Follow Us :              

Wagub Minta Bentuk Satgas Jogo Santri

  14 July 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 1135 
Kategori :
Bagikan :


Wagub Minta Bentuk Satgas Jogo Santri

14 July 2020 | 09:00:00 | dibaca : 1135
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG – Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen meminta kepada pengurus pondok pesantren terbuka jika ada santri yang memiliki gejala COVID-19. Tidak berani melaporkan atau melakukan pemeriksaan, hanya akan menyulitkan pemerintah untuk mengatasinya.

Untuk memudahkan koordinasi dalam penanganan COVID-19, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin meminta setiap pondok pesantren membentuk satgas jogo santri. Tugas utamanya, mengontrol kesehatan para santri secara regular. Apakah ada santri yang suhu tubuhnya di atas ambang batas normal, apakah ada yang menderita sakit flu, batuk, dan sebagainya.

"Berkatalah apapun yang baik, walaupun itu pahit. Walaupun itu dianggap menurut kita tidak baik untuk pondok pesantren kita, akan tetapi keterbukaan ini yang saat ini kita butuhkan," katanya saat membuka acara Sosialisasi Pesantren Ramah Anak melalui zoom meeting, Selasa (14/7/2020) di Kantor Gubernur.

Jika sudah dibentuk, SK pembentukan jogo santri pun harus dikoordinasikan dengan kepala desa, ketua RT dan ketua RW setempat, sehingga lebih mudah berkoordinasi apabila ada kejadian yang menimpa di pondok pesantren.

Pihaknya juga menekankan, dalam menghadapi pandemi COVID-19, pondok pesantren harus bisa menunjukkan, bahwa mereka sudah meningkatkan kehati-hatian, dan menerapkan pola hidup sehat. Segala kegiatan yang dilaksanakan harus mematuhi aturan protokol kesehatan yang diterbitkan oleh pemerintah pusat mapun daerah. 

Semua santri yang kembali ke pondok pesantren, lanjut Gus Yasin, wajib membawa surat keterangan sehat dan sudah menjalani proses karantina mandiri selama 14 hari di tempat asalnya, dan dilanjutkan ketika tiba di pondok pesantren.

Sementara itu, Deputi Bidang Partipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indra Gunawan menyambung, para santri, khususnya yang masih anak-anak dan tinggal di asrama, harus terlindungi dari berbagai hal yang membahayakan. Termasuk, dari bahaya virus COVID-19.  Makanan dan peralatannya dipastikan mesti higienis, air minumnya sehat, dan protokol kesehatan berjalan dengan baik.


Bagikan :

SEMARANG – Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen meminta kepada pengurus pondok pesantren terbuka jika ada santri yang memiliki gejala COVID-19. Tidak berani melaporkan atau melakukan pemeriksaan, hanya akan menyulitkan pemerintah untuk mengatasinya.

Untuk memudahkan koordinasi dalam penanganan COVID-19, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin meminta setiap pondok pesantren membentuk satgas jogo santri. Tugas utamanya, mengontrol kesehatan para santri secara regular. Apakah ada santri yang suhu tubuhnya di atas ambang batas normal, apakah ada yang menderita sakit flu, batuk, dan sebagainya.

"Berkatalah apapun yang baik, walaupun itu pahit. Walaupun itu dianggap menurut kita tidak baik untuk pondok pesantren kita, akan tetapi keterbukaan ini yang saat ini kita butuhkan," katanya saat membuka acara Sosialisasi Pesantren Ramah Anak melalui zoom meeting, Selasa (14/7/2020) di Kantor Gubernur.

Jika sudah dibentuk, SK pembentukan jogo santri pun harus dikoordinasikan dengan kepala desa, ketua RT dan ketua RW setempat, sehingga lebih mudah berkoordinasi apabila ada kejadian yang menimpa di pondok pesantren.

Pihaknya juga menekankan, dalam menghadapi pandemi COVID-19, pondok pesantren harus bisa menunjukkan, bahwa mereka sudah meningkatkan kehati-hatian, dan menerapkan pola hidup sehat. Segala kegiatan yang dilaksanakan harus mematuhi aturan protokol kesehatan yang diterbitkan oleh pemerintah pusat mapun daerah. 

Semua santri yang kembali ke pondok pesantren, lanjut Gus Yasin, wajib membawa surat keterangan sehat dan sudah menjalani proses karantina mandiri selama 14 hari di tempat asalnya, dan dilanjutkan ketika tiba di pondok pesantren.

Sementara itu, Deputi Bidang Partipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indra Gunawan menyambung, para santri, khususnya yang masih anak-anak dan tinggal di asrama, harus terlindungi dari berbagai hal yang membahayakan. Termasuk, dari bahaya virus COVID-19.  Makanan dan peralatannya dipastikan mesti higienis, air minumnya sehat, dan protokol kesehatan berjalan dengan baik.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu