bisa optimal," imbuh Jumadi. 

*Klaster Gowa*

Ganjar juga meminta kepada Pemkot Tegal membentuk tim khusus untuk mencari peserta ijtima ulama Gowa. Ini untuk mencegah munculnya wabah yang lebih luas dari klaster Gowa, seperti terjadi di Brebes, Wonosobo, Banjarnegara, dan Purbalingga. 

"Saya minta dibuat tim khusus untuk mencari mereka-mereka yang kemarin mengikuti ijtima ulama di Gowa. Cari mereka ada di mana saja, karena sampai saat ini masih banyak yang belum melapor," katanya.

Dia juga meminta bantuan masyarakat untuk melaporkan diri jika pernah mengikuti acara tersebut. 

"Ini kan membingungkan, piye ya kalau kaya gini mau selesai sampai kapan? Tolong teman-teman dari Gowa untuk melapor. Jangan takut, tidak akan kami marahi, justru akan kami bantu treatment agar kalau positif tidak menulari keluarga atau lainnya. Dengan melapor saja, itu sudah sangat membantu kami," pungkasnya.


Bagikan :

TEGAL - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Pemerintah Kota Tegal tidak terburu-buru merelaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di wilayahnya. 

Meskipun PSBB di Kota Tegal efektif mencegah persebaran kasus covid-19, namun kota ini berada di antara Kabupaten Tegal, Brebes, dan Pemalang, yang merupakan zona merah baru di Jawa Tengah. 

Untuk itu, Ganjar menginstruksikan Pemkot Tegal untuk memberlakukan protokol kesehatan misalnya mengatur jarak, mewajibkan penggunaan masker, dan memberlakukan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. 

"Saya ingatkan, Kota Tegal ini kiri kanannya dekat dengan daerah yang masih merah seperti Brebes, Kabupaten Tegal dan Pemalang. Dikhawatirkan ada interaksi antara masyarakat, sehingga ini harus dijaga dengan baik. Saya minta pada warga Tegal, tolong kalau tidak penting jangan keluar rumah, kalau terpaksa harus pakai masker dan tetap jaga jarak," kata Ganjar seusai bertemu dengan Wakil Wali Kota Tegal, M Jumadi, Kamis (7/5/2020). 

Ganjar pun mengapresiasi capaian dari penerapan PSBB di Kota Tegal, yang berhasil membuat kota ini terbebas dari covid-19. Ia berharap, capaian itu tidak membuat Pemkot Tegal dan masyarakat berpuas diri, mengingat pandemi covid-19 belum berlalu. 

"Hari ini Kota Tegal yang positif covid nol, jadi sebenarnya Kota Tegal bisa disebut kembali hijau. Memang awalnya banyak orang protes dan marah-marah, tapi sekarang kita mendapat hasil yang bagus. Tidak mudah untuk mempertahankan ini, butuh disiplin dan bantuan masyarakat untuk bersama-sama sadar pentingnya melaksanakan aturan," katanya. 

Jumadi mengatakan, di awal penerapan PSBB banyak masyarakat yang protes dan masih melanggar protokol kesehatan. Setelah berjalan beberapa minggu, masyarakat mulai terbiasa dan hidup lebih disiplin. 

"Awalnya pelanggaran masyarakat baik yang tidak pakai masker, berkerumun dan lainnya masih tinggi. Namun di minggu kedua PSBB, jumlahnya terus menurun dan masyarakat semakin tertib. Saat ini Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP), grafiknya juga terus melandai," kata Jumadi.

Meski demikian, Jumadi tak menampik bahwa pihaknya masih menemui kendala lantaran banyaknya pemudik yang datang dari zona merah. Selain itu, aktivitas keagamaan di beberapa rumah ibadah masih terus berjalan. 

"Kami akan terus berupaya agar penerapan PSBB ini bisa optimal," imbuh Jumadi. 

*Klaster Gowa*

Ganjar juga meminta kepada Pemkot Tegal membentuk tim khusus untuk mencari peserta ijtima ulama Gowa. Ini untuk mencegah munculnya wabah yang lebih luas dari klaster Gowa, seperti terjadi di Brebes, Wonosobo, Banjarnegara, dan Purbalingga. 

"Saya minta dibuat tim khusus untuk mencari mereka-mereka yang kemarin mengikuti ijtima ulama di Gowa. Cari mereka ada di mana saja, karena sampai saat ini masih banyak yang belum melapor," katanya.

Dia juga meminta bantuan masyarakat untuk melaporkan diri jika pernah mengikuti acara tersebut. 

"Ini kan membingungkan, piye ya kalau kaya gini mau selesai sampai kapan? Tolong teman-teman dari Gowa untuk melapor. Jangan takut, tidak akan kami marahi, justru akan kami bantu treatment agar kalau positif tidak menulari keluarga atau lainnya. Dengan melapor saja, itu sudah sangat membantu kami," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu