Follow Us :              

Jawa Tengah Bebas Zona Merah, Ruang Isolasi Banyak Tidak Terpakai

  22 February 2021  |   09:00:00  |   dibaca : 735 
Kategori :
Bagikan :


Jawa Tengah Bebas Zona Merah, Ruang Isolasi Banyak Tidak Terpakai

22 February 2021 | 09:00:00 | dibaca : 735
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hasil positif. Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, selama dua pekan berturut-turut tidak ada satu daerah yang masuk kategori beresiko tinggi atau zona merah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan angka kasus aktif di Provinsi Jawa tengah terus mengalami penurunan sedangkan angka kesembuhan mengalami peningkatan. Hal itu disampaikan dalam rapat evaluasi COVID-19 yang dipimpin Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di ruang rapat gedung A lantai 2 kompleks Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Senin (22/2/2021).

"Angka kasus aktif juga terus mengalami penurunan, dari 8.230 pada pekan sebelumnya, pekan ini kasus aktif hanya 7.300. Case Fatality Rate (CFR) juga menurun dan Recovery Rate (RR) juga mengalami peningkatan," kata Yulianto.

Lebih lanjut, ia menerangkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit Provinsi Jawa Tengah juga terus menurun, untuk ICU hanya 38,08% dan tempat tidur isolasi hanya 33,01%. Bahkan sejumlah rumah sakit sudah ada yang mengusulkan untuk menutup layanan isolasi COVID-19 di tempatnya dan menjadikan ruangan-ruangan itu sebagai perawatan non COVID-19.

"Sudah banyak yang mengajukan untuk menutup tempat isolasi COVID-19 dan memindahkan untuk perawatan non COVID-19, karena memang jumlahnya terus menurun," ucap Yulianto.

Menanggapi hal itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta pihak rumah sakit tidak terburu-buru menutup layanan isolasi COVID-19. Jika memang jumlah ruang isolasi yang tidak terpakai cukup banyak, Ganjar meminta rumah sakit menyiapkan ruangan itu sebagai cadangan penambahan tempat tidur ICU. Hal itu penting agar ICU di Jawa Tengah aman.

"Kalau memang ada sisa, silahkan dipakai yang lain. Tapi saya minta dilaporkan dan dikonsolidasikan dengan Dinas Kesehatan. Saya minta tidak tergesa-gesa. Mungkin ini gelombang (Kasus COVID-19) pertama yang turunnya bagus dan kita harus berjaga-jaga. Saya khawatir mudah-mudahan tidak muncul gelombang kedua," tegas Ganjar.

Ganjar menambahkan, jangan sampai ketika gelombang kedua muncul, banyak rumah sakit yang gelagapan menanganinya. Meskipun diyakini, semua rumah sakit memiliki pengalaman dan capaian yang bagus terkait penanganan COVID-19.

"Kita harus berjaga-jaga, kalau terjadi gelombang kedua. Meskipun sekarang tingkat keterisian tempat tidur rendah, tapi ojo kesusu (jangan terburu-buru) menutup layanan COVID-19," pungkas Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG - Penanganan COVID-19 di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hasil positif. Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, selama dua pekan berturut-turut tidak ada satu daerah yang masuk kategori beresiko tinggi atau zona merah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan angka kasus aktif di Provinsi Jawa tengah terus mengalami penurunan sedangkan angka kesembuhan mengalami peningkatan. Hal itu disampaikan dalam rapat evaluasi COVID-19 yang dipimpin Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di ruang rapat gedung A lantai 2 kompleks Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Senin (22/2/2021).

"Angka kasus aktif juga terus mengalami penurunan, dari 8.230 pada pekan sebelumnya, pekan ini kasus aktif hanya 7.300. Case Fatality Rate (CFR) juga menurun dan Recovery Rate (RR) juga mengalami peningkatan," kata Yulianto.

Lebih lanjut, ia menerangkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit Provinsi Jawa Tengah juga terus menurun, untuk ICU hanya 38,08% dan tempat tidur isolasi hanya 33,01%. Bahkan sejumlah rumah sakit sudah ada yang mengusulkan untuk menutup layanan isolasi COVID-19 di tempatnya dan menjadikan ruangan-ruangan itu sebagai perawatan non COVID-19.

"Sudah banyak yang mengajukan untuk menutup tempat isolasi COVID-19 dan memindahkan untuk perawatan non COVID-19, karena memang jumlahnya terus menurun," ucap Yulianto.

Menanggapi hal itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta pihak rumah sakit tidak terburu-buru menutup layanan isolasi COVID-19. Jika memang jumlah ruang isolasi yang tidak terpakai cukup banyak, Ganjar meminta rumah sakit menyiapkan ruangan itu sebagai cadangan penambahan tempat tidur ICU. Hal itu penting agar ICU di Jawa Tengah aman.

"Kalau memang ada sisa, silahkan dipakai yang lain. Tapi saya minta dilaporkan dan dikonsolidasikan dengan Dinas Kesehatan. Saya minta tidak tergesa-gesa. Mungkin ini gelombang (Kasus COVID-19) pertama yang turunnya bagus dan kita harus berjaga-jaga. Saya khawatir mudah-mudahan tidak muncul gelombang kedua," tegas Ganjar.

Ganjar menambahkan, jangan sampai ketika gelombang kedua muncul, banyak rumah sakit yang gelagapan menanganinya. Meskipun diyakini, semua rumah sakit memiliki pengalaman dan capaian yang bagus terkait penanganan COVID-19.

"Kita harus berjaga-jaga, kalau terjadi gelombang kedua. Meskipun sekarang tingkat keterisian tempat tidur rendah, tapi ojo kesusu (jangan terburu-buru) menutup layanan COVID-19," pungkas Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu