Follow Us :              

Fasilitasi Jaringan Internet, Ganjar Apresiasi Desa Sepakung

  29 July 2020  |   11:00:00  |   dibaca : 1374 
Kategori :
Bagikan :


Fasilitasi Jaringan Internet, Ganjar Apresiasi Desa Sepakung

29 July 2020 | 11:00:00 | dibaca : 1374
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Pembelajaran daring saat Pandemi COVID-19 seringkali mengalami beberapa kendala, terutama bagi masyarakat yang tinggal di area blank spot atau tidak tercover sinyal komunikasi. 

Desa Sepakung yang terletak di Kabupaten Semarang berhasil menyelesaikan persoalan itu dan mampu membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo takjub. Bagaimana tidak, meski terpencil dan tidak ada sinyal, namun proses belajar mengajar secara daring di desa itu berjalan lancar.

Hal itu karena kepiawaian kepala desanya, Ahmad Nuri. Saat paparan di hadapan Ganjar ketika rapat membahas problematika pembelajaran jarak jauh di Gedung A lantai 2 kantor Pemprov Jateng, Rabu (29/7/2020), Ia menerangkan telah mengoptimalkan dana desa untuk menjadikan Desa Sepakung menjadi desa pintar lengkap dengan jaringan internet.

Tidak hanya di kantor kelurahan, jaringan internet bahkan sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. Tahun depan, rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT.

"Jadi meskipun area kami susah sinyal, anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman saat proses belajar daring saat ini. Semua anak-anak di desa kami bisa belajar dengan nyaman, dengan fasilitas internet yang lancar," kata Ahmad Nuri.

Tak tanggung-tanggung, kuota sebesar 30 Mbps disiapkan untuk menjamin kelancaran masyarakat berselancar di dunia maya. Dan khusus bagi siswa, pihaknya memperbolehkan mereka mengakses secara cuma-cuma.

"Itu dikelola BUMDes pak, jadi sementara yang siswa gratis. Tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 perbulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," terangnya.

Bagi siswa yang tidak memiliki gawai, pihak sekolah menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka. Siswa yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang.

"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," pungkasnya.

Paparan Ahmad Nuri itu membuat Ganjar takjub. Ia mengatakan, cara yang dilakukan Desa Sepakung adalah cara jitu menyelesaikan persoalan daerah blank spot saat pembelajaran jarak jauh berlangsung.

“Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," tutupnya.


Bagikan :

SEMARANG - Pembelajaran daring saat Pandemi COVID-19 seringkali mengalami beberapa kendala, terutama bagi masyarakat yang tinggal di area blank spot atau tidak tercover sinyal komunikasi. 

Desa Sepakung yang terletak di Kabupaten Semarang berhasil menyelesaikan persoalan itu dan mampu membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo takjub. Bagaimana tidak, meski terpencil dan tidak ada sinyal, namun proses belajar mengajar secara daring di desa itu berjalan lancar.

Hal itu karena kepiawaian kepala desanya, Ahmad Nuri. Saat paparan di hadapan Ganjar ketika rapat membahas problematika pembelajaran jarak jauh di Gedung A lantai 2 kantor Pemprov Jateng, Rabu (29/7/2020), Ia menerangkan telah mengoptimalkan dana desa untuk menjadikan Desa Sepakung menjadi desa pintar lengkap dengan jaringan internet.

Tidak hanya di kantor kelurahan, jaringan internet bahkan sudah masuk ke seluruh wilayah RW di desa itu. Tahun depan, rencananya jaringan internet akan bisa dinikmati di tingkat RT.

"Jadi meskipun area kami susah sinyal, anak-anak tetap bisa belajar dengan nyaman saat proses belajar daring saat ini. Semua anak-anak di desa kami bisa belajar dengan nyaman, dengan fasilitas internet yang lancar," kata Ahmad Nuri.

Tak tanggung-tanggung, kuota sebesar 30 Mbps disiapkan untuk menjamin kelancaran masyarakat berselancar di dunia maya. Dan khusus bagi siswa, pihaknya memperbolehkan mereka mengakses secara cuma-cuma.

"Itu dikelola BUMDes pak, jadi sementara yang siswa gratis. Tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya. Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp50.000 perbulan, maka diminta membayar Rp25.000 saja," terangnya.

Bagi siswa yang tidak memiliki gawai, pihak sekolah menerjunkan gurunya ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka. Siswa yang tidak memiliki peralatan daring, dikumpulkan dengan jumlah maksimal 10 orang.

"Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Kami kerahkan Satgas Jogo Tonggo untuk mengawal program ini, sekaligus memastikan protokol kesehatannya berlangsung dengan baik," pungkasnya.

Paparan Ahmad Nuri itu membuat Ganjar takjub. Ia mengatakan, cara yang dilakukan Desa Sepakung adalah cara jitu menyelesaikan persoalan daerah blank spot saat pembelajaran jarak jauh berlangsung.

“Dana desa dioptimalkan untuk hal positif, satgas Jogo Tonggo bisa berjalan maksimal, ini keren dan menurut saya, ini solutif. Saya sih yakin, pasti ada solusi dari setiap persoalan yang ada, tinggal kita mau atau tidak menemukan solusi itu," tutupnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu