Follow Us :              

RDF Cilacap, Teknologi Olah Sampah Jadi Energi Alternatif

  21 July 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 4886 
Kategori :
Bagikan :


RDF Cilacap, Teknologi Olah Sampah Jadi Energi Alternatif

21 July 2020 | 09:00:00 | dibaca : 4886
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

CILACAP - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mendampingi Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan meresmikan operasionalisasi pengolahan sampah Refused Derived Fuel (RDF), Selasa (21/7).

RDF merupakan teknologi pengolahan sampah untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan pengganti batubara. Fasilitas yang berada di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap ini menjadi tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) berbasis RDF pertama di Indonesia.

Wagub Taj Yasin mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembangunan fasilitas tersebut. Pengolahan sampah RDF ini akan menjadi solusi dalam menanggulangi masalah tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir.

"Pengelolaan sampah RDF ini, selain membutuhkan lahan yang sedikit dan fleksibel, proses penguraian sampahnya juga sangat cepat. Pengolahan sampah RDF juga tidak menimbulkan limbah cair karena sampah organik habis dibakar," terang Taj Yasin.

Fasilitas RDF tersebut nantinya mampu mengolah sampah sebanyak 120 ton per hari. Lalu menghasilkan 30-40 ton briket setiap harinya. Dengan produksi briket tersebut, Taj Yasin menilai fasilitas RDF memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai salah satu alternatif bahan bakar bagi para pelaku industri di sekitar wilayah Cilacap.

 "Ini sebenernya potensinya besar, karena banyak industri dan PLTU di Jateng yang masih menggunakan batu bara sebagai sumber energinya," ujarnya. 

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin berharap  ke depan seluruh stakeholder yang ada, khususnya perusahaan swasta juga bisa turut ambil bagian, paling tidak dengan ikut menggunakan briket hasil RDF sebagai pengganti batu bara. Terlebih tidak sedikit industri dan PLTU di Jawa Tengah yang masih memakai batu bara sebagai sumber energi.

Senada disampaikan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai, RDF Cilacap merupakan satu langkah yang sangat hebat dan inovatif. Ia berharap, pengembangan RDF di Jateng terus didorong, apalagi pabrik semen dan PLTU banyak tersebar di Jateng sehingga kebutuhan bahan bakar pengganti batu bara sangat tinggi.

"Kami sepakat membuat RDF sehingga persoalan penanganan sampah sebanyak 28 ribu ton per hari dapat diselesaikan. Mesinnya nanti kita buat sendiri, semuanya buatan dalam negeri, buatan anak bangsa. Kira- kira investasinya Rp70-Rp80 miliar," beber Luhut.

Proyek tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kedutaan Besar Denmark, Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Cilacap dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.


Bagikan :

CILACAP - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mendampingi Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan meresmikan operasionalisasi pengolahan sampah Refused Derived Fuel (RDF), Selasa (21/7).

RDF merupakan teknologi pengolahan sampah untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan pengganti batubara. Fasilitas yang berada di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap ini menjadi tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) berbasis RDF pertama di Indonesia.

Wagub Taj Yasin mengapresiasi seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembangunan fasilitas tersebut. Pengolahan sampah RDF ini akan menjadi solusi dalam menanggulangi masalah tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir.

"Pengelolaan sampah RDF ini, selain membutuhkan lahan yang sedikit dan fleksibel, proses penguraian sampahnya juga sangat cepat. Pengolahan sampah RDF juga tidak menimbulkan limbah cair karena sampah organik habis dibakar," terang Taj Yasin.

Fasilitas RDF tersebut nantinya mampu mengolah sampah sebanyak 120 ton per hari. Lalu menghasilkan 30-40 ton briket setiap harinya. Dengan produksi briket tersebut, Taj Yasin menilai fasilitas RDF memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai salah satu alternatif bahan bakar bagi para pelaku industri di sekitar wilayah Cilacap.

 "Ini sebenernya potensinya besar, karena banyak industri dan PLTU di Jateng yang masih menggunakan batu bara sebagai sumber energinya," ujarnya. 

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin berharap  ke depan seluruh stakeholder yang ada, khususnya perusahaan swasta juga bisa turut ambil bagian, paling tidak dengan ikut menggunakan briket hasil RDF sebagai pengganti batu bara. Terlebih tidak sedikit industri dan PLTU di Jawa Tengah yang masih memakai batu bara sebagai sumber energi.

Senada disampaikan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai, RDF Cilacap merupakan satu langkah yang sangat hebat dan inovatif. Ia berharap, pengembangan RDF di Jateng terus didorong, apalagi pabrik semen dan PLTU banyak tersebar di Jateng sehingga kebutuhan bahan bakar pengganti batu bara sangat tinggi.

"Kami sepakat membuat RDF sehingga persoalan penanganan sampah sebanyak 28 ribu ton per hari dapat diselesaikan. Mesinnya nanti kita buat sendiri, semuanya buatan dalam negeri, buatan anak bangsa. Kira- kira investasinya Rp70-Rp80 miliar," beber Luhut.

Proyek tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kedutaan Besar Denmark, Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Cilacap dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu