Follow Us :              

Antisipasi Kebutuhan RSDC, Pemprov Jateng Siapkan Dua Cara Penanganan

  14 July 2021  |   17:00:00  |   dibaca : 618 
Kategori :
Bagikan :


Antisipasi Kebutuhan RSDC, Pemprov Jateng Siapkan Dua Cara Penanganan

14 July 2021 | 17:00:00 | dibaca : 618
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG -Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini sedang merencanakan dua cara untuk menyiapkan rumah sakit darurat guna mendukung penanganan pasien Covid-19 yang jumlahnya kian bertambah. Hal ini dijelaskan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai mengikuti rapat dengan Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan secara daring di rumah dinas Puri Gedeh, Rabu (14/7/2021). 

Ganjar menjelaskan, dua cara tersebut yang pertama adalah dengan mengonversi tiga rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi rumah sakit darurat Covid-19 (RSDC). Ketiga RSUD itu adalah RSUD Tugurejo di Semarang, RSUD dr Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa di Solo. 

Bahkan RSUD Tugurejo di Semarang, 100 persen akan digunakan untuk penanganan Covid-19. Hanya layanan  hemodialisa dan kanker yang masih diterima di rumah sakit tersebut. 

"Terus RSUD Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa di Solo juga akan dikonversi 75 persen untuk rumah sakit Covid-19, karena rujukan untuk penyakit lain masih banyak di rumah sakit itu. Kita optimalkan untuk tiga rumah sakit milik Provinsi ini," kata Ganjar. 

Cara kedua yang akan ditempuh yaitu mengonversi kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah di Srondol Kota Semarang dan Asrama Haji Donohudan di Kabupaten Boyolali menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC). 

Ganjar mengatakan visitasi guna verifikasi dokumen dari Kementerian Kesehatan untuk Diklat Srondol sudah dilakukan. Rencananya, pada Kamis (15/7/2021) nanti dijadwalkan visitasi lanjutan bersama Kementerian PUPR untuk Diklat Srondol dan Asrama Haji Donohudan. 

"Menteri PUPR sudah komunikasi dengan saya, terus kemudian tadi rapat dengan Pak Luhut (dan) sudah oke. Secepatnya kita siapkan itu," jelas Ganjar. 

Kapasitas tempat tidur untuk dua tempat yang saat ini masih digunakan sebagai tempat isolasi terpusat itu masing-masing adalah, Diklat Srondol 554 tempat tidur dan Asrama Haji Donohudan 872 tempat tidur. 

"Kalau itu nanti sudah menjadi rumah sakit darurat dan ada pasien dengan klasifikasi berat (yang) harus dirawat bisa dimasukkan di situ. Untuk tempat isolasi terpusat kita masih punya banyak kok, jadi isolasi mandirinya bisa kita digeser atau dipindahkan ke tempat lain," ujarnya. 

Untuk kebutuhan sumber daya manusia di RSDC, Ganjar mengaku telah  berkomunikasi dengan Menteri Kesehatan untuk meminta dukungan. 

Karena lonjakan kasus masih terjadi, Ganjar juga mendorong masing-masing Kabupaten/Kota untuk menyiapkan satu rumah sakit khusus untuk penanganan Covid-19. 

"Saya berharap ada juga rumah sakit milik Kabupaten/Kota yang dikasihkan untuk rumah sakit khusus Covid-19," imbaunya. 

Ia merasa senang, karena beberapa daerah sudah dalam proses mengkonversi rumah sakit untuk mewujudkan harapan itu.


Bagikan :

SEMARANG -Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat ini sedang merencanakan dua cara untuk menyiapkan rumah sakit darurat guna mendukung penanganan pasien Covid-19 yang jumlahnya kian bertambah. Hal ini dijelaskan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai mengikuti rapat dengan Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan secara daring di rumah dinas Puri Gedeh, Rabu (14/7/2021). 

Ganjar menjelaskan, dua cara tersebut yang pertama adalah dengan mengonversi tiga rumah sakit umum daerah (RSUD) menjadi rumah sakit darurat Covid-19 (RSDC). Ketiga RSUD itu adalah RSUD Tugurejo di Semarang, RSUD dr Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa di Solo. 

Bahkan RSUD Tugurejo di Semarang, 100 persen akan digunakan untuk penanganan Covid-19. Hanya layanan  hemodialisa dan kanker yang masih diterima di rumah sakit tersebut. 

"Terus RSUD Moewardi dan Rumah Sakit Jiwa di Solo juga akan dikonversi 75 persen untuk rumah sakit Covid-19, karena rujukan untuk penyakit lain masih banyak di rumah sakit itu. Kita optimalkan untuk tiga rumah sakit milik Provinsi ini," kata Ganjar. 

Cara kedua yang akan ditempuh yaitu mengonversi kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah di Srondol Kota Semarang dan Asrama Haji Donohudan di Kabupaten Boyolali menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC). 

Ganjar mengatakan visitasi guna verifikasi dokumen dari Kementerian Kesehatan untuk Diklat Srondol sudah dilakukan. Rencananya, pada Kamis (15/7/2021) nanti dijadwalkan visitasi lanjutan bersama Kementerian PUPR untuk Diklat Srondol dan Asrama Haji Donohudan. 

"Menteri PUPR sudah komunikasi dengan saya, terus kemudian tadi rapat dengan Pak Luhut (dan) sudah oke. Secepatnya kita siapkan itu," jelas Ganjar. 

Kapasitas tempat tidur untuk dua tempat yang saat ini masih digunakan sebagai tempat isolasi terpusat itu masing-masing adalah, Diklat Srondol 554 tempat tidur dan Asrama Haji Donohudan 872 tempat tidur. 

"Kalau itu nanti sudah menjadi rumah sakit darurat dan ada pasien dengan klasifikasi berat (yang) harus dirawat bisa dimasukkan di situ. Untuk tempat isolasi terpusat kita masih punya banyak kok, jadi isolasi mandirinya bisa kita digeser atau dipindahkan ke tempat lain," ujarnya. 

Untuk kebutuhan sumber daya manusia di RSDC, Ganjar mengaku telah  berkomunikasi dengan Menteri Kesehatan untuk meminta dukungan. 

Karena lonjakan kasus masih terjadi, Ganjar juga mendorong masing-masing Kabupaten/Kota untuk menyiapkan satu rumah sakit khusus untuk penanganan Covid-19. 

"Saya berharap ada juga rumah sakit milik Kabupaten/Kota yang dikasihkan untuk rumah sakit khusus Covid-19," imbaunya. 

Ia merasa senang, karena beberapa daerah sudah dalam proses mengkonversi rumah sakit untuk mewujudkan harapan itu.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu