Follow Us :              

Jateng Jadikan Puskesmas Basis Pengamatan COVID-19

  10 August 2020  |   10:00:00  |   dibaca : 1134 
Kategori :
Bagikan :


Jateng Jadikan Puskesmas Basis Pengamatan COVID-19

10 August 2020 | 10:00:00 | dibaca : 1134
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Untuk mengatasi beberapa daerah yang masih rendah dan kurang optimal dalam pengetesan COVID-19, Gubernur Ganjar Pranowo mendorong Puskesmas dijadikan basis dalam melakukan pengawasan sebagai upaya pengoptimalan pengetesan COVID-19 di wilayah Jawa Tengah. 

Menurut Ganjar, keberadaan Puskesmas bisa menjadi sangat penting dalam hal pengoptimalan tes COVID-19, mengingat keberadaan Puskesmas yang tersebar sampai ke wilayah terkecil. 

Untuk menjadikan basis, maka diperlukan penguatan sumber daya manusia di Puskesmas. Hal itu juga yang berusaha diupayakan oleh Satgas COVID-19 Jawa Tengah.

"Masih fluktuatif, tertinggi 3700-an, karena belum optimal maka kemarin saya minta untuk cari alat dan reagen yang kompatibel, termasuk kita minta Puskesmas dijadikan basis untuk melakukan surveillance (pengawasan) sehingga bisa membantu dan distribusi setiap kabupaten/kota agar bisa dioptimalkan," kata Ganjar usai Rapat Koordinasi Penanggulangan COVID-19 di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (10/8/2020).

Belum optimalnya distribusi tes di setiap kabupaten/kota disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari beberapa reagen yang diberikan ternyata tidak kompatibel dengan alatnya. Terkait hal ini, Ganjar sudah meminta Dinas Kesehatan dan Satgas COVID-19 untuk mencari alat yang kompatibel secepatnya. 

"Ada banyak, yang alat habis pakai bermasalah. Kemarin ada bantuan ternyata tidak kompatibel. Maka saya minta untuk identifikasi agar tidak terjadi kesalahan. Kalau terjadi false negatif bahaya, kalau false positif orangnya kaget," jelas Ganjar

Menurut Ganjar, pengoptimalan tes COVID-19 penting agar target 4.991 tes perhari dapat terdistribusi dengan baik dan juga bisa diketahui capaian masing-masing kabupaten/kota perharinya.

"Insyaallah dalam satu dua hari ini teman-teman akan segera bekerja untuk mencari itu," lanjutnya.

Sementara itu untuk daerah yang belum optimal dalam distribusi testing dan tracing adalah Kabupaten Brebes. 

"Ada, kemarin saya lihat Brebes paling rendah. Makanya akan kita dampingi, akan kita bantu. Apa persoalannya agar nanti kita bisa serius untuk melakukan testing dan tracing” jelasnya.

Terkait klaster baru di Pati yang berasal dari salah satu Pondok Pesantren, Ganjar menegaskan sudah melakukan pendampingan dan pengecekan. Hal itu juga berlaku di beberapa daerah lain yang pengetesannya belum optimal.

"Kita minta Korwilnya mendampingi. Kita pantau terus sejak kemarin termasuk beberapa daerah yang kemarin muncul seperti di Kota Tegal. Kota Tegal setelah dites nambah, kita minta untuk beberapa regulasi diperbaiki. Misalnya kerumunan dan izin keramaian tolong dikurangi dulu," pungkasnya.


Bagikan :

SEMARANG - Untuk mengatasi beberapa daerah yang masih rendah dan kurang optimal dalam pengetesan COVID-19, Gubernur Ganjar Pranowo mendorong Puskesmas dijadikan basis dalam melakukan pengawasan sebagai upaya pengoptimalan pengetesan COVID-19 di wilayah Jawa Tengah. 

Menurut Ganjar, keberadaan Puskesmas bisa menjadi sangat penting dalam hal pengoptimalan tes COVID-19, mengingat keberadaan Puskesmas yang tersebar sampai ke wilayah terkecil. 

Untuk menjadikan basis, maka diperlukan penguatan sumber daya manusia di Puskesmas. Hal itu juga yang berusaha diupayakan oleh Satgas COVID-19 Jawa Tengah.

"Masih fluktuatif, tertinggi 3700-an, karena belum optimal maka kemarin saya minta untuk cari alat dan reagen yang kompatibel, termasuk kita minta Puskesmas dijadikan basis untuk melakukan surveillance (pengawasan) sehingga bisa membantu dan distribusi setiap kabupaten/kota agar bisa dioptimalkan," kata Ganjar usai Rapat Koordinasi Penanggulangan COVID-19 di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (10/8/2020).

Belum optimalnya distribusi tes di setiap kabupaten/kota disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari beberapa reagen yang diberikan ternyata tidak kompatibel dengan alatnya. Terkait hal ini, Ganjar sudah meminta Dinas Kesehatan dan Satgas COVID-19 untuk mencari alat yang kompatibel secepatnya. 

"Ada banyak, yang alat habis pakai bermasalah. Kemarin ada bantuan ternyata tidak kompatibel. Maka saya minta untuk identifikasi agar tidak terjadi kesalahan. Kalau terjadi false negatif bahaya, kalau false positif orangnya kaget," jelas Ganjar

Menurut Ganjar, pengoptimalan tes COVID-19 penting agar target 4.991 tes perhari dapat terdistribusi dengan baik dan juga bisa diketahui capaian masing-masing kabupaten/kota perharinya.

"Insyaallah dalam satu dua hari ini teman-teman akan segera bekerja untuk mencari itu," lanjutnya.

Sementara itu untuk daerah yang belum optimal dalam distribusi testing dan tracing adalah Kabupaten Brebes. 

"Ada, kemarin saya lihat Brebes paling rendah. Makanya akan kita dampingi, akan kita bantu. Apa persoalannya agar nanti kita bisa serius untuk melakukan testing dan tracing” jelasnya.

Terkait klaster baru di Pati yang berasal dari salah satu Pondok Pesantren, Ganjar menegaskan sudah melakukan pendampingan dan pengecekan. Hal itu juga berlaku di beberapa daerah lain yang pengetesannya belum optimal.

"Kita minta Korwilnya mendampingi. Kita pantau terus sejak kemarin termasuk beberapa daerah yang kemarin muncul seperti di Kota Tegal. Kota Tegal setelah dites nambah, kita minta untuk beberapa regulasi diperbaiki. Misalnya kerumunan dan izin keramaian tolong dikurangi dulu," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu