Follow Us :              

Ini Strategi Jateng Tertibkan Protokol Kesehatan

  17 September 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 1601 
Kategori :
Bagikan :


Ini Strategi Jateng Tertibkan Protokol Kesehatan

17 September 2020 | 09:00:00 | dibaca : 1601
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

BANJARNEGARA - Menertibkan 34 juta lebih masyarakat Jawa Tengah untuk mematuhi protokol kesehatan, bukan pekerjaan mudah. Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen menyatakan, Pemprov Jateng butuh bantuan pihak yang memiliki pengaruh signifikan dalam melaksanakan penertiban.

Saat meninjau pelaksanaan protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Mantrianom, Kamis (17/09/2020), Wagub menuturkan, pondok pesantren menjadi pihak yang dipilih untuk digandeng. Mengapa? karena pondok pesantren menjadi tempat berkumpulnya sekelompok orang yang jumlahnya relatif bervariasi, dengan aktivitas kegiatan pendidikan baik formal dan informal. Mereka berasal dari berbagai daerah dan tinggal bersama dalam satu lingkungan, dengan periode waktu tertentu. 

Selain alasan itu, di dalam pondok pesantren, terdapat tokoh agama maupun masyarakat yang menjadi panutan. Dengan begitu, akan lebih efektif dalam mengedukasi masyarakat.

"Tidak mudah mendisiplinkan masyarakat Jawa Tengah yang kurang lebih 34 juta. Sehingga kami punya pemikiran dari kumpulnya beberapa pondok pesantren, kami inisiasi. Maka kami butuh tokoh masyarakat, wabil khusus para kyai dan santri," ujarnya.

Inisiasi itu, disambut baik pondok pesantren, salah satunya Tanhibul Ghofilin. Respon positif ditunjukkan dengan pendirian posko pemeriksaan di pintu utama, pemasangan cairan antiseptik dan penyediaan tempat cuci tangan di banyak sudut. Bahkan, setiap santri yang datang diwajibkan menunjukkan hasil rapid test dan mengisolasi diri di gedung isolasi selama 14 hari.

Ketatnya protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin diakui salah satu santrinya bernama Gibran. Setelah santri masuk pondok akan sulit keluar karena di setiap perbatasan terdapat pos penjagaan. Untuk menjaga imunitas tubuh, diadakan pula senam pagi. Santri juga harus cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan aktivitas.

"Di sini tidak boleh keluar. Tiap perbatasan ada pos penjagaan.  Semua aktivitas dilaksanakan dengan protokol kesehatan," ujarnya.

Lantaran protokol kesehatan yang diterapkan ketat, Gibran bahkan berpendapat, pondok pesantren adalah tempat yang paling aman dari penyebaran covid-19. Setelah masuk pondok pesantren, santri tidak akan kontak dengan orang di luar.

"Saya merasa pondok pesantren sangat aman karena karantina bukan cuma dua minggu, tapi selama saya di sini merasa di karantina dan tempat paling aman karena kita melakukan aktivitas sesuai protokol kesehatan dan tidak kontak fisik dengan orang luar," jelasnya

Usai dari Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin, Wakil Gubernur Taj Yasin meresmikan Masjid Baiturrahman di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Selain meresmikan masjid, Gus Yasin begitu biasa disapa, juga menyerahkan pentasharufan Zakat Infaq Sodakoh senilai Rp 25 juta. Pentasharufan itu untuk pembangunan TPQ Baiturrahman.


Bagikan :

BANJARNEGARA - Menertibkan 34 juta lebih masyarakat Jawa Tengah untuk mematuhi protokol kesehatan, bukan pekerjaan mudah. Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen menyatakan, Pemprov Jateng butuh bantuan pihak yang memiliki pengaruh signifikan dalam melaksanakan penertiban.

Saat meninjau pelaksanaan protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Mantrianom, Kamis (17/09/2020), Wagub menuturkan, pondok pesantren menjadi pihak yang dipilih untuk digandeng. Mengapa? karena pondok pesantren menjadi tempat berkumpulnya sekelompok orang yang jumlahnya relatif bervariasi, dengan aktivitas kegiatan pendidikan baik formal dan informal. Mereka berasal dari berbagai daerah dan tinggal bersama dalam satu lingkungan, dengan periode waktu tertentu. 

Selain alasan itu, di dalam pondok pesantren, terdapat tokoh agama maupun masyarakat yang menjadi panutan. Dengan begitu, akan lebih efektif dalam mengedukasi masyarakat.

"Tidak mudah mendisiplinkan masyarakat Jawa Tengah yang kurang lebih 34 juta. Sehingga kami punya pemikiran dari kumpulnya beberapa pondok pesantren, kami inisiasi. Maka kami butuh tokoh masyarakat, wabil khusus para kyai dan santri," ujarnya.

Inisiasi itu, disambut baik pondok pesantren, salah satunya Tanhibul Ghofilin. Respon positif ditunjukkan dengan pendirian posko pemeriksaan di pintu utama, pemasangan cairan antiseptik dan penyediaan tempat cuci tangan di banyak sudut. Bahkan, setiap santri yang datang diwajibkan menunjukkan hasil rapid test dan mengisolasi diri di gedung isolasi selama 14 hari.

Ketatnya protokol kesehatan di Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin diakui salah satu santrinya bernama Gibran. Setelah santri masuk pondok akan sulit keluar karena di setiap perbatasan terdapat pos penjagaan. Untuk menjaga imunitas tubuh, diadakan pula senam pagi. Santri juga harus cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan aktivitas.

"Di sini tidak boleh keluar. Tiap perbatasan ada pos penjagaan.  Semua aktivitas dilaksanakan dengan protokol kesehatan," ujarnya.

Lantaran protokol kesehatan yang diterapkan ketat, Gibran bahkan berpendapat, pondok pesantren adalah tempat yang paling aman dari penyebaran covid-19. Setelah masuk pondok pesantren, santri tidak akan kontak dengan orang di luar.

"Saya merasa pondok pesantren sangat aman karena karantina bukan cuma dua minggu, tapi selama saya di sini merasa di karantina dan tempat paling aman karena kita melakukan aktivitas sesuai protokol kesehatan dan tidak kontak fisik dengan orang luar," jelasnya

Usai dari Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin, Wakil Gubernur Taj Yasin meresmikan Masjid Baiturrahman di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Selain meresmikan masjid, Gus Yasin begitu biasa disapa, juga menyerahkan pentasharufan Zakat Infaq Sodakoh senilai Rp 25 juta. Pentasharufan itu untuk pembangunan TPQ Baiturrahman.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu