Follow Us :              

Pemprov Jateng Pastikan Semua Rumah Sakit di Jateng Layani Pasien Covid-19

  28 May 2021  |   13:00:00  |   dibaca : 858 
Kategori :
Bagikan :


Pemprov Jateng Pastikan Semua Rumah Sakit di Jateng Layani Pasien Covid-19

28 May 2021 | 13:00:00 | dibaca : 858
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meminta seluruh rumah sakit mengaktifkan kembali ruang perawatan Covid-19. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah telah mempersiapkan obat-obatan, Alat Pelindung Diri (APD) serta pelatihan bagi tenaga kesehatan. Hal ini untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien Covid-19 pasca sejumlah wilayah mengalami kenaikan jumlah kasus penularan Covid-19. 

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, telah meminta seluruh Kepala Daerah di Jawa Tengah untuk siaga. Sebab menurut prediksinya, dua minggu pasca lebaran akan terjadi peningkatan kasus Covid-19, dan ternyata kekhawatiran itu menjadi kenyataan. 

"Maka ini (merupakan) warning (peringatan) untuk semuanya. Saya minta semua kepala daerah hati-hati. Semua kerumunan yang sifatnya keramaian tolong dibatasi dan diperketat. Kasih peringatan dan edukasi dengan baik. Kalau tetap nekat, tutup!,” tegas Ganjar. 

Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengatakan, sebenarnya sebelum lebaran  penularan Covid-19 sempat mengalami penurunan. Ini diindikasikan dengan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau tempat isolasi yang rendah, di bawah 30 persen. Namun pasca Lebaran, kasus kembali meningkat. 

"Empat belas hari pasca lebaran adalah hari ini, menurut teori epidemiologi, (saat ini) merupakan masa inkubasi (yaitu) adalah 2-14 hari. Kalau terjadi penularan (saat ini) memang masa-masa kritis. Maka, satu minggu ke depan kita harus betul-betul waspada dan siap siaga, untuk mengantisipasi apabila ada lonjakan kasus," ujarnya, saat konferensi pers secara daring, Jumat (28/5/2021) siang. 

Oleh karena itu, pihaknya meminta Pemerintah Kabupaten atau Kota mengaktifkan lagi tempat-tempat perawatan pasien Covid-19. Baik itu fasilitas isolasi mandiri, terpusat, ruang rawat dan ICU di rumah sakit. 

Yulianto menyebutkan, hingga minggu ke-20, peningkatan jumlah kasus penularan Covid-19 masih terjadi di beberapa Kabupaten atau Kota. Namun, ada pula beberapa daerah yang justru mengalami penurunan, yaitu Kabupaten Semarang, Klaten, Magelang dan Blora. 

"Cukup banyak yang (kasusnya) meningkat,  di antaranya Kota Semarang, Demak, Kendal, Kabupaten Tegal, Karanganyar, Wonogiri, Purbalingga, Kudus, Pati, Grobogan dan Jepara," sebut Yulianto. 

Terkait kasus Covid-19 di Kudus, Yulianto mengatakan tingkat keterisian ruang rawat inap telah mencapai 90 persen. Oleh karenanya, Dinkes Provinsi Jawa Tengah menyiapkan langkah untuk merelaksasi kondisi itu. 

Langkah relaksasi itu di antaranya adalah dengan menyiagakan rumah sakit di sekitar Kudus untuk dapat menerima rujukan pasien. Yulianto mencontohkan, saat ini pihaknya telah menugaskan Rumah Sakit Wongso Negoro (RSWN) di Semarang untuk dapat merawat pasien dari Kudus dan sekitarnya. 

Di Kudus sendiri, menurut Yulianto, upaya tersebut dilakukan dengan menambah daya tampung pada dua rumah sakit di wilayah itu, yaitu RSUD Loekmono Hadi dan Rumah Sakit Mardi Rahayu, mereka juga memberikan pelatihan bagi para tenaga kesehatan di kedua rumah sakit itu. 

"RSUD Loekmono Hadi juga meningkatkan tempat tidur hampir dua kali lipat. Rumah Sakit Mardi Rahayu juga melakukan hal serupa dan peningkatan kapasitas sumberdayanya juga kita latih untuk merawat di ruang isolasi atau di intensive care unit," urainya. 

Yulianto menegaskan, saat ini seluruh lini rumah sakit di Jawa Tengah siap menangani pasien Covid-19. Ia memaparkan, Jawa Tengah telah menyiapkan 13 unit rumah sakit lini pertama, 63 unit lini kedua dan 162 unit rumah sakit lini ketiga. 

Menurut Yulianto, pembagian lini tersebut berdasarkan tingkat keparahan pasien yang dapat dirujuk di fasilitas tersebut. Contohnya, rumah sakit lini satu diharapkan bisa merawat mereka dalam kondisi kritis. Sedangkan, kalau mereka yang sakit sedang atau ringan, dapat dirawat di rumah sakit lini kedua atau ketiga. 

"Semua rumah sakit harus melayani (pasien) dari mana saja. Tidak boleh misal rumah sakit Kariadi hanya (melayani) orang Semarang, atau RSWN hanya layani yang Semarang. Jangan takut kalau BOR (Bed Occupancy Rate) tinggi dianggap jelek," pungkas Yulianto.


Bagikan :

SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meminta seluruh rumah sakit mengaktifkan kembali ruang perawatan Covid-19. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah telah mempersiapkan obat-obatan, Alat Pelindung Diri (APD) serta pelatihan bagi tenaga kesehatan. Hal ini untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien Covid-19 pasca sejumlah wilayah mengalami kenaikan jumlah kasus penularan Covid-19. 

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, telah meminta seluruh Kepala Daerah di Jawa Tengah untuk siaga. Sebab menurut prediksinya, dua minggu pasca lebaran akan terjadi peningkatan kasus Covid-19, dan ternyata kekhawatiran itu menjadi kenyataan. 

"Maka ini (merupakan) warning (peringatan) untuk semuanya. Saya minta semua kepala daerah hati-hati. Semua kerumunan yang sifatnya keramaian tolong dibatasi dan diperketat. Kasih peringatan dan edukasi dengan baik. Kalau tetap nekat, tutup!,” tegas Ganjar. 

Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengatakan, sebenarnya sebelum lebaran  penularan Covid-19 sempat mengalami penurunan. Ini diindikasikan dengan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau tempat isolasi yang rendah, di bawah 30 persen. Namun pasca Lebaran, kasus kembali meningkat. 

"Empat belas hari pasca lebaran adalah hari ini, menurut teori epidemiologi, (saat ini) merupakan masa inkubasi (yaitu) adalah 2-14 hari. Kalau terjadi penularan (saat ini) memang masa-masa kritis. Maka, satu minggu ke depan kita harus betul-betul waspada dan siap siaga, untuk mengantisipasi apabila ada lonjakan kasus," ujarnya, saat konferensi pers secara daring, Jumat (28/5/2021) siang. 

Oleh karena itu, pihaknya meminta Pemerintah Kabupaten atau Kota mengaktifkan lagi tempat-tempat perawatan pasien Covid-19. Baik itu fasilitas isolasi mandiri, terpusat, ruang rawat dan ICU di rumah sakit. 

Yulianto menyebutkan, hingga minggu ke-20, peningkatan jumlah kasus penularan Covid-19 masih terjadi di beberapa Kabupaten atau Kota. Namun, ada pula beberapa daerah yang justru mengalami penurunan, yaitu Kabupaten Semarang, Klaten, Magelang dan Blora. 

"Cukup banyak yang (kasusnya) meningkat,  di antaranya Kota Semarang, Demak, Kendal, Kabupaten Tegal, Karanganyar, Wonogiri, Purbalingga, Kudus, Pati, Grobogan dan Jepara," sebut Yulianto. 

Terkait kasus Covid-19 di Kudus, Yulianto mengatakan tingkat keterisian ruang rawat inap telah mencapai 90 persen. Oleh karenanya, Dinkes Provinsi Jawa Tengah menyiapkan langkah untuk merelaksasi kondisi itu. 

Langkah relaksasi itu di antaranya adalah dengan menyiagakan rumah sakit di sekitar Kudus untuk dapat menerima rujukan pasien. Yulianto mencontohkan, saat ini pihaknya telah menugaskan Rumah Sakit Wongso Negoro (RSWN) di Semarang untuk dapat merawat pasien dari Kudus dan sekitarnya. 

Di Kudus sendiri, menurut Yulianto, upaya tersebut dilakukan dengan menambah daya tampung pada dua rumah sakit di wilayah itu, yaitu RSUD Loekmono Hadi dan Rumah Sakit Mardi Rahayu, mereka juga memberikan pelatihan bagi para tenaga kesehatan di kedua rumah sakit itu. 

"RSUD Loekmono Hadi juga meningkatkan tempat tidur hampir dua kali lipat. Rumah Sakit Mardi Rahayu juga melakukan hal serupa dan peningkatan kapasitas sumberdayanya juga kita latih untuk merawat di ruang isolasi atau di intensive care unit," urainya. 

Yulianto menegaskan, saat ini seluruh lini rumah sakit di Jawa Tengah siap menangani pasien Covid-19. Ia memaparkan, Jawa Tengah telah menyiapkan 13 unit rumah sakit lini pertama, 63 unit lini kedua dan 162 unit rumah sakit lini ketiga. 

Menurut Yulianto, pembagian lini tersebut berdasarkan tingkat keparahan pasien yang dapat dirujuk di fasilitas tersebut. Contohnya, rumah sakit lini satu diharapkan bisa merawat mereka dalam kondisi kritis. Sedangkan, kalau mereka yang sakit sedang atau ringan, dapat dirawat di rumah sakit lini kedua atau ketiga. 

"Semua rumah sakit harus melayani (pasien) dari mana saja. Tidak boleh misal rumah sakit Kariadi hanya (melayani) orang Semarang, atau RSWN hanya layani yang Semarang. Jangan takut kalau BOR (Bed Occupancy Rate) tinggi dianggap jelek," pungkas Yulianto.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu