Follow Us :              

Taj Yasin Imbau Pengrajin Batik Pewarna Sintetis Memiliki IPAL

  02 October 2021  |   13:00:00  |   dibaca : 883 
Kategori :
Bagikan :


Taj Yasin Imbau Pengrajin Batik Pewarna Sintetis Memiliki IPAL

02 October 2021 | 13:00:00 | dibaca : 883
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

KENDAL - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengaku memiliki tertarikan besar pada batik. Selain batik adalah tradisi nenek moyang yang sudah turun temurun, batik juga bagian dari budaya di Indonesia. 

Ketertarikan Taj Yasin pada batik membuatnya merelakan waktu berkunjung di salah satu UKM batik di Kecamatan Patebon, untuk melihat langsung produksi batik 
di Kabupaten Kendal itu. UKM tersebut bernama Batik Widji. 

"Tujuan saya datang ke Batik Widji Astuti ini, karena saya tertarik dengan (usaha) Ibu Widji. Beliau mengikuti pelatihan (batik) tahun 2001. Sekarang sudah punya sekitar 50 orang rekan kerjasama untuk membuat Batik. Jadi ada warga yang dilatih, kemudian diajak bekerja membuat batik. Yang menarik, setiap karya yang dibuat tadi langsung dia bayar, saya apresiasi," kata Taj Yasin, Sabtu (02/10/2021). 

Taj Yasin menambahkan, dirinya sangat tertarik dengan keunikan batik Widji yang menggunakan pewarna dari lumpur. Menurutnya pewarna alam tersebut justru menjadi ciri khas batik ini. 

"Pewarna alam dari lumpur ini, Bu Widji terinspirasi dari orangtuanya. Jadi katanya dulu, setiap orang tuanya pulang dari sawah, celananya selalu ada sisa lumpur dan ngecap. Akhirnya dia ambil (idenya) dan dikemas. (Ini) aman dan ramah lingkungan, saya beli satu tadi," jelasnya. 

Hingga saat ini pewarnaan batik menggunakan bahan alami, seperti yang dilakukan Widji masih belum banyak dilakukan pengrajin batik, termasuk di Jawa Tengah. Karena dianggap lebih murah dan lebih praktis, kebanyakan masih menggunakan pewarna sintetis meski limbahnya berbahaya bagi lingkungan. Sayangnya hingga saat ini masih banyak dari pengrajin batik dengan pewarna sintetis yang belum memiliki Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 

Pada pengrajin batik yang belum memiliki IPAL Wagub mengimbau kepada pengrajin batik yang belum memiliki sistem instalasi ini agar segera membuatnya. Dia melarang para pengrajin batik membuang limbah batik pewarna sintetis di sungai. 

"Untuk pengrajin (batik) lainnya, untuk (yang menggunakan) pewarna alam tidak masalah. (Tapi) kalau yang (menggunakan) pewarna sintetis tidak boleh dibuang di sungai, harus ada IPAL nya," tandas Taj Yasin. 

Sementara itu, Widji Astuti, mengaku sangat senang dikunjungi langsung oleh orang nomor 2 di Jawa Tengah. Menurutnya, kunjungan tersebut sangat memberikan dorongan semangat untuk berkarya lebih besar lagi. 

"Saya senang, dan tidak menyangka bisa dikunjungi oleh Pak Taj Yasin. Ini menjadikan semangat bagi saya untuk terus maju," katanya. 

Widji menambahkan, dia membangun usaha batik mulai dari nol. Sebelumnya, dia mencari nafkah sebagai seorang penjahit. Kemudian, mulai banyak orang yang menanyakan kain batik kepadanya. 

"Sampai akhirnya saya beranikan diri membuat batik dan alhamdulillah bisa berjalan," tutupnya.


Bagikan :

KENDAL - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengaku memiliki tertarikan besar pada batik. Selain batik adalah tradisi nenek moyang yang sudah turun temurun, batik juga bagian dari budaya di Indonesia. 

Ketertarikan Taj Yasin pada batik membuatnya merelakan waktu berkunjung di salah satu UKM batik di Kecamatan Patebon, untuk melihat langsung produksi batik 
di Kabupaten Kendal itu. UKM tersebut bernama Batik Widji. 

"Tujuan saya datang ke Batik Widji Astuti ini, karena saya tertarik dengan (usaha) Ibu Widji. Beliau mengikuti pelatihan (batik) tahun 2001. Sekarang sudah punya sekitar 50 orang rekan kerjasama untuk membuat Batik. Jadi ada warga yang dilatih, kemudian diajak bekerja membuat batik. Yang menarik, setiap karya yang dibuat tadi langsung dia bayar, saya apresiasi," kata Taj Yasin, Sabtu (02/10/2021). 

Taj Yasin menambahkan, dirinya sangat tertarik dengan keunikan batik Widji yang menggunakan pewarna dari lumpur. Menurutnya pewarna alam tersebut justru menjadi ciri khas batik ini. 

"Pewarna alam dari lumpur ini, Bu Widji terinspirasi dari orangtuanya. Jadi katanya dulu, setiap orang tuanya pulang dari sawah, celananya selalu ada sisa lumpur dan ngecap. Akhirnya dia ambil (idenya) dan dikemas. (Ini) aman dan ramah lingkungan, saya beli satu tadi," jelasnya. 

Hingga saat ini pewarnaan batik menggunakan bahan alami, seperti yang dilakukan Widji masih belum banyak dilakukan pengrajin batik, termasuk di Jawa Tengah. Karena dianggap lebih murah dan lebih praktis, kebanyakan masih menggunakan pewarna sintetis meski limbahnya berbahaya bagi lingkungan. Sayangnya hingga saat ini masih banyak dari pengrajin batik dengan pewarna sintetis yang belum memiliki Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 

Pada pengrajin batik yang belum memiliki IPAL Wagub mengimbau kepada pengrajin batik yang belum memiliki sistem instalasi ini agar segera membuatnya. Dia melarang para pengrajin batik membuang limbah batik pewarna sintetis di sungai. 

"Untuk pengrajin (batik) lainnya, untuk (yang menggunakan) pewarna alam tidak masalah. (Tapi) kalau yang (menggunakan) pewarna sintetis tidak boleh dibuang di sungai, harus ada IPAL nya," tandas Taj Yasin. 

Sementara itu, Widji Astuti, mengaku sangat senang dikunjungi langsung oleh orang nomor 2 di Jawa Tengah. Menurutnya, kunjungan tersebut sangat memberikan dorongan semangat untuk berkarya lebih besar lagi. 

"Saya senang, dan tidak menyangka bisa dikunjungi oleh Pak Taj Yasin. Ini menjadikan semangat bagi saya untuk terus maju," katanya. 

Widji menambahkan, dia membangun usaha batik mulai dari nol. Sebelumnya, dia mencari nafkah sebagai seorang penjahit. Kemudian, mulai banyak orang yang menanyakan kain batik kepadanya. 

"Sampai akhirnya saya beranikan diri membuat batik dan alhamdulillah bisa berjalan," tutupnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu